Kamis, 15 Mei 2025

Jurnal "Teach Like Finland" - Bagian 2


Melanjutkan tulisan sebelumnya mengenai impresi yang saya rasakan terhadap isi buku “Teach Like Finland”, saya belum menemukan suatu hal spesial atau besar yang membuat pendidikan di Finlandia menjadi hebat. Hingga tulisan ini saya buat (15/5), saya telah selesai membaca bab pertama, dan saya hanya bisa mengatakan, mereka membuat sesuatu yang sebenarnya biasa saja menjadi spesial.

Timothy D Walker memberi judul “Kesejahteraan” pada bab pertama. Agar proses pembelajaran dapat berjalan maksimal, maka kita harus memastikan kebutuhan dasar siswa terpenuhi, itulah yang dimaksud dengan memberikan kesejahteraan kepada siswa. Jika kebutuhan dasar tersebut dapat terpenuhi, maka siswa dapat mengikuti proses belajar dengan baik. 

Merujuk pada materi Nilai dan Peran Guru Penggerak yang pernah saya pelajari, manusia memiliki lima kebutuhan dasar, antara lain bertahan hidup (survival), kasih sayang dan rasa diterima (love and belonging), kebebasan (freedom), kesenangan (fun), dan penguasaan (power). Tidak terpenuhinya kebutuhan dasar tersebut akan membuat siswa melakukan berbagai cara untuk memenuhinya, dan biasanya kita mengidentifikasi perilaku tersebut dengan istilah “membuat ulah”.

Ada beberapa hal yang dilakukan di Finlandia untuk memberikan kesejahteraan kepada siswa, dan kesan yang pertama kali saya tangkap adalah “terlalu santai”. Tapi itulah yang mereka lakukan dan berjalan dengan baik di Finlandia. 

Jadwal Istirahat Otak.

Seperti tulisan sebelumnya, jam pelajaran di Finlandia lebih pendek daripada negara lain, dan mereka masih memberikan jeda istirahat antar pelajaran. Pada awalnya saya menganggap terlalu banyak jam istirahat akan membuat kegiatan pembelajaran menjadi tidak efektif.

Di buku tersebut dijelaskan mengapa para guru di Finlandia melakukan hal tersebut. Adanya jeda antar jam pelajaran memberikan waktu kepada siswa untuk beristirahat dan mengembalikan fokus mereka. Sebagai guru saya sering melihat ketika melakukan kegiatan belajar dengan durasi yang cukup panjang, siswa terlihat mulai lelah dan kehilangan fokus. Jika dipaksakan, maka akan cukup banyak materi pelajaran yang tidak bisa diserap oleh siswa. 

Di Finlandia, ketika jeda istirahat para guru meminta siswa untuk melakukan kegiatan di luar kelas. Siswa diberikan kebebasan untuk melakukan berbagai hal yang mereka sukai selama jam istirahat tersebut. Tujuannya adalah untuk mengisi ulang kembali energi psikis siswa agar siap dan fokus menghadapi pelajaran berikutnya. Ya, orang Finlandia cenderung santai, dan sepertinya sejalan dengan falsafah jawa, alon-alon asal kelakon.

Belajar Sambil Bergerak.

Pendidikan di Finlandia menekankan perlunya aktivitas fisik dalam proses pembelajaran di kelas. Kegiatan fisik dalam pembelajaran dapat berupa adanya kegiatan berjalan, berdiri, atau aktivitas fisik lain yang sesuai dengan kegiatan belajar.

Penulis menyebutkan bahwa aktivitas fisik dalam proses pembelajaran memberikan berbagai manfaat untuk siswa, seperti mengurangi obesitas, mengurangi resiko penyakit kardiovaskular, memperbaiki fungsi kognitif (ingatan dan perhatian), dan secara positif mempengaruhi kesehatan mental.

Finlandia pun meluncurkan sebuah program Finnish Schools on the Move, sebuah program yang dikembangkan secara sistematis untuk meningkatkan kegiatan fisik siswa selama hari sekolah. Turunan dari program itu adalah adanya Recess Activators atau penggiat istirahat, yaitu beberapa siswa yang bertugas untuk mengajak teman-temannya untuk mengisi waktu istirahat dengan melakukan aktivitas fisik, seperti permainan.

Recharge Sepulang Sekolah.

Keseimbangan adalah hal yang menjadi perhatian di Finlandia, keseimbangan antara kegiatan sekolah dan di luar sekolah. Jangan sampai kegiatan sekolah atau pekerjaan memakan sebagian besar waktu kita, sebagai manusia guru dan siswa perlu adanya kegiatan lain untuk kehidupan mereka.

Jika di Amerika, guru banyak menghabiskan waktu sepulang sekolah untuk menyusun administrasi dan persiapan mengajar esok hari, dan menghabiskan waktu berjam-jam. Tapi tidak dengan Finlandia, para guru akan segera pulang setelah jam sekolah selesai, mereka menyadari pentingnya waktu untuk diri dan keluarga demi keseimbangan hidup mereka. Jika ada kegiatan lembur, biasanya guru bersifat insidental dan tidak memakan waktu yang lama.

Menghabiskan waktu yang lama untuk kegiatan sekolah, apapun bentuknya, tidak berbanding lurus dengan meningkatnya kualitas pembelajaran. Hal tersebut akan menghasilkan kelelahan fisik dan mental, dan menurunkan produktivitas.

Menyederhanakan Ruang.

Orang Finlandia terkenal dengan gaya hidup minimalis, hal tersebut berimbas pada ruang-ruang kelas. Tidak seperti Amerika yang menganggap ruang kelas yang penuh dengan pajangan karya siswa, dianggap sebagai pembelajaran yang sukses, guru dan siswa Finlandia lebih menyukai ruang kelas yang sederhana dan tenang.

Mereka menganggap ruang kelas yang sederhana akan memberikan rasa nyaman kepada siswa, memberikan ketenangan, dan membantu siswa untuk fokus dalam pelajaran. Bukannya tidak ada pajangan karya siswa, pajangan karya siswa tetap ada, namun dengan jumlah sewajarnya.

Menghirup Udara Segar.

Finlandia menyadari hubungan kualitas udara dengan proses pembelajaran. Guru dan siswa di sana menyukai untuk membuka jendela ruang kelas, hal tersebut bertujuan agar udara alami dapat masuk ke dalam ruangan. 

Jika siswa berada di suatu ruang kelas yang tertutup, yang terjadi adalah penumpukan gas karbondioksida di dalam ruangan. Hal ini akan mengakibatkan kurangnya jumlah oksigen dan berdampak pada penurunan kinerja otak. Sirkulasi udara yang terjaga akan memastikan kadar oksigen tercukupi dan otak dapat bekerja dengan maksimal, sehingga proses belajar dapat berjalan dengan optimal.

Masuk ke Alam Liar

Guru di Finlandia sering mengajak siswanya untuk belajar di luar ruangan, bisa ke hutan, danau, atau taman. Sebuah penelitian mengatakan bahwa kegiatan interaksi dengan alam akan membantu anak membangun kepercayaan diri, mengurangi gejala gangguan hiperaktif akibat kurangnya perhatian, menenangkan anak, dan membantu anak untuk fokus.

Kita dapat mengadopsi kegiatan ini, disesuaikan dengan lokasi sekolah berada. Di indonesia, guru dapat membawa siswa untuk melakukan observasi makhluk hidup di persawahan, atau kegiatan lain yang sesuai untuk tiap mata pelajaran.

Itulah beberapa hal mengenai “Kesejahteraan” dalam pendidikan di Finlandia. Semua hal yang saya jelaskan di atas bukan hal yang baru. Semuanya adalah hal-hal kecil dan mendasar, dan sebenarnya kita juga mengetahuinya.

Yang membedakan, pendidikan di Finlandia memberikan perhatian kepada hal tersebut, memaksimalkannya, dan konsisten melakukannya. Hal-hal kecil tersebut jika dilakukan dengan konsisten akan memberikan dampak yang luar biasa. Tentu saja dampak baru akan terasa setelah beberapa waktu, bukan proses yang instan. 

Satu hal yang saya pelajari adalah kita harus belajar bersabar terhadap proses, tidak ada hasil yang instan. Jika kita merasa pendidikan saat ini tidak ada kemajuan, mungkin bukan karena sistem pendidikan yang salah, boleh jadi kita yang tidak sabar dan tidak konsisten melakukan hal-hal kecil yang positif.

Bersambung …

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kisi-Kisi ASAT IPA Kelas VII dan VIII Tahun Ajaran 2024/2025

Satu bulan lagi, semua siswa kelas VII dan VIII SMP Negeri 4 Satu Atap Kragan akan menempuh Asesmen Sumatif Akhir Tahun (ASAT) Tahun Ajaran ...