Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) merupakan suatu hal baru yang ada di dalam kurikulum merdeka. Sebuah kegiatan yang diintegrasikan dalam struktur dan muatan kurikulum, sesuatu yang belum pernah ada pada kurikulum-kurikulum sebelumnya. Mumpung kurikulum merdeka belum diganti, saya ingin menulis mengenai P5 dari sudut pandang pribadi.
P5 adalah sebuah program yang bertujuan membentuk karakter peserta didik, sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Kegiatan ini dilaksanakan beriringan dengan kegiatan intrakurikuler, dan bukan sebuah mata pelajaran baru. Secara mudah, P5 dilaksanakan dalam bentuk kegiatan yang dikembangkan oleh masing-masing satuan pendidikan sesuai tema yang telah ditetapkan pemerintah, untuk menanamkan nilai profil pelajar pancasila kepada peserta didik.
Namun dalam pelaksanaannya, saya melihat ada beberapa miskonsepsi mengenai pelaksanaan P5. Sebagai suatu hal yang baru, maka wajar banyak pihak dalam dunia pendidikan yang memiliki persepsi berbeda-beda mengenai pelaksanaan P5, beberapa ada yang berpendapat bahwa kegiatan tersebut harus menghasilkan output atau produk yang menarik.
Menurut saya, fokus P5 bukan pada produk yang dihasilkan, namun lebih kepada proses. Suatu proses dimana dalam kegiatan tersebut terjadi penanaman nilai-nilai profil pelajar Pancasila pada diri peserta didik. Output dari kegiatan ini adalah perubahan karakter peserta didik menjadi lebih baik, atau setidaknya nilai-nilai profil pelajar pancasila mulai tumbuh pada peserta didik.
Kegiatan P5 dapat dikatakan berhasil jika rangkaian kegiatan yang dilakukan peserta didik selama fase pembelajarannya ini, dapat menumbuhkan nilai-nilai yang diharapkan, seperti Beriman dan Bertakwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Berakhlak Mulia; Berkebinekaan Global; Gotong Royong; Mandiri; Bernalar Kritis dan Kreatif.
Dalam sebuah kegiatan P5 bisa saja menghasilkan produk, namun bisa juga tidak, menurut saya. Namun saya melihat bahwa ada sebuah persepsi bahwa suatu kegiatan P5 dikatakan berhasil jika menghasilkan suatu produk, seperti pementasan tari, kreasi produk makanan, karya inovasi dan lainnya.
Dalam rangkaian kegiatan P5 tersebut kita juga mengenal istilah Gelar Karya, suatu event untuk menunjukkan hasil dari kegiatan P5. Mungkin karena dirasa suatu kegiatan P5 harus mengadakan gelar karya, maka yang menjadi target kegiatan adalah karya yang bisa ditampilkan, dan terkadang ruh penanaman karakter yang seharusnya menjadi inti kegiatan menjadi dikesampingkan. Dengan demikian kegiatan P5 tak ubahnya seperti kegiatan prakarya.
Ada baiknya jika kita melihat kembali apa yang diharapkan dari kegiatan ini, penanaman karakter. Satuan pendidikan bisa membuat kegiatan apa saja yang sesuai tema yang telah ditetapkan, alaskan mengakomodasi penanaman nilai profil pelajar pancasila pada diri peserta didik. Jika kegiatan tersebut menghasilkan suatu produk atau karya yang bisa ditampilkan, maka itu menjadi sebuah bonus.
Selama ini kegiatan P5 dirasa cukup memberatkan, karena kita menjadikan produk atau karya sebagai fokus utama. Satuan pendidikan harus berpikir keras untuk membuat suatu kegiatan yang menghasilkan produk atau karya yang menarik dan beda dengan yang lain. Apalagi dengan masifnya media sosial, maka ada satu lagi beban yang harus dipikirkan, bagaimana kegiatan dan produk tersebut menarik jika dimasukkan dalam media sosial.
Satu lagi, selama ini saya merasa pelibatan peserta didik dalam penentuan kegiatan P5 juga belum maksimal. Menurut saya, kebanyakan yang terjadi adalah satuan pendidikan yang menentukan apa kegiatan yang akan dipilih dan bagaimana pelaksanaannya, peserta didik tinggal mengikuti.
Ada baiknya jika satuan pendidikan mau membuka diri dan melibatkan peserta didik sebagai mitra, minimal untuk menumbuhkan tanggung jawab dan rasa memiliki pada diri peserta didik. Mungkin akan terasa sulit di awal, namun saya merasa kedepannya hal ini akan memberikan dampak positif kepada semua pihak.
Mumpung kurikulum belum berubah, kita dapat mencoba melaksanakan kegiatan P5 sebaik mungkin. Karena boleh jadi kurikulum akan berubah dan kegiatan P5 mungkin akan digantikan dengan sesuatu yang baru, sesuatu yang yang harus kita pelajari lagi dari awal.
Sebenarnya kurikulum merdeka dan P5 didalamnya dapat dikatakan sudah baik, hanya perlu konsistensi dan pengembangan di beberapa sisi yang masih dianggap kurang. Sekali lagi, fokus pada visi utama dan prosesnya, hasil tentu tidak akan menghianati proses.
Ini adalah sudut pandang saya, jika anda membaca tulisan ini dan memiliki pendapat yang berbeda, tidak menjadi masalah. Semoga ada manfaat dari tulisan yang saya tulis ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar