Menyambung postingan sebelumnya tentang Komunikasi sel, kita mengetahui bahwa molekul sinyal yang dipancarkan suatu sel hanya dapat diterima oleh protein reseptor tertentu. Protein reseptor yang terdapat dalam sel memungkinkan sel tersebut mendengarkan sinyal atau memberikan respon. Suatu sinyal memiliki bentuk yang komplementer dengan situs spesifik pada reseptor, dan akan melekat pada situs tersebut.
Molekul sinyal berprilaku sebagai ligan (ligand), yaitu istilah yang digunakan untuk molekul yang berikatan secara spesifik dengan molekul lain, yang seringkali berukuran lebih besar daripada molekul sinyal. Pengikatan ligan secara umum akan menyebabkan protein reseptor berubah bentuk dan secara langsung mengaktivasi reseptor. Hal ini memungkinkan reseptor berinteraksi dengan molekul seluler lain. Efek langsung dari pengikatan ligan adalah agregasi dua atau lebih molekul reseptor dan menyebabkan peristiwa molekuler berikutnya.
Sebagian besar reseptor sinyal merupakan protein membran plasma. Ligan-ligan reseptor semacam ini larut dalam air dan umumnya ukurannya terlalu besar untuk menembus membran plasma. Namun ada beberapa reseptor sinyal yang terletak di dalam sel. Sehingga reseptor sinyal secara mudah dapat dibagi menjadi reseptor sinyal dalam membran plasma dan reseptor intraseluler.
1. Reseptor dalam membran plasma.
Sebagian besar molekul sinyal yang larut air akan berikatan dengan situs spesifik pada protein reseptor yang tertanam di membran plasma sel. Reseptor semacam ini mentransmisikan informasi dari luar sel menuju ke dalam sel dengan cara mengubah bentuk atau beragregasi saat berikatan dengan ligan spesifik.
Reseptor dalam membran plasma dapat dibagi menjadi tiga tipe, yaitu reseptor saluran ion, reseptor tirosin kinase, dan reseptor terkopel protein G.
Gambar 1. Reseptor saluran ion
2. Reseptor intraseluler.
Reseptor intraseluler terletak dalam sitoplasma dan untuk mencapainya, molekul sinyal harus menembus membran plasma sel target. Sejumlah molekul sinyal yang penting dapat melakukan hal ini karena bersifat hidrofobik atau cukup kecil untuk melewati interior fosfolipid pada membran. Beberapa molekul semacam ini seperti hormon steroid, hormon tiroid, dan senyawa nitrat oksida (NO).
Perilaku hormon testoteron dapat mewakili hormon steroid. Ketika hormon testoteron di sekresikan oleh testis, maka hormon tersebut akan mengalir dalam peredaran darah dan memasuki sel-sel di seluruh tubuh. Hormon testoteron akan menembus membran plasma sel target dan akan berikatan dengan protein reseptor dalam sitoplasma, kemudian mengaktivasinya.
Dengan adanya hormon yang melekat padanya, protein reseptor akan memasuki nukleus dan menyalakan gen spesifik yang mengontrol karakteristik jenis kelamin pria.
Gen di dalam DNA akan berfungsi dengan cara ditranskripsi dan diproses menjadi RNA duta (mRNA). RNA duta akan meninggalkan nukleus dan ditranslasi menjadi protein spesifik oleh ribosom dalam sitoplasma. Resptor testoteron yang telah teraktivasi bertindak sebagai protein spesifik (faktor transkripsi) yang akan melaksanakan transduksi sinyal secara lengkap.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar