Rabu, 05 Maret 2025

#2 Ramadhan adalah Kesadaran Diri


Ramadhan adalah bulan yang spesial, bulan dimana perintah puasa satu bulan penuh dilaksanakan dan bulan turunnya Al Quran pertama kali. Sepanjang hidup saya hingga sekarang ini, setiap Ramadhan memiliki makna yang unik.

Ketika masih kecil, tantangan utama di bulan mulia ini adalah menahan lapar dan haus. Namun sekarang, lapar dan haus bukanlah tantangan yang utama. Ketika sudah dewasa tantangan utama adalah bagaimana mengendalikan diri.

Berperang melawan diri sendiri bukanlah hal yang mudah, inilah perang yang sesungguhnya. Perang untuk melawan ego kita, melawan hawa nafsu kita, melawan sisi buruk dari diri kita. Setiap orang pasti memiliki sisi egoisnya atau idealismenya,, terkadang bisa hal yang benar dan terkadang bisa juga hal yang salah.

Puasa adalah ibadah yang melatih diri kita untuk mampu mengendalikan diri kita. Siapapun mungkin akan setuju bahwa orang yang sukses adalah orang yang mampu mengendalikan dirinya. Kegagalan dalam mengendalikan diri hanya akan berujung pada kecerobohan, keputusan yang salah, dan kenyataan yang berbeda dengan yang direncanakan.

Puasa mengajarkan saya untuk menjaga lisan, daripada berkata yang buruk lebih baik diam. Namun lebih dari itu, sikap diam atau tenang adalah sesuatu yang perlu kita pelajari. Ada kalanya kita harus diam, tidak semua perlu kita komentari. Kita tidak tahu segalanya, dan sudah selayaknya kita tidak bersikap sok tahu akan segalanya. Ada kalanya harus memilih diam.

Diam, menahan diri, melihat kondisi, dan kemudian baru memikirkan dengan matang. Hal-hal tersebut menurut saya adalah  langkah untuk mengambil suatu keputusan atau tindakan yang tepat. Puasa mengajarkan dan melatih kita untuk bisa menerapkan itu semua.

Setiap hari kita dalam kondisi lingkungan yang bising, membuat kita tidak tenang. Tidak berpikiran jernih dan selalu tergesa-gesa dalam mengambil tindakan. Di bulan yang  suci ini, saya belajar untuk lebih tenang dan lebih bisa mengendalikan diri saya.

Dalam Al Quran, tujuan ibadah puasa adalah menjadi orang yang bertakwa, orang yang menjalankan perintah Allah, dan menjauhi larangan Allah. Menurut saya ketakwaan ini erat hubungannya dengan kesadaran diri. Orang yang memiliki kesadaran diri akan mampu mengendalikan diri.

Orang yang sadar akan dirinya berarti memahami dengan penuh siapa dirinya, dimana ia sekarang, dan apa tanggung jawabnya dalam kehidupan ini. Kesadaran diri ini melahirkan pengendalian diri dengan rambu-rambu ketakwaan, mengikuti perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.

Pengendalian diri yang secara sadar kita lakukan akan membuat kita lebih terarah dalam menjalani setiap aktivitas, mengetahui secara persis apa target kita dalam kehidupan ini, mampu membedakan sikap yang patut dan tidak patut, dan yang paling penting mampu bertanggung jawab terhadap dirinya.

Puasa akan melatih kita menjadi pribadi yang tenang dan sadar, sehingga kita memahami dengan penuh siapa diri kita dan apa yang akan kita lakukan. Pribadi yang sadar akan keseluruhan dirinya akan senantiasa menjaga dirinya untuk tetap dalam jalan kebaikan, jalan yang diridhoi Allah swt.

Sabtu, 01 Maret 2025

#1 Ramadhan 1446 H: Batasi Diri, Bahagiakan Diri


Hari ini adalah hari pertama puasa Ramadhan di tahun 2025. Hari pertama adalah masa ketika tubuh beradaptasi dengan ibadah puasa, bagi yang tidak terbiasa berpuasa maka hari pertama akan terasa lemas dan cukup lapar. Tetapi nanti setelah beberapa hari, tubuh akan sudah terbiasa dengan ritme puasa dan semuanya akan berjalan biasa saja.

Puasa adalah ibadah yang membatasi, tidak hanya membatasi jam makan dan minum kita, namun berpuasa juga membuat kita membatasi sikap, perilaku, dan interaksi kita. Pada bulan ini pahala dilipatgandakan, setiap orang berusaha untuk menjadi pribadi yang baik, dengan paksaan berbagai pembatasan ini.

Namun kenapa kita perlu membatasi diri? bukankah jika semakin bebas orang akan menjadi bahagia, karena bisa melakukan apapun yang dimaunya. Namun kenyataan dan apa yang dipikirkan ternyata berjalan berlawanan, semakin kita membatasi diri kita, semakin mudah kita menjadi bahagia. Kok bisa?

Tulisan ini merupakan hasil pikiran saya, mencoba untuk berpikir kritis, dan mencoba menemukan makna dari setiap peristiwa.

Yang pertama, kebahagiaan adalah hal yang berasal dari dalam diri kita. Kebahagiaan tidak ditentukan oleh faktor luar, kita mempunyai kuasa atas diri kita, dan kita yang memutuskan apakah kita mau bahagia atau tidak.

Memang benar banyak faktor diluar kendali kita yang dapat memberikan dampak menyenangkan atau tidak menyenangkan kepada diri kita. Kita tidak dapat mengatur hal-hal apa saja yang akan mengenai kita, namun kita bisa memilih bagaimana kita bereaksi.

Sebagai seorang muslim kita mengenal istilah bersyukur, syukur akan memicu timbulnya kebahagiaan. Bersyukur menurut saya adalah menerima apa yang diberikan Allah kepada kita, mencoba berpikir positif, dan berusaha mencari hikmah atas apa yang telah diberikan-Nya. 

Yang kedua, kita harus membatasi apa yang harus menjadi perhatian kita. Dengan adanya media sosial, kita menjadi tahu semakin banyak. Semakin banyak tahu belum tentu bermanfaat untuk kita, terkadang banyak yang bertebaran di media sosial adalah hal yang sebenarnya tidak kita perlukan, dan kita tidak perlu tahu juga.

Konten-konten viral atau berita yang belum jelas kebenarannya seringkali muncul dengan mudah di gawai kita. Banyak dari hal tersebut yang menyita perhatian kita, namun sangat sedikit yang berada dalam pengaruh kita. Semua hal-hal tersebut hanya akan membuat perasaan kita campur aduk, marah, gelisah, dan kita pun tidak bisa berbuat apa-apa, karena hal tersebut di luar pengaruh kita.

Maka biarkan hanya yang penting-penting saja untuk diri kita yang masuk dalam otak kita. Hal-hal yang sekiranya akan menambah beban pikiran, membuat marah, membuat sedih yang tidak jelas, sebaiknya tidak perlu masuk ke dalam pikiran kita, dan kita pun tidak perlu menuruti keinginan untuk mengetahuinya.

Pikirkan apa yang penting, dan lakukan apa yang bisa kita lakukan. Membatasi diri dari hal-hal yang tidak perlu adalah salah satu jalan menuju kebahagiaan. Lakukan yang bisa dilakukan, jangan memikirkan sesuatu yang kita sendiri tahu kita tidak sanggup untuk melakukannya. Batasi ambisi, cukup ambisi yang pendek, kecil, dan konsisten.

Saya juga mencoba memikirkan apa yang dikatakan dr Fahrudin Faiz, bahwa bahwa bahagia itu adalah ketika kita tahu diri dan tahu batas. Saya cukup setuju dengan hal tersebut. 

Kita harus tahu diri kita, siapa kita, apa tugas kita, apa kemampuan kita, dan apa yang bisa kita lakukan untuk kebaikan umat dan agama. Memahami diri dan batas diri akan membuat kita bisa memahami diri kita sendiri. Tahu batas akan membuat kita terhindar dari hal-hal bodoh, karena kita tahu batas diri kita.

Batasi diri kita supaya kita bahagia. Batasi dengan apa yang penting untuk diri kita saja, palingkan perhatian dari hal-hal yang sekiranya tidak penting dan berpotensi buruk pada diri kita, syukuri apa yang kita peroleh, dan mencoba berpikir positif dalam semua keadaan.

Semoga Allah senantiasa membimbing kita dan memberikan kita dan keluarga kita keselamatan dunia dan akhirat.


Selasa, 25 Februari 2025

Nostalgia 25 tahun yang lalu, ketika Internet belum dikenal


Internet dan media sosial, dua hal yang tidak bisa dilepaskan dalam kehidupan sekarang ini. Jika dahulu kita mengenal sandang, pangan, dan papan sebagai kebutuhan primer, mungkin sekarang perlu ditambahkan satu item lagi, internet. Sekarang setiap orang sepertinya hidup di dua alam, dunia nyata dan dunia maya. Bahkan satu orang bisa menjadi pribadi yang berbeda di dua dunia tersebut.


Namun seperti apakah kehidupan ini jika tidak ada internet dan media sosial? Nah, itulah yang akan saya coba tuliskan dalam postingan ini. Memori saya kembali ke dekade 90-an, masa dimana internet masih belum ada, bahkan namanya belum kita kenal. Sebuah masa dimana tanpa adanya internet, kehidupan berjalan baik-baik saja, tidak ada masalah.


Saya akan mencoba kembali mengingat masa remaja saya, bagaimana kehidupan dikala itu?


Pagi hari dimulai dengan bangun pagi seperti pada umumnya. Fokusnya hanya satu, bersiap berangkat ke sekolah dan jangan sampai terlambat. Pukul enam pagi tampak banyak anak berseragam SMP dan SMA bersama-sama menunggu angkot yang lewat. Pada masa itu sepeda motor merupakan barang yang mewah, jadi angkot adalah moda transportasi paling populer untuk berangkat ke sekolah.


Dalam angkot semuanya duduk berdempetan, semua siswa dari berbagai sekolah berbagi tempat duduk. Aktivitas yang tampak seperti duduk diam, mengobrol dengan teman, atau membaca buku sepanjang perjalanan.


Saat sampai sekolah dan masuk ke dalam kelas, maka kita akan melihat banyak siswa yang duduk fokus menuliskan sesuatu di bukunya. Ya, sebelum bel berbunyi adalah waktu “kebut-kebutan” untuk menyelesaikan semua PR, entah bagaimana caranya PR tersebut harus selesai sebelum bel masuk berbunyi. Bagi yang sudah mengerjakan PR di rumah, mereka bisa duduk-duduk santai menunggu bel masuk.


Yang saya ingat saat masa sekolah tersebut adalah tas sekolah selalu penuh dengan berbagai buku, bahkan terkadang beberapa teman sampai harus beberapa bukunya di tangan karena tasnya sudah tidak muat. Kala itu satu mata pelajaran memiliki satu set buku, yaitu buku tulis untuk tugas, buku tulis untuk catatan, buku paket pelajaran yang dipinjami sekolah, buku pelajaran yang kita beli sendiri, dan LKS.


Kegiatan pembelajaran berlangsung dari pagi hingga siang hari, mendengarkan penjelasan guru, mencatat berbagai hal, mengerjakan latihan soal, dan mengingat PR yang harus dikerjakan. Ya seperti itulah, namun kala itu hal-hal tersebut adalah hal yang normal, bukan beban.


Satu hal tentang sekolah yang saya kenang adalah tentang perpustakaan. Dimasa itu ada sebuah buku novel yang berjudul “Lupus”, sebuah buku yang sangat digemari anak-anak usia remaja. Buku ini selalu dipinjam dan sangat jarang kembali ke rak buku. Begitu buku ini kembali dari peminjaman, sudah ada siswa yang langsung meminjam. Sampai sekarang, saya masih belum kesampaian untuk membaca buku ini.


Terus bagaimana jika ingin berkomunikasi? jawabannya adalah telepon umum. Telepon umum adalah sebuah telepon yang dipasang oleh pemerintah di area-area tertentu. Untuk menggunakan telepon ini, kita harus memasukkan uang logam agar bisa menelepon untuk beberapa menit.


Hiburan di masa itu hanya bisa diperoleh lewat televisi, koran atau majalah, dan radio. Pernah suatu waktu saya selalu menyempatkan waktu di siang hari untuk mendengarkan radio, hanya untuk menunggu lagu Peterpan yang berjudul mimpi yang sempurna diputar. 


Majalah dan tabloid adalah hal yang populer di kalangan remaja kala itu. Untuk anak perempuan, majalah Aneka dan Hai adalah barang yang tidak bisa dipisahkan dari mereka. Sedangkan untuk anak laki-laki, tabloid bola adalah pilihan utama. Entah sekedar untuk membaca mengenai sepakbola di liga eropa, berburu poster pemain bola yang terkenal, atau mencari bagan piala dunia atau piala eropa. Sedangkan untuk yang sedang belajar bermain gitar, tentu majalah MBS merupakan sumber referensi chord-chord gitar dari lagu-lagu terkini di masa itu.


Sejujurnya terkadang saya merindukan masa-masa itu, tidak ada internet dan media sosial. Memang dikala itu tidak banyak hal tentang dunia luar yang diketahui, tapi setidaknya hal tersebut membuat pikiran ini menjadi ringan dan kita bisa menentukan sendiri apa yang masuk ke dalam otak kita.


Sekarang, kehidupan tidak bisa kembali ke masa itu. Bukan internetnya yang salah, yang salah adalah ketika kita tidak bisa memanfaatkannya untuk kebaikan dari kita. Kitalah yang seharusnya mengendalikan internet, bukan internet yang mengendalikan diri kita.


Setidaknya saya bersyukur, pernah merasakan masa dimana internet belum ada, pernah merasakan masa awal internet masuk ke Indonesia, dan sekarang merasakan perkembangan yang sangat cepat dari internet dan dunia digital.


Dekade 90-an adalah masa yang menyenangkan. Oh ya masihkah ingat dengan Ksatria Baja Hitam? kalau anda tahu berarti kita pernah hidup di masa yang sama. :)

Sabtu, 15 Februari 2025

Lancar dan Sukses, Lomba Mata Pelajaran IPA SMP Se-Kabupaten Rembang Tahun 2025


Pagi ini suasana SMP Negeri 5 Rembang tampak ramai, banyak guru dan siswa dari sekolah lain yang berdatangan dengan antusias. Ya, hari ini adalah pelaksanaan kegiatan Lomba Mata Pelajaran IPA Tingkat SMP Se-Kabupaten Rembang, sebuah kegiatan tahunan yang rutin diselenggarakan oleh komunitas guru IPA yang tergabung dalam MGMP IPA SMP Kabupaten Rembang.

Kegiatan lomba tahun ini dilaksanakan pada tanggal 15 Februari 2025 dengan mengangkat tema Menumbuhkan Generasi Muda yang Cerdas dan Kompetitif melalui Lomba Mata Pelajaran IPA SMP Se-Kabupaten Rembang. Sama seperti tahun-tahun sebelumnya, kegiatan lomba ini tidak memungut biaya pendaftaran atau gratis.

Pendaftaran lomba telah dimulai sejak tanggal 18 Januari 2025, hasilnya sebanyak 55 sekolah tingkat menengah pertama berpartisipasi dalam kegiatan ini. Setiap sekolah hanya diwakili satu orang peserta yang berasal dari kelas VII atau VIII. Kegiatan ini merupakan pemanasan bagi siswa untuk menyongsong Olimpiade Siswa Nasional (OSN) yang akan dilaksanakan beberapa bulan kedepan.

Sekitar pukul 08.00 acara pembukaan dimulai, beberapa tamu yang hadir antara lain adalah ketua MKKS SMP Kabupaten Rembang dan Pengawas SMP. Acara dimulai dengan membaca basmalah, kemudian dilanjutkan dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya, Mars MGMP IPA, dan doa.

Setelah itu dilanjutkan dengan sambutan dan laporan kegiatan oleh Wakil Ketua MGMP IPA, bapak Endro Kuncoro, M.Pd. Acara dilanjutkan dengan sambutan dari ketua MKKS SMP bapak Ngadiyono, M.Pd, dan diakhiri sambutan sekaligus membuka kegiatan yang dilakukan kepala Dindikpora Kabupaten Rembang, yang dalam hal ini diwakili oleh Pengawas SMP ibu Ana Supriati, S.Pd.

Setelah rangkaian acara pembukaan dilanjutkan dengan penjelasan teknis kepada peserta lomba, dan peserta memasuki ruangan tes. Tepat pukul 09.15, peserta mulai mengerjakan soal dengan durasi pengerjaan 120 menit. Soal lomba kali ini berjumlah 100 butir, dengan komposisi 40 butir soal fisika dan 60 butir soal biologi.

Tes dalam lomba kali ini dilaksanakan secara paper based, siswa menuliskan jawaban pada lembar jawab komputer dengan menggunakan pensil 2B. Sistem penilaian yang digunakan adalah jika menjawab benar akan mendapatkan poin 4, menjawab salah mendapatkan poin -1, dan tidak menjawab mendapatkan poin nol.

Pukul 11.15 adalah waktu berakhirnya tes, semua peserta telah selesai mengerjakan soalnya. Setelah itu akan dilaksanakan pengoreksian jawaban dengan menggunakan aplikasi pemindaian. Aplikasi yang digunakan untuk memindai jawaban peserta adalah ZipGrade. Aplikasi ini tersedia secara gratis di Play Store dan mudah dalam penggunaannya.

Proses pemindaian dan penyusunan hasil lomba memakan waktu sekitar satu jam. Semua jawaban peserta yang telah dipindai kemudian dianalisis dan dilakukan pengecekan ulang agar hasil yang diperoleh valid dan terpercaya.

Pukul 12.10 hasil lomba telah diperoleh dan siap untuk diumumkan. Hampir semua peserta dan guru pendamping dengan sabar menunggu di aula SMPN 5 Rembang, tempat yang sebelumnya digunakan untuk acara pembukaan.

Predikat juara yang diberikan pada lomba tahun ini terdiri atas juara 1, 2, dan 3. Selain itu ada juga juara harapan bagi peserta yang menduduki peringkat empat hingga enam. Juara Lomba Mata Pelajaran IPA Tahun 2025 adalah sebagai berikut:

  • Juara I: Milha Aulia Rahma (SMPN 2 Rembang)
  • Juara II: Dimas Bagus Tetuko (SMPN 1 Lasem)
  • Juara III: Salwa Asyraf Ghanifah (SMPN 5 Rembang)
  • Juara Harapan I: Andhika Tri Fahmi Satria (SMPN 1 Rembang)
  • Juara Harapan II: Nur Aini (SMP Al Anwar)
  • Juara Harapan III: Qonita Syakira (SMPN 1 Pamotan)

Keenam peserta diatas mendapatkan trofi kejuaraan, uang pembinaan, dan sertifikat kejuaraan tingkat Kabupaten. Sedangkan untuk semua peserta akan mendapatkan e-Sertifikat sebagai peserta lomba.

Bagaimana dengan SMP Negeri 4 Satu Atap Kragan? Sekolah tempat penulis mengampu ini mendapatkan peringkat keempat belas. Dalam lomba kali ini perwakilan dari SMP Negeri 4 Satu Atap Kragan adalah Ahmad Rozikin, siswa kelas VIII.

Harapannya adalah kegiatan ini mampu memacu dan memotivasi siswa untuk semakin giat dan mempersiapkan diri dalam menghadapi OSN tahun 2025. Dan semoga pelaksanaan lomba ini semakin baik dari tahun ke tahun, selalu berinovasi dan meningkatkan mutunya. Semoga Lomba Mata Pelajaran IPA ini menjadi salah satu agenda tahunan yang bergengsi di kabupaten rembang.

Jaya selalu MGMP IPA Kabupaten Rembang.







Sabtu, 08 Februari 2025

Resensi Buku, Belajar untuk Menciptakan Keajaiban dalam Hidup Kita


Pada tulisan ini saya akan mencoba meresensikan sebuah buku yang berjudul Menciptakan Keajaiban Hidup. Buku ini ditulis oleh Ahmad Arqom dan diterbitkan oleh JP Books. Buku setebal 176 halaman ini menurut saya termasuk dalam genre pengembangan diri. 

Awal mula saya ingin membaca buku ini karena saya belum punya buku baru, jadi saya mencoba untuk mencari buku di perpustakaan sekolah, dan dapatlah buku ini. Awal ketertarikan saya adalah melihat sampul buku yang menurut saya mempunyai desain sederhana, namun berbeda dengan buku-buku lain di perpustakaan.

Menurut pandangan pribadi saya, buku ini sebagian besar ditulis tidak dengan metode bercerita (story telling), namun lebih seperti rangkuman hal-hal yang menurut penulis penting. Isi buku disajikan dalam bab yang cukup banyak, ada 25 bab dalam buku ini.

Inti buku ini adalah mengajak kita sebagai pembaca untuk terus mengembangkan kapasitas diri kita, sehingga nanti ketika waktunya telah tiba akan ada “Keajaiban Hidup” yang kita rasakan. Keajaiban Hidup yang dimaksud dalam buku ini adalah kondisi dimana kita dapat meningkatkan kapasitas dan kualitas hidup kita. 

Selain merujuk kepada cara-cara pengembangan diri pada umumnya (seperti buku pengembangan diri yang lain), buku ini juga mengambil sudut pandang agama sebagai salah satu rujukannya. Dalam hal ini penulis menggunakan sudut pandang agama islam sebagai landasan dalam pengembangan diri.

Pemantik awal yang diberikan pada awal tulisan adalah mengenai krisis ekonomi tahun 2008. Walaupun tidak separah krisis ekonomi tahun 1997, namun pada tahun tersebut krisis ini telah memicu kenaikan harga bahan bakar, yang pada akhirnya membuat hampir sebagian besar harga komoditas menjadi naik. Hal itu menjadi suatu krisis yang hampir dirasakan seluruh masyarakat.

Hal yang saya tangkap dari bagian awal buku tersebut adalah bagaimana kita dapat kuat dan terus bertumbuh menjadi pribadi yang lebih baik, terus meng-upgrade diri di tengah kondisi yang tidak mendukung. Sejatinya tantangan atau kondisi yang tidak menyenangkan jika dimaknai secara positif, adalah sebuah kondisi yang dapat kita gunakan untuk “memaksa” diri kita meningkatkan kualitas diri kita, minimal untuk bertahan hidup.

Salah satu bab dalam buku ini membahas mengenai inspirasi pertumbuhan, sebuah alasan untuk kita harus tetap bertumbuh. Salah satu hal yang menarik adalah bahwa usaha pertumbuhan atau peningkatan kualitas diri adalah salah satu bentuk bersyukur. Selain mengucapkan Alhamdulillah, mensyukuri nikmat dapat dilakukan dengan mengoptimalkan diri menjadi manusia yang lebih baik dan berguna bagi sesama.

Bab lain membahas bahwa kita harus tetap meng-upgrade diri kita walaupun ditengah berbagai kesibukan yang kita rasakan. Terkadang kita berlindung dibalik alasan kesibukan sebagai pembenaran untuk tidak bisa meningkatkan kualitas diri kita. Kesibukan bukanlah sebuah halangan, karena kita sebagai manusia dapat mengatur kesibukan kita, mengatur prioritas kita, dan selalu proaktif dalam menjalani aktivitas kehidupan ini.

Dari segi spiritual, salah satu bab membahas mengenai ketakwaan sebagai sumber energi dalam kehidupan. Bertakwa dan bersandar kepada Allah swt akan memberikan menumbuhkan sikap optimis, bahwa Allah berkuasa atas segala sesuatu, dan tidak ada yang tidak mungkin bagi-Nya. Manusia harus menyeimbangkan ibadah dan usaha, keduanya bukanlah hal yang terpisah, melainkan sesuatu yang berhubungan.

Dalam bagian lain dijelaskan pentingnya untuk memiliki visi dalam kehidupan ini, sebuah tujuan yang hendak kita capai dalam kehidupan ini. Sering kita mendengar ungkapan hidup seperti air yang mengalir, yang tapi kita juga harus bisa memiliki target hilir yang akan dituju.

Akhir buku ini membahas mengenai harmoni antara visi, kerja keras, dan kepasrahan. Kita hendaknya mempunyai visi hidup yang kita usahakan dengan kerja keras. Namun disisi lain kita juga harus tetap harus menyadari bahwa pada akhirnya Allah yang menentukan segalanya. Kerja keras dan kepasrahan adalah sebuah pasangan, kepasrahan dilakukan setelah kerja keras kita lakukan. Tentu tidak logis kita berharap untuk mencapai visi kita, namun tidak melakukan kerja keras, dan hanya pasrah saja.

Allah menyuruh kita untuk berikhtiar sebaik mungkin, dan tentu saja tidak melupakan bahwa semuanya memang ditentukan oleh-Nya. 

Keunggulan buku ini adalah bagaimana melakukan pengembangan diri dengan menggunakan sudut pandang agama sebagai acuan terbesarnya. Kita tentu sepakat bahwa manusia yang memiliki kapasitas diri yang tinggi dan dilandasi dengan spiritualitas (islam) yang kuat, akan menjadi manusia yang unggul dan memberikan manfaat bagi kehidupannya dan orang-orang disekitarnya.


Minggu, 02 Februari 2025

Resensi Buku "The 7 Habbits of Highly Effective People"

Beberapa waktu kemarin saya mencoba untuk membaca buku yang berjudul The 7 Habbits of Highly Effective People, karya Stephen R Covey. Saya tertarik membaca buku ini setelah melihat konten youtube Bapak Anies Baswedan yang menceritakan sekilas mengenai buku ini. Setelah melihat konten tersebut saya memutuskan untuk membeli buku ini lewat marketplace, untuk mengetahui sejauh mana menariknya buku ini.

Buku ini telah diterjemahkan dalam tujuh puluh dua bahasa, termasuk Bahasa Indonesia. Buku ini berisi 384 halaman, yang terbagi dalam empat bab. Keempat bab tersebut antara lain Paradigma dan Prinsip, Kemenangan Pribadi, Kemenangan Publik, dan Pembaruan. Menurut saya buku ini termasuk dalam golongan buku pengembangan diri. Versi awal buku ini terbit pada dekade sembilan puluhan. 

Menurut saya, buku ini memberikan panduan praktis bagaimana menjadi seseorang yang efektif dalam kehidupannya, tentu saja jika nilai-nilai yang terkandung di dalamnya dapat diimplementasikan dengan konsisten. Dalam tulisan ini saya akan lebih menyoroti hal-hal yang menurut saya menarik dalam buku ini.


Tujuh kebiasaan tersebut terbagi menjadi dua bagian yaitu kemenangan pribadi dan kemenangan publik. Kemenangan pribadi ditujukan untuk menata diri menjadi individu yang mampu membentuk dirinya menjadi pribadi yang baik dan unggul. Kemenangan publik ditujukan untuk bagaimana membangun relasi dan komunikasi yang baik dan efektif dengan orang lain.

Pada awal buku kita akan disuguhkan pada pembahasan mengenai paradigma dan prinsip. Paradigma merupakan cara kita dalam melihat sesuatu atau masalah. Terkadang perbedaan pendapat maupun pandangan dengan orang lain terkait suatu hal atau masalah dikarenakan setiap orang memiliki caranya sendiri dalam melihat suatu permasalahan. Prinsip adalah nilai-nilai kebajikan universal, prinsip inilah yang melandasi bagaimana kita dalam memandang suatu permasalahan. Paradigma yang ideal hendaknya dibangun dari prinsip-prinsip kebaikan.

Pada bagian kemenangan pribadi kita diberikan tiga hal yang akan membentuk diri kita menjadi pribadi yang baik dan unggul. Ketiga hal tersebut adalah menjadi proaktif, mulai dengan akhir dalam pikiran, dan mendahulukan yang utama.

Menjadi proaktif berarti kita harus mampu bersikap proaktif untuk melihat dan memilih hal-hal yang baik dan penting untuk diri kita. Kita tidak dapat menyandarkan hal-hal yang akan terjadi pada diri kita kepada orang lain, kitalah yang bertanggung jawab untuk menentukan arah hidup kita. Menurut saya menjadi proaktif berarti mampu menentukan apa yang baik pada diri kita, serta mampu melaksanakannya.

Mulai dari akhir dalam pikiran berarti kita harus memahami apa tujuan atau mimpi utama yang hendak kita capai. Kita secara sadar memahami apa tujuan atas alasan mengapa kita melakukan sesuatu. Dengan membayangkan tujuan akhir yang hendak dicapai, kita mempunyai landasan dalam menentukan tindakan-tindakan yang akan kita kerjakan. Semua tindakan yang kita rencanakan merujuk pada tujuan akhir yang hendak dicapai.

Mendahulukan yang utama berarti kita harus mampu menentukan prioritas dari apa yang kita kerjakan. Prioritas disini tidak hanya berkaitan dengan manejemen waktu, namun juga menentukan mana yang baik dan yang tidak baik untuk diri kita.

Bagian kemenangan pribadi bertujuan agar kita menjadi manusia yang sadar atas diri kita, tujuan kita, dan tindakan-tindakan yang kita ambil. Kesadaran ini akan menumbuhkan tanggung jawab kita terhadap diri kita. Intinya kita menjadi orang yang sadar siapa diri kita dan mau menjadi orang yang seperti apa. Tiga kebiasaan ini akan melatih kita dari orang yang ketergantungan menjadi pribadi yang mandiri.

Bagian kedua adalah kemenangan publik, terdiri atas tiga kebiasaan yaitu berpikir menang-menang, mengerti lebih dahulu sebelum dimengerti, dan mewujudkan sinergi. Bagian kedua ini melatih kita untuk dapat membangun kerjasama dengan orang lain, dan membentuk saling ketergantungan antara kita dengan orang lain.

Dalam berinteraksi dengan orang lain terkadang kita mempunyai kepentingan yang berbeda. Berpikir menang-menang melatih kita supaya kita dan orang lain mendapatkan solusi yang sama-sama menguntungkan dalam bekerja sama. Tentu saja berpikir menang-menang tetap dilandasi dengan prinsip-prinsip kebaikan yang kita pegang. Jika solusi menang-menang sulit untuk dicapai, kita dapat mengambil bentuk lebih rendah dari solusi menang-menang ini, yaitu kompromi. Jika memang tidak ditemukan solusi yang baik untuk kedua belah pihak, kita dapat mengambil sikap untuk tidak bekerjasama. Hal itu terkadang memang diperlukan.

Untuk membuat orang lain mengerti diri kita, kita harus mau mengerti lebih dahulu. Dalam bagian ini kita harus berlatih untuk mau mendengar orang lain, jika kita mau untuk didengar. Dengan mencoba untuk mengerti lebih dahulu, maka orang lain pun akan bersikap mau mengerti terhadap keinginan atau kemauan kita.

Kebiasaan ketiga adalah mewujudkan sinergi dengan orang lain, istilah sekarang adalah kolaborasi. Tidak dapat dipungkiri sebagai makhluk sosial kita harus mampu bersinergi dengan orang lain agar tujuan umum dan tujuan pribadi yang hendak kita capai dapat terwujud dengan lebih baik.

Kebiasaan ketujuh adalah mengasah gergaji. Maksudnya adalah kita harus senantiasa melatih keenam kebiasaan pertama tadi. Selain konsisten melatih keenam kebiasaan tersebut, kita juga harus memaksimalkan elemen fisik, pikiran, emosional, dan spiritual pada diri kita. Kesemuanya adalah siklus yang yang saling berhubungan satu sama lain, dengan melatih salah satu elemen, akan mempengaruhi elemen yang lain.

Saya menyadari pemahaman saya akan isi buku ini masih jauh dari sempurna, maka saya menyarankan agar anda yang membaca tulisan ini untuk menyempatkan membaca buku ini secara penuh. Mungkin insight yang anda dapatkan berbeda dengan yang saya dapatkan dan pahami.

Minggu, 26 Januari 2025

Pengayaan, Memberikan Pengalaman Lebih Kepada Peserta Didik

Pada tulisan sebelumnya, saya menulis tentang pembelajaran remedial. Sebuah kegiatan yang ditujukan kepada peserta didik yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimal. Terus bagaimana dengan peserta didik yang telah mencapai atau melampaui kriteria ketuntasan minimal? Jawabannya adalah kegiatan pengayaan.

Tulisan ini masih merujuk sumber referensi yang sama, yaitu Buku Guru Ilmu Pengetahuan Alam Kelas VIII untuk kurikulum 2013. Walaupun sekarang sudah berganti kurikulum, namun saya merasa esensi dalam buku ini masih relevan dengan kebutuhan saat ini.

Kegiatan pengayaan dapat didefinisikan sebagai kegiatan yang diberikan kepada peserta didik kelompok cepat agar mereka dapat mengembangkan potensinya secara optimal dengan memanfaatkan sisa waktu yang dimilikinya.

Tujuan diberikannya kegiatan pengayaan yaitu memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memperdalam penguasaan materi pelajaran yang berkaitan dengan tugas belajar yang sedang dilaksanakan sehingga tercapai tingkat perkembangan yang optimal. Sehingga secara umum kegiatan pengayaan dapat diartikan sebagai pengalaman atau kegiatan peserta didik yang melampaui persyaratan minimal yang ditentukan oleh kurikulum dan tidak semua peserta didik dapat melakukannya.

Kegiatan pengayaan dapat dilakukan dengan menggunakan sumber belajar, metode pembelajaran, dan alat bantu pembelajaran yang bervariasi dibandingkan dengan pembelajaran biasa. Sehingga dengan memanfaatkan sumber daya yang ada dan dengan disesuaikan dengan karakteristik peserta didik, maka peserta didik dapat melakukan proses belajar yang efektif.

Beberapa kegiatan pengayaan yang dapat dilakukan adalah meminta peserta didik membaca sumber pustaka yang lain, mengakses internet, diberikan tugas pemecahan masalah yang lebih tinggi, dan melakukan penyelidikan sederhana. Semua kegiatan itu tentu yang relevan dengan materi yang sedang dipelajari.

Dalam memilih dan melaksanakan kegiatan pengayaan, seorang guru harus memperhatikan beberapa hal-hal berikut:

  1. Faktor peserta didik, baik faktor minat maupun faktor psikologis.
  2. Faktor manfaat edukasi, dan
  3. Faktor waktu.

Tugas yang dapat diberikan guru pada peserta didik yang mengikuti kegiatan pengayaan diantaranya adalah memberikan kesempatan menjadi tutor sebaya, mengembangkan latihan praktis dari materi yang sedang dibahas, membuat hasil karya, melakukan suatu proyek, membahas masalah, atau mengembangkan permainan yang harus diselesaikan peserta didik.

Kegiatan pengayaan dapat dilaksanakan dengan teknis sebagai berikut:

  1. Kegiatan eksploratori yang bersifat umum. Kegiatan ini berupa sajian materi yang “melebihi” materi, yang secara reguler tidak tercakup dalam kurikulum.
  2. Keterampilan proses yang diperlukan oleh peserta didik agar berhasil dalam melakukan pendalaman dan investigasi terhadap topik yang diminati dalam bentuk pembelajaran mandiri.
  3. Pemecahan masalah yang diberikan kepada peserta didik yang memiliki kemampuan belajar yang tinggi, berupa pemecahan masalah nyata dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah atau pendekatan investigatif (metode ilmiah).

Pada akhirnya kegiatan pengayaan tersebut hendaknya menyenangkan dan mengembangkan kemampuan kognitif tinggi sehingga mendorong peserta didik mengerjakan tugas yang diberikan.

Pengayaan dan remedial merupakan sebuah pasangan yang tidak dapat dipisahkan. ketika pembelajaran biasa telah selesai, maka hasil telah didapatkan. setelah dianalisis tentu ada kemungkinan peserta didik mencapai kriteria ketuntasan minimal atau tidak mencapai kriteria ketuntasan minimal.

guru harus bijak membagi waktu dan merancang skenario yang tepat agar kegiatan remedial dan pengayaan dapat berlangsung dengan baik. Dengan manajemen yang baik, maka kedua kegiatan ini dapat memberikan dampak sesuai tujuan kegiatan kedua kegiatan tersebut.

Sabtu, 25 Januari 2025

Pembelajaran Remedial, suatu usaha untuk perbaikan


Bagi anda yang bekerja dalam dunia pendidikan tentu sudah tidak asing dengan istilah Kriteria ketuntasan Minimal (KKM), yang kini berubah istilah menjadi Kriteria Ketercapaian Tujuan Pembelajaran (KKTP). Kedua istilah tersebut mempunyai definisi yang sebenarnya hampir sama, yaitu batas minimal yang harus dicapai peserta didik untuk dapat dinyatakan telah menguasai suatu kompetensi atau mencapai tujuan pembelajaran yang telah dipersyaratkan.

Lalu bagaimana dengan peserta didik yang belum mencapai KKM atau KKTP tersebut? Tentu diperlukan tindakan-tindakan khusus agas peserta didik tersebut dapat mencapai kriteria yang dipersyaratkan. Tindakan ini adalah tindakan perbaikan yang diberikan kepada peserta didik agar mencapai kriteria KKM atau KKTP, tindakan ini dinamakan program Remedial.

Merujuk pada Buku Guru Ilmu Pengetahuan Alam Kelas VIII yang dahulu diterbitkan untuk kurikulum 2013, program remedial atau pembelajaran remedial adalah kegiatan yang ditujukan untuk membantu peserta didik yang mengalami kesulitan dalam menguasai materi pelajaran. Kegiatan ini merupakan bentuk layanan pendidikan yang diberikan kepada peserta didik untuk memperbaiki prestasi belajarnya, sehingga mencapai kriteria ketuntasan yang telah ditetapkan.

Dalam kaitannya dengan proses pembelajaran, kegiatan remedial memiliki beberapa fungsi antara lain:

  1. Memperbaiki cara belajar peserta didik dan cara mengajar guru, hal ini merupakan bentuk fungsi korektif.
  2. Meningkatkan pemahaman guru dan peserta didik terhadap kelebihan dan kekurangan dirinya, hal ini merupakan fungsi pemahaman.
  3. Menyesuaikan pembelajaran dengan karakteristik peserta didik, hal ini merupakan fungsi penyesuaian.
  4. Mempercepat penguasaan peserta didik terhadap materi pelajaran, hal ini merupakan fungsi akselerasi.
  5. Memperkaya pemahaman peserta didik tentang materi pelajaran, hal ini merupakan fungsi pengayaan.
  6. Membantu mengatasi kesulitan peserta didik dalam aspek sosial-pribadi, hal ini merupakan fungsi terapeutik.

Dengan berbagai fungsi yang dimiliki pembelajaran remedial ini, kegiatan ini merupakan kegiatan yang seharusnya dilaksanakan dengan konsisten oleh guru. Namun dengan mengingat beban kerja yang cukup banyak dan terbatasnya waktu yang ada, terkadang kegiatan remedial ini cukup sulit untuk dikerjakan secara konsisten.

Dengan segala kenyataan yang ada perlu tindakan bijak dalam melaksanakan kegiatan remedial ini. Yang paling penting adalah kesadaran akan pentingnya proses pembelajaran harus tertanam pada diri guru dan peserta didik harus terbangun dengan benar. Kedua belah pihak harus memiliki pemahaman yang sama tentang arti penting pembelajaran, guru harus bersungguh-sungguh untuk membantu peserta didik mencapai kriteria ketuntasan yang telah ditetapkan, serta peserta didik memiliki semangat dan motivasi belajar yang kuat untuk mengejar ketertinggalannya. Jika tidak terbangun sinergitas antara guru dan peserta didik, kegiatan pembelajaran remedial ini tidak akan berjalan sesuai dengan harapan.

Kegiatan remedial ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain memberikan tambahan penjelasan atau contoh,menggunakan strategi pembelajaran yang berbeda dengan sebelumnya, mengkaji ulang pembelajaran yang lalu, menggunakan berbagai jenis media, melakukan aktivitas fisik, kegiatan kelompok, tutor sebaya, dan menggunakan sumber belajar lain.

Secara umum kegiatan remedial tidak harus dilaksanakan dengan pembelajaran secara klasikal. Kegiatan remedial dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti di atas, dengan memperhatikan kondisi, kebutuhan, dan jumlah peserta didik.

Waktu kegiatan pembelajaran remedial dapat beragam. Kegiatan remedial dapat dilaksanakan sebelum kegiatan pembelajaran biasa untuk membantu peserta didik yang diduga akan mengalami kesulitan (preventif). Kegiatan remedial dapat dilaksanakan setelah kegiatan pembelajaran biasa untuk membantu peserta didik yang ternyata mengalami kesulitan belajar (kuratif). Dan, kegiatan remedial dapat dilaksanakan selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran (pengembangan).

Untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran remedial diperlukan langkah-langkah yang harus dilakukan. Langkah dalam mempersiapkan kegiatan pembelajaran remedial dimulai dengan melakukan analisis hasil diagnosis kesulitan belajar peserta didik, menemukan penyebab kesulitan belajar, menyusun rencana kegiatan remedial, melaksanakan kegiatan remedial, dan menilai kegiatan remedial.

Masih merujuk buku yang sama, kegiatan remedial dapat dilaksanakan secara klasikal atau non klasikal. Pembelajaran remedial dapat dilaksanakan secara klasikal jika lebih dari 75% peserta didik dalam satu kelas memperoleh nilai dibawah kriteria ketuntasan yang telah ditetapkan.

Memang jika kegiatan pembelajaran dilaksanakan secara ideal akan membutuhkan waktu dan tenaga yang banyak. Namun kunci sukses dari suatu kegiatan pembelajaran menurut saya adalah kesadaran penuh antara guru dan peserta didik. Kedua belah pihak harus menyadari pentingnya pendidikan pada diri mereka.

Kegiatan pembelajaran di sekolah tidak boleh dipandang secara transaksional. Kegiatan pembelajaran di sekolah merupakan bagian kecil dari keseluruhan proses pengembangan diri peserta didik selama hidupnya. Jangan menyamakan proses pembelajaran di sekolah seperti servis motor di bengkel. Motor rusak, masuk bengkel, dilakukan servis perbaikan, dan motor sudah dalam kondisi baik. 

Proses pembelajaran merupakan proses yang panjang, proses seumur hidup. Bukan merupakan hal yang instan, dan seharusnya pemahaman tersebut dimiliki oleh semua orang baik di lingkungan sekolah atau masyarakat.

Sumber:

Zubaidah, Siti dkk. 2014. Buku Guru Ilmu Pengetahuan Alam Kelas VIII. Jakarta: Kemdikbud.

Minggu, 19 Januari 2025

Artificial Intelligence, menjadikan kita (tidak) lebih pintar

Sumber: kompasiana.com

Salah satu trend yang cukup ramai dalam dunia pendidikan adalah Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan. Ramai konten dalam berbagai media sosial yang membahas cara membuat perangkat pembelajaran, media pembelajaran, dan soal dengan memanfaatkan AI. Bahkan karya tulis pun dapat dengan mudah dibuat dengan menggunakan AI.

AI dalam dunia pendidikan tidak hanya dimanfaatkan oleh guru, siswa pun juga bisa memanfaatkan. Ya, jika ada tugas seperti membuat karya tulis dan tidak tahu bagaimana membuatnya, cukup manfaatkan AI dan semuanya akan menjadi beres.

Semuanya terlihat keren, dan memang keren. Perangkat pembelajaran, soal, dan karya tulis semuanya menjadi keren. Terlihat AI begitu membantu semua pekerjaan dan tugas. Namun bagaimana dengan dampaknya? 

Untuk jangka pendek, AI sepertinya menjadi solusi yang mujarab. Semua yang dihasilkannya terlihat sempurna, dan AI sepertinya menjadi jawaban untuk “menjadi pintar”. Namun bagaimana dengan jangka panjangnya?

Secara pribadi saya tidak setuju dengan penggunaan AI dalam dunia pendidikan. Bukannya saya tidak pernah menggunakan AI, tapi saya mencoba untuk menghindarinya. Untuk beberapa kondisi memang membantu, tetapi jika terlalu tergantung akan memberikan dampak negatif kepada kita.

AI akan membuat kita terlihat keren, namun pada saat yang bersamaan membuat kita menjadi bodoh. AI adalah teknologi yang pada dasarnya dibuat untuk membantu memperingan pekerjaan kita, namun bukan menjadikannya menggantikan pekerjaan yang seharusnya kita lakukan.

Saya akan mencoba menuliskan opini atau pendapat pribadi saya tentang dampak negatif AI. Anda boleh suka atau tidak suka, namun sebaiknya anda membaca tulisan ini sampai akhir. Dan saya menuliskan opini ini dari sudut pandang saya sebagai guru.

Yang pertama, AI akan menurunkan kreativitas kita. Ketika kita dihadapkan sebuah pekerjaan seperti membuat perangkat pembelajaran, soal, ataupun karya tulis, maka diperlukan beberapa tahapan untuk menyelesaikannya. Mulai mengidentifikasi kondisi awal, menetapkan target, mencari referensi, membuat draft, melakukan analisis, penyuntingan, dan akhirnya selesai. Semua proses tahapan tersebut memakan waktu, tenaga, dan pikiran kita.

Dengan AI, kita tinggal memasukkan kata kunci, klik, dan jadi. Hasilnya akan sempurna, bahkan terlihat lebih sempurna daripada kita buat sendiri. Ini adalah proses instan, proses yang panjang jika kita kerjakan secara manual memang akan memakan waktu, tapi disisi lain kita memaksa diri kita belajar, membuat tugas pekerjaan yang sesuai dengan kebutuhan, dan melatih kita untuk terus berinovasi dan berpikir.

Pemanfaatan AI yang tidak bertanggung jawab akan membunuh kemampuan berpikir kritis yang kita miliki. Tidak akan ada pertarungan pemikiran di otak kita, dan lambat laun akan mendangkalkan kemampuan berpikir kritis yang ada, dan pada akhirnya kreativitas kita menjadi hilang.

Yang kedua, akan menjadikan kita kurang berhati-hati. Ketika AI digunakan untuk membuat suatu karya tulis, maka hasilnya akan langsung keluar dan bagus. Didalamnya ada berbagai kutipan, sumber atau pustaka yang ditampilkan. Namun apakah anda pernah mempertanyakan semua sumber, kutipan, atau referensi itu benar? Atau setidaknya memang ada.

Ketika kita membuat suatu karya tulisan ilmiah, salah satu tahapan yang dilakukan adalah mencari berbagai referensi yang mendukung. Kita membacanya, menentukan kalimat mana yang akan dikutip, bahkan membolak-balik referensi tersebut untuk menuliskan daftar pustaka yang benar.

Penggunaan AI yang tidak bertanggung jawab sekali lagi akan menurunkan daya berpikir kita. Tidak ada pengecekan terhadap akurasi tulisan yang dihasilkan, validasi sumber yang digunakan, atau apakah referensi yang ada didalamnya sebenarnya sesuai dengan tema yang akan kita tuliskan. Jika kita tidak mempunyai kemampuan berpikir kritis yang cukup, semua itu akan ditelan mentah-mentah, dan bagaimana kita mempertanggungjawabkan karya tulis yang kita buat?

Yang ketiga, menurunkan minat belajar. Jika yang kita cari adalah hasil yang keren, bahkan lebih keren dari yang bisa kita buat sendiri, AI adalah jawabannya. Dan jika hal tersebut sudah memuaskan kita, ketergantungan yang akan terjadi, dan belajar tidak lagi menjadi sesuatu yang penting.

Belajar adalah proses yang panjang dan penuh tantangan. Tidak ada yang instan dalam belajar, semuanya membutuhkan proses. Hasil dari proses belajar yang panjang tersebut adalah pemahaman yang utuh. Sekali lagi, jika hasil instan yang diberikan AI sudah memuaskan kita, lambat laun keinginan belajar akan turun.

Beberapa hal yang saya tuliskan ini adalah hasil pemikiran saya, mungkin tidak sepenuhnya benar, namun juga belum tentu salah. Kebijaksanaan diperlukan dalam pemanfaatan AI dalam dunia pendidikan. 

Seyogianya kitalah yang menguasai AI, kita yang menentukan kapan digunakan dan kapan tidak. Perlu pembatasan diri yang kuat agar terhindar dari pemanfaatan AI yang berlebihan. Proses pembelajaran atau perkembangan diri lebih utama daripada hasil yang instan.

Menjadi guru yang hebat diperlukan proses yang panjang, proses belajar yang tidak pernah berhenti, dan kemauan untuk terus berkembang yang tidak pernah padam. Ini bukan tentang terlihat menjadi orang yang keren, tapi memang menjadi orang yang benar-benar keren.

Jika anda membaca tulisan ini, anda boleh memiliki pemikiran yang berbeda, dan itu tidak masalah. Di akhir tulisan ini ada sebuah pertanyaan refleksi yang saya tujukan untuk diri saya sendiri, yaitu:

Apakah akan membanggakan jika saya mempunyai suatu karya, namun sebenarnya bukan sayalah yang membuatnya?

Jumat, 17 Januari 2025

Akhirnya, Habis PMM terbitlah Rumah Pendidikan

ilustrasi beban tugas guru (sumber: dok pribadi)


Istilah ganti menteri ganti kebijakan sepertinya memang benar adanya. Dalam dunia pendidikan biasanya ditandai dengan pergantian kurikulum, sekarang ada satu lagi yang sepertinya akan berganti, yaitu lahirnya sebuah platform baru.

Beberapa saat yang lalu sebelum saya menulis tulisan ini, saya melihat story Whatsapp Pengajar Praktik yang mendampingi saya dalam kegiatan Pendidikan Guru Penggerak bahwa ada aplikasi baru yang bernama Rumah Pendidikan.

Tertarik akan hal tersebut, saya kemudian mencari informasi mengenai Rumah Pendidikan. Dalam laman resmi Kemendikdasmen, saya belum menemukan press release mengenai aplikasi Rumah pendidikan. Namun dalam layanan Google Play Store, aplikasi tersebut sudah ada.

Melansir dari laman portal berita RRI (16/01/2025), Rumah Pendidikan merupakan sebuah aplikasi digital yang dirancang untuk memudahkan akses pendidikan secara daring. Platform ini menyatukan berbagai materi dan fitur interaktif bagi siswa dan guru.

Platform Rumah Pendidikan diluncurkan oleh Kemendikdasmen pada Januari 2025, dan tujuan diluncurkannya platform ini adalah untuk menggantikan platform terdahulu, termasuk PMM. Hal ini dikarenakan PMM banyak menuai keluhan dari guru, sehingga perlu disempurnakan dengan pembaharuan dan fitur yang sesuai dengan kebutuhan pengguna.

Platform Rumah Pendidikan memiliki delapan fitur, yang disebut delapan ruang utama. Delapan ruang utama tersebut antara lain Ruang GTK, Ruang Sekolah, Ruang bahasa, Ruang Murid, Ruang Pemerintah, Ruang Mitra, Ruang Publik, dan Ruang Orang Tua.

Fokus masing-masing ruang tersebut antara lain, Ruang GTK ditujukan untuk guru, Ruang Sekolah untuk data dan informasi sekolah, Ruang Bahasa untuk sumber belajar bahasa, Ruang Murid untuk akses materi pembelajaran dan tugas, Ruang Pemerintah untuk kebijakan dan monitoring, Ruang Mitra untuk kolaborasi, Ruang Publik untuk informasi umum, serta Ruang Orang Tua untuk memantau perkembangan anak.

Sampai tulisan ini saya buat, belum ada sosialisasi mengenai platform Rumah Pendidikan ini ke sekolah-sekolah. Ketika saya mencoba untuk memasukkan kata kunci rumah pendidikan di Play Store, aplikasi ini belum muncul dalam daftar pencarian. Namun aplikasi ini dapat diakses melalui tautan yang akan saya sertakan di akhir tulisan ini.

Merujuk pada laman aplikasi ini, aplikasi Rumah Pendidikan telah di unduh sebanyak lebih dari lima ribu kali. Dirilis pada tanggal 14 Januari 2025 dan pembaruan terakhir tercatat pada tanggal 16 Januari 2025, dengan versi aplikasi 1.0.1. Belum ada komentar yang terlihat pada laman Play Store aplikasi, dan saya pribadi juga belum menginstall aplikasi ini.

Tangkapan layar laman Play Store Rumah Pendidikan (sumber: pribadi)

Menurut saya pribadi, sejauh ini fitur-fitur yang berada dalam Rumah Pendidikan terlihat hampir sama dengan PMM dengan beberapa tambahan. Sehingga menarik untuk ditunggu bagaimanakah penggunaan Rumah Pendidikan ini kedepannya. Apakah platform ini adalah PMM dengan kemasan baru? Apakah platform ini akan sama saja memberikan beban tugas baru untuk guru? Kita lihat saja nanti.

Tautan Platform Rumah Pendidikan disini.

Kamis, 16 Januari 2025

Water Station, Upaya Pembiasaan Minum Air Putih

Ada pemandangan baru di ruang kelas SMP Negeri 4 Satu Atap Kragan (ESPAGA). Jika umumnya ruang kelas berisi meja, kursi, dan papan tulis, mulai minggu ini ada sesuatu yang baru. Ya, mulai minggu ini di setiap ruang kelas ada sebuah fasilitas Water Station.

Water Station atau sarana air minum merupakan fasilitas bagi siswa untuk dapat mengakses air minum setiap saat. Dengan adanya air minum di setiap kelas, maka siswa dengan mudah memenuhi kebutuhan air minum mereka setiap saat.

Menurut Koordinator Gerakan Sekolah Sehat (GSS) ESPAGA ibu Dian Feriana, lahirnya program ini salah satunya karena keprihatinan akan fenomena yang terjadi sekarang ini. Siswa lebih banyak mengkonsumsi minuman yang mengandung pewarna dan pemanis, dimana hal ini tidak baik untuk kesehatan siswa.

“Maraknya kasus gagal ginjal dan diabetes pada anak karena terlalu banyak mengkonsumsi minuman manis dan berwarna, Serta surat Edaran Dirjen PAUD, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah Nomor 1725/C.C4/DM.00.02/2024 tentang Gerakan Sekolah Sehat (GSS) pada poin Sehat bergizi, yaitu Pembiasan minum air putih minimal 2 gelas selama belajar di sekolah”, kata bu Dian saat kami menanyakan latar belakang lahirnya program ini.


Program ini secara efektif mulai berjalan pada hari senin tanggal 13 Januari 2025. Tujuan utama program ini bukan untuk melarang siswa untuk jajan, terutama membeli minuman berpemanis dan berpewarna. Program ini bertujuan untuk melatih siswa mengurangi mengkonsumsi minuman yang tidak baik untuk kesehatan, serta membiasakan siswa untuk lebih terbiasa minum air putih.


“Anak anak terbiasa minum air putih dan bisa mengurangi minuman manis dan berwarna”, tutur guru pengampu mata pelajaran Bahasa Inggris tersebut ketika menjelaskan tujuan program Water Station ini.


Teknis pelaksanaan program ini adalah sekolah memberikan galon air minum ke setiap kelas. Setelah dibagikan, siswa akan membuat kesepakatan mengenai bagaimana pemanfaatan fasilitas ini diterapkan di kelas mereka. Jika nanti air minum tersebut habis, siswa dapat menukarkan galon kosong mereka di koperasi sekolah dengan galon air minum yang baru.


Dengan program ini secara tidak langsung melatih siswa untuk bertanggung jawab terhadap jalannya program. Pemberian kebebasan kepada siswa untuk membuat aturan dalam pemanfaatan layanan ini akan menjadikan siswa merasa memiliki terhadap program ini.


Dalam beberapa hari pelaksanaan program ini, sudah mulai tampak respon dan tanggapan dari siswa. Bu Dian mengatakan bahwa siswa sangat antusias dengan adanya program ini. “Sangat antusias dan bisa menerima dengan baik”, kata bu Dian menceritakan respon siswa yang diamatinya.


Program Water Station ini merupakan langkah nyata ESPAGA dalam berinovasi dan meningkatkan kualitas pendidikan. Inovasi yang baik tidak selalu berupa inovasi yang besar dan bombastis, inovasi yang baik adalah yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi siswa.


Sebelum tulisan ini dibuat, saya telah mengkonfirmasi beberapa siswa ESPAGA untuk mengetahui tanggapan mereka mengenai program ini. Tanggapan siswa akan saya sertakan di akhir tulisan ini.


Semoga lahirnya program ini merupakan langkah awal seluruh komponen ESPAGA dalam usaha untuk meningkatkan mutu layanan pendidikan, serta mewujudkan siswa yang selaras dengan slogan ESPAGA, yaitu CAKRA. Cerdas, Aktif, Kreatif, Religius, dan Andal.


Tanggapan siswa terhadap program Water Station:


“Menurut saya sendiri progam air dari sekolah yang di kasih di berbagai kelas sangat membantu untuk saya yang gampang haus,dan juga hemat uang saku biar tidak beli es rasa-rasa yang mengandung banyak gula.”

(Mesia Aprilia Putri, Kelas VIII-B)


“Menurut saya program air dari sekolah yg di bagikan di berbagai kelas sangatlah membantu bagi semua. Dengan adanya air minum yang di kasih oleh sekolah kita semua bisa menghindari minuman yang mengandung kadar gula yang cukup tinggi dan berasa.”

(Siti Nuroyyah Jaisyika, Kelas VII-A)


“Menurut saya sendiri progam air dari sekolah yang di kasih di berbagai kelas sangat membantu. Dengan adanya minum di kelas, kalau kita kehabisan uang jajan, air minum di kelas bisa membantu kita kalau kita kehausan”

(Nugi Aditya Saputra, Kelas VIII-A)


“Menurut saya program air yang dikasih sekolah sangat membantu. 

Saya sangat senang dengan program air minum di kelas kami. Program ini membantu menjaga kesehatan dan kesegaran kami sepanjang hari. Air minum yang disediakan selalu bersih dan segar. Manfaat yang saya rasakan, meningkatkan konsentrasi dan produktivitas belajar, mengurangi kelelahan dan stres, meningkatkan kebersihan dan kenyamanan lingkungan belajar, dan mencegah siswa dan siswi untuk membeli minuman yang mengandung banyak kadar gula. Saya berharap program ini terus berlanjut dan dikembangkan untuk meningkatkan kualitas belajar kami. Terima kasih.”

( Kholifah Putri Salsabila, Kelas VII)


“Menurut saya program air dari sekolah yang dibagikan berbagai kelas sangatlah bermanfaat bagi kita yang sering kehausan bisa mengurangi untuk membeli es marimas.”

(Anggun Eka Rahayu, Kelas VIII-A)


“Menurut saya program air dari sekolah sangatlah bermanfaat karena siswa siswi bisa mengurangi untuk tidak membeli es gelas dan marimas.”

(Alfina Regina Putri, Kelas VII-A)


“Dengan adanya program air minum di tiap kelas sangat sangat membantu bagi saya dan teman teman apalagi saat waktu siang kebanyakan uang sakunya sudah habis dan merasa haus,dengan adanya program ini bisa mengatasi masalah ini.”

(Ahmad Rozikin, Kelas VIII-B)


“Kalau saya pribadi menurut saya program air galon dari sekolah untuk tiap kelas memang membantu murid-murid yang biasa haus setelah lelah belajar. Namun, menurut saya program air galon ini rasa dari air galon tersebut agak berbeda dibandingkan air lain maksud saya bukannya nggak enak tapi kurang cocok dengan selera saya”

(Tirta Yogi Barata, Kelas IX)


“Menurut pendapat saya, dengan adanya program ini bisa lebih menghemat uang saku dan juga bisa mengurangi akan banyaknya kita minum es rasa-rasa. Karena, pada dasarnya disekolah kita banyak sekali anak yang meminum es rasa-rasa, jadi lebih sedikit mengurang dengan adanya program ini. Dan sedikit memberi masukan, kalau bisa air galonnya diganti merk lain karena rasa dari air galonnya pahit.”

(Nadila Ayu Lestari, Kelas IX)



#2 Ramadhan adalah Kesadaran Diri

Ramadhan adalah bulan yang spesial, bulan dimana perintah puasa satu bulan penuh dilaksanakan dan bulan turunnya Al Quran pertama kali. Sepa...