Minggu, 20 Februari 2022

CAMPBELL-REECE : Fotosistem

Dalam buku Biologi karya Campell dan Reece dalam pembahasan tentang fotosintesis menjelaskan bahwa molekul klorofil yang tereksitasi karena penyerapan energi cahaya memberikan hasil yang berbeda ketika klorofil dalam kloroplas untuh dibadingkan dengan klorofil yang diisolasi. Karena dalam keadaan aslinya klorofil terorganisasi dengan berbagai molekul organik kecil dan protein lainnya membentuk Fotosistem.

Suatu fotosistem tersusun atas sutu kompleks protein yang dinamakan kompleks pusat-reaksi dan dikelilingi oleh kompleks pemanen-cahaya. Kompleks pusat-reaksi terdiri atas pasangan khusus molekul klorofil-a, sedangkan kompleks pemanen-cahaya terdiri atas berbagai molekul pigmen seperti klorofil-a, klorofil-b dan karotenoid dan terikat dengan protein. Dengan jumlah dan variasi molekul pigmen memungkinkan fotosistem memanen cahaya pada permukaan yang lebih luas dan spektrum cahaya yang lebih lebar.

 

Kompleks pemanen-cahaya bertindak seperti antena bagi kompleks pusat-reaksi. Ketika molekul pigmen menyerap foton, maka energi ditransfer dari satu molekul pigmen ke molekul pigmen yang lain dalam kompleks pemanen-cahaya hingga ke kompleks pusat-reaksi. 

Kompleks pusat-reaksi mengandung suatu molekul yang dapat menerima elektron dan menjadi tereduksi, molekul ini dinamakan penerima elektron primer. Pasangan klorofil-a pada kompleks pusat-reaksi bersifat khusus karena memungkinkan pasangan itu menggunakan energi dari cahaya tidak hanya untuk mendorong satu elektronnya ke tingkat energi yang lebih tinggi, namun juga meneruskan elektron ke molekul penerima elektron primer yang lain.

Transfer elektron dari pasangan klorofil-a ke penerima elektron primer merupakan langkah pertama dari reaksi terang. Setelah tereksitasi ke tingkat energi yang lebih tinggi, elektron klorofil segera ditangkap oleh molekul penerima elektron primer sehingga ini merupakan suatu reaksi redoks. Klorofil yang terisolasi akan ber-flouresensi karena tidak ada penerima elektron, sehingga elektron dari klorofil yang tereksitasi akan jatuh kembali ke kondisi dasar. Dalam kloroplas energi yang potensial yang direpresentasikan oleh elektron yang tereksitasi tidak hilang, sehingga suatu fotosistem mengubah energi cahaya menjadi energi kimia yang pada akhirnya digunakan untuk sintesis gula.

Pada tilakoid ditempati oleh dua fotosistem yang saling bekerja sama dalam reaksi terang, yaitu fotosistem I dan fotosistem II (saat fotosistesis fotosistem II berfungsi lebih dahulu daripada fotosistem I). Setiap fotosistem memiliki kompleks pusat-reaksi yang khas.

Kompleks pusat-reaksi klorofil-a pada fotosistem II dikenal dengan P680, karena pigmen ini bekerja lebih baik saat menyerap cahaya yang mempunyai panjang gelombang 680 nm yaitu bagian merah dari spektrum cahaya. Sedangkan pada fotosistem I kompleks pusat-reaksi klorofil-a dikenal dengan P700, karena paling efektif saat menyerap cahaya yang memiliki panjang gelombang 700 nm yaitu di bagian merah paling kanan dari spektrum cahaya.

P680 dan P700 merupakan molekul klorofil-a yang identik, tetapi pigmen-pigmen tersebut berasosiasi dengan protein yang berbeda pada membran tilakoid, sehingga mempengaruhi distribusi elektron pada kedua pigmen dan menyebabkan sedikit perbedaan dalam sifat penyerapan cahaya.

Sabtu, 19 Februari 2022

Just Writing #3 : Impian Menjadi Penulis

Saya memulai membuat tulisan ini saat jam di laptop saya menunjukkan pukul 21.01 wib, saat kondisi terasa cukup hening dengan hawa yang tidak dingin seperti beberapa hari kemarin. Kenapa saya ingin menulis, sebenarnya sudah mulai muncul rasa "ketagihan" untuk menulis pada diri saya, dan sayangnya malam ini tidak ada topik spesifik yang bisa saya tulis di blog ini atau platform lain yang saya punyai.

Dengan pekerjaan saya sebagai seorang guru, saya merasa kemampuan menulis akan memberikan nilai lebih kepada diri saya. Jika saya seorang guru dan bisa menulis, maka itu akan menjadi suatu kombinasi yang bagus. Namun sayangnya tingkat konsistensi saya dalam menulis masih naik turun. Masih banyak kegalauan saya tentang tulis menulis yang hingga saat ini saya rasakan.

Hal pertama adalah ketidaktahuan saya untuk menjadi penulis apa. Apakah saya harus menjadi penulis tulisan non fiksi, atau fiksi, atau bahkan keduanya. Tentu saya ingin menguasai kedua jenis penulisan itu. Saya berhadap suatu hari saya bisa menulis sebuah buku ajar atau buku pelajaran, dimana penyajian buku tersebut seperti novel atau cerpen. Saya membayangkan akan menyenangkan saat kita membaca buku fisika, biologi, atau IPA, namun terasa seperti membaca suatu cerita.

Ketika saya ingin menulis non fiksi dalam hal ini berlatih membuat cerpen, saya menemui banyak rintangan. Beberapa hal yang menjadi hambatan bagi saya saat berlatih cerpen antara lain tidak memahami teknis penulisan cerpen, daya imajinasi saya yang rendah, dan tidak ada teman yang bisa saya jadikan tempat bertanya.

Namun setiap hambatan pasti ada jalan keluarnya, karena Allah selalu menyediakan jalan keluar atas semua permasalah. Allah menyampaikan bahwa dalam setiap kesulitan, bersamaan dengan itu ada kemudahan. Sekarang tinggal tekad saya dan waktu yang akan menjawab.

Ketidaktahuan saya akan dunia cerpen atau fiksi dapat saya pelajari, dan diperbaiki dengan terus mencoba menulis secara konsisten. Apapun itu, jika dilatih terus menerus akan membuahkan hasil, dan saya yakin akan bisa menulis cerpen suatu saat nanti, dengan catatan saya konsisten berlatih dan menulis.

Dalam dunia tulisan non fiksi saya ingin membuat sebuah penelitian tindakan kelas atau PTK. PTK merupakan jenis penelitian yang seharusnya erat bagi seorang guru, dan sayangnya saya belum pernah melakukannya. Tetapi harus saya coba bagaimanapun hasilnya. Semoga di semester ini saya bisa membuat satu penelitian tindakan kelas. Dan lagi-lagi belum ada tema tentang apa yang ingin saya teliti.

Dalam tulisan ini saya mencoba menuangkan apa yang ada di pikiran saya tentang minat saya dalam kepenulisan, dan saya masih bertekad menjadi seorang penulis. Setidaknya dengan tulisan ini saya masih mencoba konsisten untuk menulis. Tulisan ini saya akhiri di jam 21.20 wib.

Selasa, 15 Februari 2022

CAMPBELL-REECE : Yang Terjadi Ketika Klorofil Terkena Cahaya

Kita mengetahui bahwa cahaya memainkan peranan penting dalam proses fotosintesis. Cahaya berperan dalam reaksi terang dimana air dipecah menjadi hidrogen dan oksigen. Jika cahaya mengenai klorofil, maka apa yang akan terjadi?. Secara singkat jawabannya adalah eksitasi klorofil.

Ketika klorofil dan pigmen-pigmen lain terkena cahaya, maka warna-warna yang bersesuaian dengan panjang gelombang akan lenyap dari spektrum cahaya yang diteruskan atau dipantulkan. Ketika suatu molekul menyerap foton cahaya maka satu elektron molekul akan terangkat ke suatu orbital.

Seperti yang kita ketahui bahwa elektron dalam suatu atom berada dalam orbital-orbital tertentu. Jika elektron tersebut menerima energi atau foton cahaya, maka elektron tersebut akan naik ke orbital yang lebih tinggi, sehingga memiliki energi potensial yang lebih besar. Peristiwa ini dinamakan eksitasi elektron.

Ketika molekul-molekul pigmen berada pada  pada kondisi dasar (ground state), penyerapan foton mendorong  elektron ke orbital yang berenergi lebih tinggi, dan molekul pigmen tersebut dikatakan dalam kondisi tereksitasi. Foton yang diserap hanya energinya yang tepat setara dengan selisih energi antara kondisi dasar dan kondisi tereksitasi. Selisih energi ini bervariasi antara satu molekul dengan molekul lainnya, sehingga senyawa tertentu hanya menyerap energi foton yang bersesuaian dengan panjang gelombang spesifiknya. Itulah mengapa setiap pigmen memiliki  spektrum absorbsi yang khas.

Setelah penyerapan foton mengangkat elektron dari kondisi dasar ke kondisi tereksitasi, elektron tidak bisa lama dalam orbital tersebut dan kembali ke kondisi dasarnya. Kondisi tereksitasi merupakan kondisi yang tidak stabil, umumnya elektron yang tereksitasi kembali jatuh ke kondisi dasarnya dalam rentang waktu satu per miliar detik.

Proses jatuhnya elekton dari kondisi tereksitasi ke kondisi dasar melepaskan kelebihan energi dalam bentuk panas. Beberapa pigmen seperti klorofil memancarkan cahaya dan panas setelah menyerap foton, dan ketika elektron jatuh kembali foton akan dilepaskan dan memancarkan cahaya yang dinamakan fluoresensi.

Jika larutan klorofil yang diisolasi dari kloroplas disinari, larutan ini akan ber-flouresensi di bagian merah-jingga dari spektrum serta melepaskan panas.

Sabtu, 12 Februari 2022

Just Writing #2 : Dahlan Iskan dan Koran

Sore ini terasa begitu melelahkan, rasa lelah ini merupakan akumulasi dari kegiatan yang saya ikuti dari pagi sampai menjelang ashar. Bukan tentang kegiatan apa yang saya ikuti hari ini yang ingin saya tuliskan, namun sebuah momen di sore hari ketika bersantai sambil menikmati rasa lelah.

Seperti biasanya salah satu hiburan saya adalah menonton video di Youtube, dan sore ini secara tidak sengaja saya melihat wawancara Dahlan Iskan di chanel harian kompas. Sebuah perbincangan dengan durasi satu jam yang baru saya tontong setengahnya. Namun dari setengah perbincangan yang saya ikuti, saya mendapat banyak hal menarik yang ingin saya tuliskan disini. Video wawancara tersebut dapat anda saksikan di bawah ini.

Semua orang sudah mengetahui siapa Dahlan Iskan, terutama mereka yang hidup atau tumbuh remaja di jaman belum ada media sosial, jaman ketika membaca koran merupakan hal yang eksklusif menurut saya. Ya, Dahlan iskan adalah salah satu orang besar di dunia perkoranan, walaupun dia juga pernah terjun di dunia politik, bahkan sebagai menteri. Namun kalau kita mendengar nama Dahlan Iskan maka hal pertama yang akan kita ingat adalah Jawa Pos, sebuah harian pagi yang sangat populer dimasanya.

Salah satu poin yang menarik bagi saya adalah kekhawatiran beliau akan rendahnya kepercayaan masyarakat terhadap media, baik media sosial maupun media konvensiaonal dalam hal ini koran. Dengan perkembangan media sosial yang semakin pesat memang pertumbuhan portal berita digital juga semakin besar, namun hal itu berbanding terbalik dengan kualitas jurnalistik yang disajikan. Tuntutan untuk menyajikan berita dengan cepat menjadikan jurnalistik di media digital menjadi kurang berkualitas dan cenderung seadanya. Berbeda dengan koran dimana sebuah berita memerlukan waktu yang lebih lama untuk bisa ditampilkan, sebuah berita harus melewati berbagai pertimbangan, tinjauan ulang, dan harus memenuhi kualitas jurnalistik yang bagus.

Lalu apakah yang membuat hal ini terjadi? Apakah memang kualitas jurnalistik digital memang kurang? Atau perubahan padangan masyarakat terhadap media?. Beliau menilai kedua hal tersebut memang terjadi. Di sisi masyarakat, pandangan masyarakat yang suka menggeneralisasi semua hal menjadi masalahnya. Ketika masyarakat banyak melihat banyak berita yang palsu (hoax) di media sosial, maka sebagian besar mereka juga akan menggeneralisasi bahwa semua media juga sama, termasuk dalam hal ini koran. Sedangkan di sisi media itu sendiri, tuntutan untuk cepat tayang menjadikan sebuah berita tersaji secara prematur, kurang persiapan, dan jika kita jujur kualitasnya lebih rendah dibandingkan dengan tulisan koran jaman dahulu.

Dahlan menjelaskan perlu usaha yang besar untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap media, terutama media jurnalistik. Dia mengatakan bahwa seharusnya jurnalisme cetak merupakan kasta tertinggi dalam dunia jurnalistik. Hal ini karena sebuah berita yang disajikan dalam media cetak harus harus tersaji dengan kualitas jurnalistik yang bagus. Untuk melakukan ini sebuah media cetak harus melakukan serangkaian langkah sebelum menampilkan berita seperti investigasi, cek dan ricek, melakukan berbagai pertimbangan, dan tentu saja tidak boleh ada kesalahan. Karena dalam media cetak sekali berita dimuat maka tidak bisa ditarik kembali, dan kesalahan tidak boleh ada disini.

Tulisan ini merupakan interpretasi saya terhadap wawancara chanel kompas kepada Dahlan Iskan. Mungkin apa yang saya tangkap berbeda dengan apa yang sebenarnya beliau katakan, karena saya hanya seorang penikmat tulisan. Dan ini hanya sebuah opini pribadi yang tidak perlu diperdebatkan, karena saya tahu mungkin tidak ada yang membaca tulisan ini selain saya.

Jumat, 11 Februari 2022

CAMPBELL-REECE : Cahaya dalam Fotosintesis

Dalam proses fotosintesis, cahaya memainkan peranan yang penting. Cahaya merupakan gelombang elektromagnetik dengan bentuk gelombang transversal. Gelombang cahaya memiliki panjang gelombang yang bervariasi mulai kurang dari satu nanometer (sinar gamma) hingga lebih dari satu kilometer (gelombang radio), kisaran keseluruhan radiasi tersebut disebut spektrum elektromagnetik. Namun segmen yang penting bagi kehidupan adalah pada rentang panjang gelombang 380 nm sampai 750 nm, yang dikenal sebagai cahaya tampak (visible light).

Ketika cahaya bertemu dengan suatu materi, cahaya akan dipantulkan, diteruskan, atau diserap. Jika kita melihat suatu benda berwarna merah, maka cahaya merah dipantulkan oleh pigmen pada materi yang terkena cahaya, sedangkan cahaya yang lain diserap oleh pigmen tersebut. Suatu grafik yang menggambarkan penyerapan cahaya oleh suatu pigmen versus panjang gelombang dinamakan spektrum penyerapan.

Dalam kloroplas terdapat tiga macam pigmen yaitu klorofil-a yang berperan langsung dalam reaksi terang, klorofil-b yang merupakan pigmen aksesori, kemudian sekelompok pigmen aksesori yang disebut karotenoid.

Pada pigmen klorofil-a menunjukkan bahwa cahaya violet-biru dan merah bekerja paling baik dalam fotosintesis, sedangkan cahaya hijau merupakan cahaya yang tidak efektif. Klorofil-b memiliki perbedaan struktur dengan klorofil-a, sehingga mengakibatkan klorofil-b bekerja dengan baik pada spektrum cahaya yang berbeda pada bagian merah dan biru pada spektrum. Akibat hal ini adalah klorofil-a berwarna biru hijau, sedangkan klorofil-b berwarna hijau zaitun.

Sedangkan karotenoid merupakan hidrokarbon dengan berbagai warna kuning dan jingga, karena pigmen tersebut menyerap cahaya violet dan biru-hijau. Karotenoid dapat memperluas spektrum warna yang dapat menggerakkan fotosintesis, namun fungsi yang lebih penting dari korotenoid adalah fotoproteksi. 

Fotoproteksi pada karotenoid dilakukan dengan menyerap dan membuang energi cahaya yang berlebihan yang dapat merusak klorofil atau berinteraksi dengan oksigen, membentuk molekul oksidatif reaktif yang berbahaya bagi sel.

Rabu, 02 Februari 2022

Just Writing #1 : Semua Tentang Jason Bourne


Resolusi menulis saya sepertinya gagal di bulan pertama, Januari 2022. Dalam resolusi menulis saya tahun ini, saya menargetkan untuk melatih konsistensi dengan cara membuat postingan tiga kali seminggu, tapi ternyata gagal karena kemalasan saya sendiri. Oleh karena itu, dalam postingan ini saya ingin menulis sebuah topik yang menjadi salah satu perhatian saya dalam beberapa pekan terakhir ini, yaitu Jason Bourne.

Film Jason Bourne merupakan sebuah film yang diambil dari sebuah novel. Saya pribadi belum pernah membaca versi novelnya, namun untuk filmnya saya sudah menontonnya. Jason Bourne merupakan sebuah film bergenre action yang sangat menarik. Film ini dilatarbelakangi oleh seorang agen CIA yang bernama Jason Bourne yang mengalamai kecelakaan saat bertugas, hal itu membuatnya kehilangan ingatan. Dalam prosesnya Jason Bourne banyak berhadapan dengan agensinya sendiri yang mencoba menghabisinya untuk menghilangkan jejak dari operasi gelap yang mereka jalankan.

Dalam film tersebuat ada beberapa hal yang membuat saya menaruh perhatian khusus, beberapa hal itu antara lain:

  1. Adegan laga yang tersaji begitu cepat. Tidak seperti film action yang lain, dalam film ini adegan laga atau berkelahi tersaji secara cepat dan tidak terlalu panjang. Hal ini memberikan kesan bahwa pada dunia operasi gelap, para agen akan berkelahi secara efisien. Hal ini justru menjadi sebuah poin menarik bagi saya.
  2. Kegiatan intelejen dalam operasi gelap disajikan begitu menarik. Hal ini terlihat dalam adegan ketika CIA memantau operasi mereka dari ruang kendali mereka, adegan Jason Bourne ketika bertemu dengan Simon Ross di stasium Waterloo, serta banyak adegan intelejen lain yang menarik.
  3. Kisah cinta yang menjadi tanda tanya antara Jason Bourne dan Nicky Parsons. Kisah cinta ini menarik karena tersaji samar, sehingga menjadikan penontonnya membuat asumsi-asumsi sendiri. Kisah asmara ini semakin terlihat di sekuel ketiga, Jason Bourne Ultimatum dimana Nicky membantu Bourne dalam pelarian dari madrid ke maroko.
Itulah beberapa hal yang saya sukai dalam film Jason Bourne. Setelah sekuel terakhir di tahun 2016, semoga masih ada kelanjutan film ini walaupun ada juga hal yang membuatnya kurang menarik yaitu tiadanya tokoh Nicky Parsons yang terbunuh di sekuel kelima.

Tugas Koneksi Antar Materi Modul 3.1 - Jefri Adi Setiawan, S.Pd

Tugas Koneksi Antar Materi Modul 3.1 Pengambilan Keputusan berdasarkan Nilai-nilai Kebajikan sebagai Pemimpin Jefri Adi Setiawan, S.Pd SMP N...