Kamis, 30 Maret 2023

Mengajar Bab Teknologi Ramah Lingkungan


Materi terakhir dalam semester genap di kelas sembilan untuk mata pelajaran IPA adalah tentang teknologi ramah lingkungan, sebuah materi yang sebenarnya tidak susah karena tidak ada rumus dan hitung-hitungan, asalakan mau membaca dan mencari sumber informasi pendukung. Sebenarnya disadari atau tidak, peserta didik sudah mengetahui definisi teknologi yang ramah lingkungan, namun terkadang mereka kurang percaya diri jika kalimat yang mereka buat tidak sama persis dengan yang tertulis di buku. Walaupun sebenarnya sama saja.

Sesuatu dikatakan sebagai teknologi yang ramah lingkungan ketika teknologi tersebut memberikan dampak negatif yang sangat kecil terhadap kelestarian lingkungan. Dampak negatif disini adalah polusi yang dihasilkan oleh produk teknologi tersebut.

Jika yang menjadi tolak ukur suatu teknologi digolongkan kedalam kategori ramah lingkungan adalah polusi yang dihasilkan, maka produk teknologi yang memanfaatkan menyak bumi dan batubara sebagai sumber energinya dapat dimasukkan kedalam teknologi yang tidak ramah lingkungan. Hal ini dikarenakan penggunaan minyak bumi dan batu bara pasti akan menghasilkan produk buangan karbon dioksida dan gas buang lainnya dalam jumlah yang besar.

Masyarakat sebenarnya sudah memahami dampak negatif produk teknologi yang tidak ramah lingkungan bagi kehidupan, namun kenyataannya adalah teknologi yang tidak ramah lingkungan masih menjadi pilihan pertama dalam berbagai segi kehidupan kita, mulai dari transportasi, energi, kehidupan, dan industri.

Secara pribadi yang menemukan beberapa alasan mengapa hal ini terjadi. Mengapa produk yang tidak ramah lingkungan masih menjadi pilihan pertama daripada produk yang ramah lingkungan untuk beberapa sektor kehidupan. Alasan tersebut antara lain:

1. Produk teknologi ramah lingkungan masih belum terjangkau di masyarakat.

Harga yang tergolong mahal merupakan alasan pertama mengapa produk teknologi ramah lingkungan belum menjadi pilihan pertama. Kita ambil contoh dalam kasus ini adalah mobil listrik. Masyarakat mengetahui bahwa mobil konvensional berbahan bakar minyak menghasilkan gas buang yang sangat banyak dan berbahaya bagi kesehatan dan kelestarian alam.

Masyarakat juga menyadari bahwa mobil listrik yang tidak menggunakan minyak sebagai sumber bahan bakar, tidak akan menghasilkan gas buang yang berbahaya. dari segi perbandingan konsumsi bahan bakar antara mobil listrik dan konvensional pun sangat berbeda. Mobil listrik dapat digolongkan sangat hemat.

Namun harga mobil listrik yang masih sangat mahal menjadikan masyarakat tidak mampu untuk membelinya. Kondisi finansial masyarakat secara umum masih belum bisa menjangkau mobil listrik, yang bisa terjangkau oleh mereka adalah mobil konvensional, apalagi yang bekas. 

Selain itu after sales mobil listrik masih menjadi pertanyaan bagi masyarakat, seperti dimana bengkel yang bisa menservis mobil ini dan berapa harga suku cadangnya. Hal tersebut menjadi suatu ketakutan tersendiri bagi masyarakat ketika ingin mencoba membeli mobil listrik.

2. Investasi bisnis untuk teknologi konvensional sangat besar.

Dari segi pebisnis, investasi yang mereka keluarkan untuk produk teknologi konvensional sudah terlanjur besar. Bisa kita banyangkan seberapa besar modal yang mereka investasikan untuk membangun pabrik, melakukan riset, membangun distribusi penjualan, menggaji karyawan dan lainnya. Hal itu memakan biaya yang sangat besar.

Dengan investasi yang sangat besar tersebut, maka diperlukan waktu yang lama untuk bisa sekedar "balik modal" dan menghasilkan keuntungan. Maka dari sudut pandang bisnis, peralihan ke teknologi ramah lingkungan yang tidak menggunakan sumber energi minyak bumi akan merugikan mereka.

Para pebisnis tesebut juga menyadari betapa pentingnya teknologi yang ramah lingkungan, dan saya yakin mereka juga berusaha ke arah sana. Namun dengan banyaknya modal yang sudah terlanjur keluar selama ini, maka saya menyadari mereka juga memerlukan waktu untuk menjaga eksistensi bisnis produk teknologi konvensional, setidaknya sampai modal yang telah dikeluarkan kembali, dan secara bisnis telah menghasilkan keuntungan.

3. Edukasi tentang teknologi ramah lingkungan yang masih kurang.

Secara pribadi saya melihat bahwa selama ini wacana tentang kelestarian lingkungan dan teknologi ramah lingkungan belum menjadi sebuah kesadaran pada semua orang. Semua orang mengetahui tentang kondisi lingkungan yang tidak baik sekarang ini, namun tidak semua orang memberikan perhatian terhadap hal itu. Selama ini saya melihat bahwa kesadaran untuk melakukan perubahan yang bertujuan untuk menjaga kelestarian lingkungan masih menjadi didominasi oleh ilmuwan atau orang-orang tertentu saja, yang jumlahnya tidak dominan.

Dalam dunia pemerintahan, saya melihat bahwa pelestarian lingkungan dengan segala upayanya, sebagaian besar masih dalam bentuk wacana, kebijakan politik yang berpihak kearah sana masih belum terlihat secara jelas.

Sebagai seorang guru saya merasa perlu untuk menanamkan kesadaran tentang pelestarian lingkungan dan penggunaan teknologi ramah lingkungan kepada peserta didik. Minimal terbangun kesadaran dalam diri mereka, dan nanti seiring bertambahnya usia, pengalaman, dan pengetahuan mereka, kelestarian lingkungan menjadi salah satu pertimbangan mereka dalam bertindak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Koneksi Antar Materi - Kesimpulan dan Refleksi Modul 1.1 : Pemikiran Filosofis Pendidikan Ki Hadjar Dewantara

Dalam modul pertama tentang Pemikiran Filosofis Pendidikan Ki Hadjar Dewantara (KHD) memberikan penjelasan mengenai bagaimana pendidikan seh...