Sudah sekitar hampir tiga bulan sejak tahun ajaran baru 2021/2022 dimulai, pembelajaran di sekolah saya telah dilaksanakan secara tatap muka. Pada bulan pertama, pembelajaran dilaksanakan dengan tatap muka terbatas. Dimana peserta didik belajar di sekolah sebanyak dua kali seminggu, sedangkan hari yang lain dilaksanakan pembelajaran secara daring.
Namun sekarang setelah tiga bulan berjalan, kegiatan pembelajaran telah dilaksanakan secara penuh, dimana peserta didik masuk ke sekolah setiap hari dan tanpa ada pembatasan jumlah peserta didik. Hal ini dikarenakan jumlah peserta didik di sekolah kami tidak banyak sehingga memungkinkan untuk dapat masuk semua tanpa bergiliran.
Respon peserta didik terhadap dilaksanakan PTM ini sangat positif. Mungkin peserta didik telah lama rindu akan suasana belajar di sekolah. Walaupun pembelajaran secara daring terlihat keren dan canggih, tapi ada sesuatu yang hilang dalam pembelajaran daring, yaitu interaksi sosial antar manusia. Walaupun komunikasi dapat dilaksanakan dengan moda daring seperti video call atau chatting, namun hal itu tidak dapat menggantikan nilai yang kita rasakan saat kita berinteraksi satu sama lain secara langsung.
Namun pembelajaran secara tatap muka ini bukan berarti akan berjalan terus tanpa masalah, masalah yang ditakutkan muncul adalah naiknya angka positif Covid-19 di masyarakat. Jika nilai positif Covid-19 naik maka dapat diperkirakan pembelajaran akan dikembalikan lagi ke moda daring. Sehingga keberlangsungan pembelajaran tatap muka bergantung dari peran serta masyarakat dalam menekan angka penularan virus Covid-19.
Salah satu syarat agar dapat melaksanakan pembelajaran tatap muka adalah seluruh pendidik dan tenaga kependidikan dalam satuan pendidikan telah melaksanakan vaksinasi. Hal ini dilakukan untuk memberikan "jaminan keamanan" untuk guru saat berinteraksi dengan peserta didik, yang secara teori memiliki daya tahan atau imunitas lebih tinggi daripada guru.
Selain itu penerapan protokol kesehatan yang ketat saat pelaksanaan PTM merupakan hal yang wajib dilaksanakan. Saat peserta didik datang maka sudah ada petugas yang melakukan cek suhu, menyuruh untuk cuci tangan, dan selalu mengingatkan untuk memakai masker. Tentu kita harus realistis dimana mendisplinkan peserta didik untuk patuh prokes akan membutuhkan upaya yang ekstra. Hal ini dikarenakan pada jenjang SD atau SMP peserta didik masih dalam tahap anak-anak yang keinginan bermainnya sangat tinggi dan terkadang abai terhadap peraturan yang ada. Maka, guru harus sabar dan selalu mengingatkan peserta didik.
Terakhir kita berdoa agar wabah Covid-19 ini segera berakhir dan kegiatan dapat kembali normal seperti dahulu, walaupun tentu tidak akan bisa sama seperti dulu. Kita berharap kegiatan sosial di masyarakat dan kegiatan pembelajaran di sekolah dapat berjalan dengan baik, aman, dan dalam lindungan Allah swt. Aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar