Kamis, 15 September 2022

Paradok Video Untuk Pembelajaran

 

Kegiatan pembelajaran sudah mulai berlangsung normal pada tahun pelajaran 2022/2023, setelah hampir dua tahun terganggu karena pandemi virus corona. Selama dua tahun ke belakang kegiatan pembelajaran harus dilaksanakan secara daring dan hampir semua guru harus berjuang beradaptasi untuk memindahkan ruang kelasnya ke dunia maya.

Salah satu fenomena yang muncul pada masa itu adalah banyaknya video-video pembelajaran yang muncul, baik yang dibuat oleh guru itu sendiri atau pihak-pihak non guru. Video confrence dan video pembelajaran seolah menjadi pengganti kegiatan tatap muka dan buku, namun dengan jujur saya harus mengatakan semua itu kurang efektif. Pemerintah pun menyatakan bahwa selama kegiatan pembelajaran daring itu terjadi lost learning yang cukup banyak dialami oleh peserta didik.

Banyak pelatihan yang digelar yang bertujuan untuk melatih para guru untuk beradaptasi dengan keadaan, salah satunya adalah membuat video pembelajaran. Banyak video pembelajaran telah dihasilkan oleh para guru, namun apakah itu efektif untuk pembelajaran? apakah diminati peserta didik? dan apakah memberikan dampak positif pada pembelajaran?

Dalam tulisan ini saya akan mencoba menuliskan pendapat saya mengenai paradoks video pembelajaran dalam kegiatan pembelajaran. Beberapa poin yang saya yang menjadi perhatian saya mengenai video pembelajaran, antara lain:

  1. Video merupakan media yang digemari oleh sebagian besar peserta didik, pada umumnya peserta didik ketika mencari sumber informasi akan merujuk ke situs berbasis video seperti youtube. Namun kenyataannya video-video pembelajaran hanya mendapatkan views yang kecil, artinya video pembelajaran kurang ditonton, terutama video pembelajaran yang dibuat oleh guru.
  2. Peserta didik lebih menyukai video berdurasi pendek, yang langsung memberikan kesimpulan atas sebuah informasi. Peserta didik kurang menyukai video pembelajaran yang berdurasi panjang, yang membahas secara detail dan menyeluruh atas sebuah topik. Peserta didik menyukai video yang pendek dan langsung memberikan kesimpulan, bukan video yang menunjukkan suatu proses.
  3. Harus diakui selama pembelajaran daring intensitas peserta didik dengan gawai, namun bukan konten pendidikan yang diakses, melainkan konten game, hiburan, dan sebagainya.
  4. Secara umum video pembelajaran yang dihasilkan guru memiliki kemasan yang kurang menarik, jika dibandingkan dengan konten hiburan yang dibuat oleh content creator. Hal ini bisa dipahami karena dalam menyiapkan sebuah video pembelajaran seorang guru harus melakukan riset dahulu agar apa yang disampaikannya valid.

Kenyataannya video pembelajaran memang dibutuhkan, namun disisi lain juga kurang peminatnya, terutama peserta didik. Untuk menghasilkan sebuah video pembelajaran yang menarik dan sesuai dengan apa yang diinginkan peserta didik yang umumnya anak-anak tidaklah mudah, dari segi pembuatan videonya hal itu akan memakan waktu dan tenaga yang cukup banyak.

Poin terpenting dalam tulisan ini adalah mengembalikan minat belajar peserta didik adalah hal yang utama. Video pembelajaran hanyalah salah satu pendukung dalam proses pembelajaran, bukan inti dari pembelajaran itu sendiri.

Guru harus menanamkan kepada peserta didik bahwa dalam belajar tidak boleh hanya berfokus kepada apa yang disukai saja, namun semua harus dilalui. Mental pantang menyerah harus ditanamkan kepada peserta didik, agar mereka bisa melalui segala tantangan dalam kehidupan mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Koneksi Antar Materi - Kesimpulan dan Refleksi Modul 1.1 : Pemikiran Filosofis Pendidikan Ki Hadjar Dewantara

Dalam modul pertama tentang Pemikiran Filosofis Pendidikan Ki Hadjar Dewantara (KHD) memberikan penjelasan mengenai bagaimana pendidikan seh...