Jumat, 16 Mei 2025

Kisi-Kisi ASAT IPA Kelas VII dan VIII Tahun Ajaran 2024/2025


Satu bulan lagi, semua siswa kelas VII dan VIII SMP Negeri 4 Satu Atap Kragan akan menempuh Asesmen Sumatif Akhir Tahun (ASAT) Tahun Ajaran 2024/2025. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui capaian pembelajaran peserta didik pada semester genap pada tahun ajaran yang sedang berjalan.

Menurut buku panduan pembelajaran dan asesmen yang dikeluarkan Kemdikbud, asesmen sumatif dilakukan untuk memastikan ketercapaian keseluruhan tujuan pembelajaran. Asesmen ini dilaksanakan pada akhir pembelajaran, seperti akhir semester. Hasil Asesmen ini akan digunakan sekolah sebagai pertimbangan kenaikan jenjang peserta didik.

Materi pelajaran kelas VII yang akan diujikan dalam kegiatan asesmen ini adalah gerak dan gaya, klasifikasi makhluk hidup, ekologi dan keanekaragaman hayati Indonesia, serta bumi dan tata surya.

Sedangkan untuk kelas VIII, materi yang akan diujikan dalam asesmen antara lain getaran, gelombang, bunyi, unsur, senyawa, campuran, serta struktur bumi dan perkembangannya.

Kegiatan ASAT semester genap tahun ajaran 2024/2025 kemungkinan akan dilaksanakan pada tanggal 2 s.d. 9 Juni 2025. Untuk mata pelajaran IPA, jumlah soal yang diujikan sebanyak 40 butir soal dengan lama waktu pengerjaan 120 menit. Jenis soal yang diujikan adalah pilihan ganda, menjodohkan, dan esai.

Berikut saya sampaikan kisi-kisi ASAT mata pelajaran IPA untuk seluruh siswa kelas VII dan VII. Kisi-kisi ini dibagikan dengan tujuan sebagai panduan bagi siswa dalam mempersiapkan diri menghadapi ASAT. Dengan memahami kisi-kisi ASAT, diharapkan siswa dapat belajar lebih efektif dan terarah, dan diharapkan mendapatkan hasil yang maksimal.

Selamat belajar, dan berikut ini adalah kisi-kisi ASAT mata pelajara IPA untuk kelas VII dan VIII.


Tautan Kisi-Kisi ASAT

Kelas VII

Kelas VIII

Kamis, 15 Mei 2025

Jurnal "Teach Like Finland" - Bagian 2


Melanjutkan tulisan sebelumnya mengenai impresi yang saya rasakan terhadap isi buku “Teach Like Finland”, saya belum menemukan suatu hal spesial atau besar yang membuat pendidikan di Finlandia menjadi hebat. Hingga tulisan ini saya buat (15/5), saya telah selesai membaca bab pertama, dan saya hanya bisa mengatakan, mereka membuat sesuatu yang sebenarnya biasa saja menjadi spesial.

Timothy D Walker memberi judul “Kesejahteraan” pada bab pertama. Agar proses pembelajaran dapat berjalan maksimal, maka kita harus memastikan kebutuhan dasar siswa terpenuhi, itulah yang dimaksud dengan memberikan kesejahteraan kepada siswa. Jika kebutuhan dasar tersebut dapat terpenuhi, maka siswa dapat mengikuti proses belajar dengan baik. 

Merujuk pada materi Nilai dan Peran Guru Penggerak yang pernah saya pelajari, manusia memiliki lima kebutuhan dasar, antara lain bertahan hidup (survival), kasih sayang dan rasa diterima (love and belonging), kebebasan (freedom), kesenangan (fun), dan penguasaan (power). Tidak terpenuhinya kebutuhan dasar tersebut akan membuat siswa melakukan berbagai cara untuk memenuhinya, dan biasanya kita mengidentifikasi perilaku tersebut dengan istilah “membuat ulah”.

Ada beberapa hal yang dilakukan di Finlandia untuk memberikan kesejahteraan kepada siswa, dan kesan yang pertama kali saya tangkap adalah “terlalu santai”. Tapi itulah yang mereka lakukan dan berjalan dengan baik di Finlandia. 

Jadwal Istirahat Otak.

Seperti tulisan sebelumnya, jam pelajaran di Finlandia lebih pendek daripada negara lain, dan mereka masih memberikan jeda istirahat antar pelajaran. Pada awalnya saya menganggap terlalu banyak jam istirahat akan membuat kegiatan pembelajaran menjadi tidak efektif.

Di buku tersebut dijelaskan mengapa para guru di Finlandia melakukan hal tersebut. Adanya jeda antar jam pelajaran memberikan waktu kepada siswa untuk beristirahat dan mengembalikan fokus mereka. Sebagai guru saya sering melihat ketika melakukan kegiatan belajar dengan durasi yang cukup panjang, siswa terlihat mulai lelah dan kehilangan fokus. Jika dipaksakan, maka akan cukup banyak materi pelajaran yang tidak bisa diserap oleh siswa. 

Di Finlandia, ketika jeda istirahat para guru meminta siswa untuk melakukan kegiatan di luar kelas. Siswa diberikan kebebasan untuk melakukan berbagai hal yang mereka sukai selama jam istirahat tersebut. Tujuannya adalah untuk mengisi ulang kembali energi psikis siswa agar siap dan fokus menghadapi pelajaran berikutnya. Ya, orang Finlandia cenderung santai, dan sepertinya sejalan dengan falsafah jawa, alon-alon asal kelakon.

Belajar Sambil Bergerak.

Pendidikan di Finlandia menekankan perlunya aktivitas fisik dalam proses pembelajaran di kelas. Kegiatan fisik dalam pembelajaran dapat berupa adanya kegiatan berjalan, berdiri, atau aktivitas fisik lain yang sesuai dengan kegiatan belajar.

Penulis menyebutkan bahwa aktivitas fisik dalam proses pembelajaran memberikan berbagai manfaat untuk siswa, seperti mengurangi obesitas, mengurangi resiko penyakit kardiovaskular, memperbaiki fungsi kognitif (ingatan dan perhatian), dan secara positif mempengaruhi kesehatan mental.

Finlandia pun meluncurkan sebuah program Finnish Schools on the Move, sebuah program yang dikembangkan secara sistematis untuk meningkatkan kegiatan fisik siswa selama hari sekolah. Turunan dari program itu adalah adanya Recess Activators atau penggiat istirahat, yaitu beberapa siswa yang bertugas untuk mengajak teman-temannya untuk mengisi waktu istirahat dengan melakukan aktivitas fisik, seperti permainan.

Recharge Sepulang Sekolah.

Keseimbangan adalah hal yang menjadi perhatian di Finlandia, keseimbangan antara kegiatan sekolah dan di luar sekolah. Jangan sampai kegiatan sekolah atau pekerjaan memakan sebagian besar waktu kita, sebagai manusia guru dan siswa perlu adanya kegiatan lain untuk kehidupan mereka.

Jika di Amerika, guru banyak menghabiskan waktu sepulang sekolah untuk menyusun administrasi dan persiapan mengajar esok hari, dan menghabiskan waktu berjam-jam. Tapi tidak dengan Finlandia, para guru akan segera pulang setelah jam sekolah selesai, mereka menyadari pentingnya waktu untuk diri dan keluarga demi keseimbangan hidup mereka. Jika ada kegiatan lembur, biasanya guru bersifat insidental dan tidak memakan waktu yang lama.

Menghabiskan waktu yang lama untuk kegiatan sekolah, apapun bentuknya, tidak berbanding lurus dengan meningkatnya kualitas pembelajaran. Hal tersebut akan menghasilkan kelelahan fisik dan mental, dan menurunkan produktivitas.

Menyederhanakan Ruang.

Orang Finlandia terkenal dengan gaya hidup minimalis, hal tersebut berimbas pada ruang-ruang kelas. Tidak seperti Amerika yang menganggap ruang kelas yang penuh dengan pajangan karya siswa, dianggap sebagai pembelajaran yang sukses, guru dan siswa Finlandia lebih menyukai ruang kelas yang sederhana dan tenang.

Mereka menganggap ruang kelas yang sederhana akan memberikan rasa nyaman kepada siswa, memberikan ketenangan, dan membantu siswa untuk fokus dalam pelajaran. Bukannya tidak ada pajangan karya siswa, pajangan karya siswa tetap ada, namun dengan jumlah sewajarnya.

Menghirup Udara Segar.

Finlandia menyadari hubungan kualitas udara dengan proses pembelajaran. Guru dan siswa di sana menyukai untuk membuka jendela ruang kelas, hal tersebut bertujuan agar udara alami dapat masuk ke dalam ruangan. 

Jika siswa berada di suatu ruang kelas yang tertutup, yang terjadi adalah penumpukan gas karbondioksida di dalam ruangan. Hal ini akan mengakibatkan kurangnya jumlah oksigen dan berdampak pada penurunan kinerja otak. Sirkulasi udara yang terjaga akan memastikan kadar oksigen tercukupi dan otak dapat bekerja dengan maksimal, sehingga proses belajar dapat berjalan dengan optimal.

Masuk ke Alam Liar

Guru di Finlandia sering mengajak siswanya untuk belajar di luar ruangan, bisa ke hutan, danau, atau taman. Sebuah penelitian mengatakan bahwa kegiatan interaksi dengan alam akan membantu anak membangun kepercayaan diri, mengurangi gejala gangguan hiperaktif akibat kurangnya perhatian, menenangkan anak, dan membantu anak untuk fokus.

Kita dapat mengadopsi kegiatan ini, disesuaikan dengan lokasi sekolah berada. Di indonesia, guru dapat membawa siswa untuk melakukan observasi makhluk hidup di persawahan, atau kegiatan lain yang sesuai untuk tiap mata pelajaran.

Itulah beberapa hal mengenai “Kesejahteraan” dalam pendidikan di Finlandia. Semua hal yang saya jelaskan di atas bukan hal yang baru. Semuanya adalah hal-hal kecil dan mendasar, dan sebenarnya kita juga mengetahuinya.

Yang membedakan, pendidikan di Finlandia memberikan perhatian kepada hal tersebut, memaksimalkannya, dan konsisten melakukannya. Hal-hal kecil tersebut jika dilakukan dengan konsisten akan memberikan dampak yang luar biasa. Tentu saja dampak baru akan terasa setelah beberapa waktu, bukan proses yang instan. 

Satu hal yang saya pelajari adalah kita harus belajar bersabar terhadap proses, tidak ada hasil yang instan. Jika kita merasa pendidikan saat ini tidak ada kemajuan, mungkin bukan karena sistem pendidikan yang salah, boleh jadi kita yang tidak sabar dan tidak konsisten melakukan hal-hal kecil yang positif.

Bersambung …

Model Pembelajaran Berbasis Kepepet


Masih dalam suasana mempersiapkan regu Drumband Gita Cara yang akan tampil sekitar dua minggu lagi, hari ini (15/5) sebagian siswa SMP Negeri 4 Satu Atap Kragan berlatih bersama. Ada beberapa siswa yang terlihat tidak turut serta dalam latihan tersebut, siswa-siswa tersebut memang bukan anggota regu Drumband.

Pukul 09.30 saatnya memasuki jam pelajaran ketiga, pada waktu tersebut latihan masih berlangsung, dan saya memutuskan untuk masuk ke kelas VIII-A, karena sudah waktunya pelajaran IPA dimulai.

Ketika sampai di kelas, saya hanya menjumpai dua siswa di dalam kelas, seperti yang sudah saya jelaskan di paragraf sebelumnya, hampir semua siswa kelas VIII ikut serta dalam latihan Drumband. Kelas VIII-B pun memiliki kondisi yang serupa, hanya tersisa dua siswa di dalam kelas.

Mungkin ada sedikit efek di dalam otak saya sehabis membaca buku Tech Like Finland, saya kemudian berpikir, “mengapa saya tidak mengajak keempat siswa tersebut untuk belajar di perpustakaan dan melakukan kegiatan pembelajaran yang berbeda daripada biasanya?”

Pada akhirnya saya mengajak keempat siswa tersebut untuk belajar IPA bersama-sama di perpustakaan, dan mereka menerimanya. Keempat siswa tersebut sebut saja Wahyu, Tio, dan si kembar Kan dan Kin.

Pembelajaran pun akhirnya dimulai, saya kemudian memberikan pengantar mengenai struktur bumi. Saya menginginkan agar siswa tersebut aktif dan proses pembelajaran lebih ke arah diskusi dan bekerja bersama. Saya kemudian meminta mereka untuk mengambil sebuah buku di perpustakaan, yang memuat informasi mengenai Struktur Bumi. Saya menyarankan untuk mengambil buku semacam Ensiklopedia, karena berencana untuk melakukan diskusi mengenai materi tersebut berdasarkan konteks informasi dari buku yang mereka pilih.

Sekarang setiap anak telah membawa bukunya masing-masing dan mulai membukanya. Mungkin karena jumlah siswa yang tidak banyak, kegiatan pembelajaran dapat berjalan lebih terfokus. Berdasarkan pengamatan saya, siswa terlihat menyukai proses pembelajaran ini, mereka membuka buku-buku ensiklopedia tersebut, melihat berbagai gambar yang ada dan membaca keterangan yang termuat di dalamnya.

Kemudian saya memutuskan untuk mengambil laptop dan mencari video yang berkaitan dengan pergerakan lempeng bumi. Dalam sesi tersebut, siswa tampak antusias melihat materi mengenai bagaimana pergerakan lempeng bumi, supercontinental Pangea, dan penjelasan mengapa lempeng-lempeng tersebut dapat bergerak dan apa akibat yang ditimbulkan dari pergerakan tersebut.

Setelah melihat video materi tersebut, saya menyempatkan untuk bertanya dalam rangka diskusi, pertanyaannya seputar materi yang telah mereka lihat dari buku dan video. Dapat saya simpulkan apa yang telah didiskusikan sebelumnya baik dengan video atau membaca buku ensiklopedia, dapat mereka pahami secara umum.

Setelah itu, saya mengajak mereka untuk melakukan tes yang dibalut dalam sebuah permainan. Masing-masing siswa mendapatkan tiga buah kertas sticky note. Dalam masing-masing kertas, siswa harus membuat pertanyaan yang nanti akan diberikan kepada siswa yang lain. Jika siswa yang ditunjuk mampu menjawab, maka akan mendapatkan poin 10. Siswa yang memperoleh poin tertinggi adalah pemenangnya.

Saya memberi waktu kepada siswa sekitar 10 menit untuk membuat dan menuliskan pertanyaan pada kertas. Ketika mereka mempersiapkan kertas pertanyaan mereka, saya mempersiapkan selembar kertas karton, kemudian menggarisnya menjadi empat bagian, setiap bagian diberi nama masing-masing siswa.

Nanti setiap siswa akan secara bergiliran menempelkan kertas pertanyaan mereka ke kotak temannya. Siswa yang kotaknya ditempel kertas pertanyaan, maka mendapatkan kesempatan untuk menjawab, jika tidak bisa menjawab maka akan direbut oleh siswa yang lain. Begitulah aturan permainannya.

Akhirnya semua semua siap dan permainan bisa dimulai. Peserta pertama mendapatkan giliran untuk menempelkan kertas pertanyaannya, dan peserta yang dituju pun  berusaha untuk menjawabnya. Permainan berlangsung cukup seru, setiap sebuah kertas pertanyaan selesai dijawab, maka saya akan memberikan penguatan mengenai materi yang dijadikan pertanyaan, tujuannya adalah sebagai penguat.

Setelah semua siswa telah menempelkan kertas pertanyaannya dan mencoba menjawab pertanyaan yang mereka dapat, permainan pun selesai. Semua siswa mendapatkan poin yang beragam, artinya mereka mampu menjawab pertanyaan temannya. Memang ada juga pertanyaan yang gagal dijawab, namun bagi saya, hasil tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran hari ini memberikan dampak bagi mereka. Mungkin tidak semua materi dapat mereka serap, namun setidaknya ada yang mereka pelajari, dan pembelajaran berlangsung menyenangkan, dari sudut pandang saya.

Di akhir pembelajaran, saya ingin mengetahui bagaimana respon mereka terhadap pembelajaran hari ini. Saya tidak memberikan pertanyaan langsung mengenai respon mereka terhadap pembelajaran, tetapi saya menawarkan bagaimana kalau keempat siswa tersebut membuat permainan ular tangga yang dimodifikasi. Selain ular dan tangga, akan dikombinasikan juga dengan kartu pertanyaan seputar Struktur Bumi. Harapannya permainan ini dapat mereka mainkan dengan siswa lain di kelas.

Respon keempat siswa tersebut adalah menerima tawaran tersebut. Mungkin beberapa hari kedepan permainan tersebut siap untuk dimainkan. Sekarang keempat siswa tersebut berbagi tugas, membuat desain papan ular tangga, dan menyusun kartu soal. Sebagai guru nanti saya juga akan tetap mengawasi proses pembuatan permainan ini.

Bagi saya, proses pembelajaran hari ini cukup menyenangkan. Jika boleh memberi judul, saya menyebutnya Model Pembelajaran Berbasis Kepepet. Sebuah pembelajaran yang tidak terencana sebelumnya, namun dengan komitmen yang saya miliki, saya berusaha memberikan pembelajaran semaksimal mungkin, bahkan untuk empat orang siswa.

Kita tunggu bagaimana kelanjutan permainan ular tangga. Jika sudah jadi akan saya tuliskan juga di blog ini.

Rabu, 14 Mei 2025

Jurnal "Teach Like Finland" - Bagian 1


Kemarin (13/5), saya menyempatkan diri pergi ke toko buku Gramedia untuk melihat-lihat buku. Ya, saya memang berniat untuk membeli sebuah buku namun belum tahu buku apa yang hendak dibeli. Setelah melihat berbagai buku yang ada, akhirnya saya menjatuhkan pilihan ke sebuah buku yang berjudul "Teach Like Finland".

Ya, Finlandia merupakan salah satu negara di kawasan Nordic yang mencuat namanya karena memperoleh nilai tertinggi dalam PISA (Programme for International Student Assessment) pada tahun 2001. Padahal jika kita melihat pada waktu tersebut, Role Model dunia pendidikan adalah amerika dan asia timur, namun ternyata Finlandia, yang sebelumnya tidak begitu banyak dibicarakan dalam dunia pendidikan mendadak mencuri perhatian.

Buku ini ditulis oleh Timothy D Walker, seorang guru sekolah di Amerika Serikat. Buku ini menjadi menarik karena buku ini mengupas pendidikan di Finlandia dari sudut pandang seorang guru yang berasal dari Amerika, dimana Amerika dan Finlandia memiliki pendekatan dalam bidang pendidikan yang berbeda 180 derajat.

Dalam bagian awal buku ini, penulis menceritakan kehidupannya sebagai seorang guru di Amerika. Pendidikan di Amerika berjalan dengan "keras" dimana target akan sebuah kesuksesan adalah tujuan dari guru dan siswa. Banyak target yang harus dipenuhi, banyak tekanan yang harus diterima, bahkan penulis menceritakan bagaimana lelahnya kehidupannya sebagai seorang guru, semuanya berlangsung begitu cepat, banyak tekanan, dan mengambil sebagian besar waktunya.

Di sisi lain diketahui juga bahwa penulis memiliki istri yang berasal dari Finlandia, dengan mengetahui betapa kerasnya tuntutan seorang guru di amerika, sang istri berkata "Finlandia tidak begitu". Sebuah kalimat yang sepertinya menjadi pemicu keingintahuan penulis tentang pendidikan di Finlandia.

Singkat cerita, penulis memilih untuk tinggal di Finlandia bersama keluarganya dan mencoba menjadi guru disana, disinilah kontradiksi antara pendidikan di Amerika yang telah lama dikenalnya, dan pendidikan Finlandia yang baru didengarnya, mulai ia rasakan, bagaimana nilai-nilai yang dipegang oleh Finlandia dalam pendidikan mulai dia pahami, dan perlahan mulai bisa memahami bagaimana sistem pendidikan di Finlandia memberikan dampak sehingga negara tersebut memperoleh nilai tertinggi pada tes PISA pertama kali di tahun 2001.

Saya memang baru membaca bagian awal dari buku ini, dan mulai bisa memahami bagaimana hal-hal yang mereka lakukan pada sistem pendidikan mampu memberikan dampak yang luar biasa bagi anak-anak Finlandia.

Faktanya jam sekolah di Finlandia lebih pendek daripada negara lain, bahkan dalam jam sekolah yang sependek itu, banyak terdapat jam-jam istirahat antar pelajaran yang diberikan kepada siswa . Pertanyaan pun muncul, "Bagaimana hal tersebut mampu mendongkrak kualitas pendidikan mereka? bukankah hal tersebut seharusnya menurunkan kualitas pendidikan?" Namun kenyataan berbicara lain.

Finlandia memiliki kultur masyarakat yang hidup "selow", disamping jam sekolah yang pendek, mereka juga terbiasa menyeimbangkan waktu antara pekerjaan dan pribadi. Dalam buku tersebut saya mengetahui bahwa guru di Finlandia tidak membawa pekerjaan mereka ke rumah, mereka menyelesaikan semua pekerjaan sekolah di sekolah, waktu di rumah adalah untuk kehidupan pribadi mereka.

Begitupun siswa, sistem pendidikan di Finlandia hampir jarang memberikan pekerjaan rumah kepada siswa. Jika pun ada pekerjaan rumah, maka pekerjaan rumah tersebut biasanya sederhana dan mampu dikerjakan siswa sendiri dan tidak memakan waktu yang lama.

Aneh, itulah sebenarnya yang saya rasakan. Pada bagian awal buku, saya merasa tidak ada yang terlalu spesial dengan pendidikan di Finlandia, bahkan jika saya bandingkan (menurut saya pribadi), pendidikan di Indonesia lebih berat dan kompleks daripada di Finlandia. Secara konten pendidikan, menurut saya Indonesia lebih unggul, namun kembali lagi, hasil akhir berbicara lain.

Ada beberapa hal yang dapat saya pelajari di bagian awal buku ini, pertama adalah komitmen negara terhadap pendidikan. Di Finlandia sepertinya tidak ada sekolahan swasta, sehingga semua anak dari berbagai strata sosial bersekolah di tempat yang sama. Negara tampaknya berkomitmen untuk memberikan layanan pendidikan yang merata, sehingga hampir semua sekolah di Finlandia, dimanapun berada, memiliki kualitas yang merata.

Kedua, Finlandia tampaknya berfokus pada inovasi-invasi kecil yang dilakukan dengan sungguh-sungguh. Berbagai inovasi ini pada akhirnya akan terakumulasi menjadi sesuatu yang mampu mendongkrak kualitas pendidikan secara signifikan. Bahkan di bagian awal buku ini, tidak ada hal yang secara khusus membahas model pembelajaran atau hal teknis lain yang dilakukan dunia pendidikan Finlandia.

Ketiga, guru atau sekolah menjadi siswa sebagai fokus utama mereka. Banyak hal yang mereka lakukan untuk memenuhi kesejahteraan siswa. Kesejahteraan di sini adalah usaha untuk memenuhi kebutuhan dasar para siswa. Ini bukan tentang hal-hal yang berhubungan dengan ekonomi, tetapi lebih kepada aspek psikologis.

Buku ini menarik bagi saya, dan saya akan mencoba membaca dan menikmatinya. Setidaknya saya berharap ada hal-hal yang nanti bisa saya implementasikan di ruang kelas. 

Tulisan mengenai buku ini akan saya jelaskan pada postingan selanjutnya. Tulisan ini bukan resensi, namun lebih kepada apa yang dapat saya cerna dan pelajari dari suatu sistem pendidikan yang dapat dikatakan sukses, dari sudut pandang orang luar.

Bersambung ....

Jumat, 25 April 2025

Ekstrakurikuler TIK: Tutorial Game "Makan Ikan" dengan Scratch



Pagi tadi (25/4), hampir semua siswa SMP Negeri 4 Satu Atap Kragan melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler, termasuk ekstrakurikuler komputer. Kegiatan ini dilaksanakan di laboratorium komputer sekolah, dan hari ini materi yang dipelajari adalah membuat game sederhana dengan menggunakan scratch.

Namun saya merasa bahwa siswa mungkin membutuhkan dokumentasi cara pembuatan game tadi, karena tadi yang dilakukan adalah praktik langsung, sehingga mungkin sebagian siswa lupa bagaimana langkah-langkahnya. Tulisan ini saya buat agar siswa dapat mempelajari kembali materi yang dipelajari tadi pagi, dan mampu menduplikasi dan mengembangkannya menjadi karya yang lebih bagus lagi.

Alur game ini sederhana, jika ikan yang dikendalikan pemain memakan ikan kecil lain maka ukuran tubuh ikan akan bertambah. Namun dalam game tersebut saya tambahkan karakter hiu yang apabila ikan pemain bersentuhan dengan ikan hiu maka ukuran tubuhnya mengecil. Sehingga dalam game tersebut ada tiga karakter yaitu ikan pemangsa yang dikendalikan pemain, ikan mangsa yang menambah poin dan ikan hiu mengurangi poin. Berikut adalah kode blok dan penjelasan alur program


Ikan Mangsa dan Ikan Hiu


Kode program dibaca secara urut dari atas ke bawah. Blok kode untuk karakter ikan mangsa dan ikan hiu pada dasarnya adalah sama, membuat karakter dapat bergerak secara acak.

Kode diawali dengan blok bendera hijau yang menandakan bahwa program di bawah blok tersebut baru akan dibaca jika bendera hijau di klik. Selanjutnya diikuti blok "selamanya", artinya kode blok akan dibaca secara terus menerus (loop) sampai program dihentikan.

Di dalam blok "selamanya"  terdapat blok atur gaya rotasi. Blok ini akan membuat karakter ikan dapat menghadap kiri atau kanan selama dia bergerak. Kemudian dilanjutkan blok meluncur, artinya karakter ikan (mangsa dan hiu) akan bergerak secara meluncur dalam waktu setengah detik dengan arah pergerakan yang acak. Terakhir adalah blok pantulkan, blok ini berfungsi untuk membuat karakter memantul jika mencapai tepi layar.


Ikan Pemangsa


Kode blok untuk ikan pemangsa berbeda dengan karakter lain, karena karakter ini adalah yang dapat kita kendalikan. Diawali dengan blok bendera hijau untuk memulai permainan ketika tombol bendera hijau ditekan. Dilanjutkan dengan blok atur ukuran yang berfungsi untuk membuat ukuran ikan pemangsa sebesar 50% dari ukuran aslinya setiap kali permainan dimulai.

Blok dibawahnya adalah blok selamanya, yang berfungsi untuk menjalankan blok didalamnya secara terus menerus. Di dalam blok selamanya, diawali dengan blok mengarah ke pointer mouse. Blok ini berfungsi agar ikan pemangsa selalu menghadap ke arah pointer mouse, kemanapun pointer mouse diarahkan. Selanjutnya ada blok pergi ke pointer mouse, artinya ikan pemangsa akan bergerak menuju kemanapun pointer mouse digerakkan.

Selanjutnya ada dua blok logika "jika". Blok jika yang pertama memiliki kondisi jika ikan pemangsa menyentuh ikan mangsa, maka yang dilakukan adalah menambah ukuran ikan pemangsa sebanyak dua poin dan mengeluarkan teks "horeeee" selama setengah detik.

Blok jika yang kedua memiliki kondisi jika ikan pemangsa menyentuh musuh (ikan hiu), maka yang dilakukan adalah mengurangi ukuran ikan pemangsa sebanyak dua poin dan mengeluarkan teks "aduh..." selama setengah detik.


Di akhir tulisan ini saya akan menyertakan tautan untuk memainkan game dan tautan video youtube yang berisi proses pembuatan program atau game. 


video proses pembuatan game

Tautan game

Rabu, 23 April 2025

Asesmen Unjuk Performa: "Rancang Bangun Kapal Selam"


Senin kemarin (21/4), SMP Negeri 4 Satu Atap Kragan melaksanakan dua agenda kegiatan yaitu peringatan Hari Kartini dan dimulainya Asesmen Unjuk Performa. Peringatan hari Kartini dilaksanakan dengan melakukan upacara bendera dimana petugas upacara semuanya perempuan. Selain itu, semua siswa dan guru mengenakan pakaian adat daerah.

Setelah pelaksanaan upacara bendera, kegiatan dilanjutkan kegiatan asesmen unjuk performa untuk siswa kelas IX. Asesmen unjuk performa dulu dikenal dengan nama ujian praktik, kegiatan ini dilaksanakan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam mengimplementasikan konsep atau materi pelajaran dalam praktik nyata. Asesmen unjuk performa dilaksanakan selama seminggu dan mencakup hampir semua mata pelajaran.

Mata pelajaran yang diujikan pada asesmen unjuk performa hari pertama adalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Untuk mata pelajaran IPA siswa mendapat tugas untuk membuat prototipe atau rancang bangun kapal selam. Proyek pembuatan rancang bangun kapal selam ini diujikan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi Hukum Archimedes dalam konteks bagaimana kapal selam dapat terapung dan tenggelam.

Proyek pembuatan rancang bangun kapal selam ini dimulai satu minggu sebelum hari pelaksanaan asesmen. Tahap awal dimulai dengan sosialisasi guru IPA kepada siswa kelas IX mengenai Asesmen unjuk performa. Dalam kegiatan tersebut guru dan siswa berdiskusi mengenai apa yang akan dijadikan materi dalam asesmen. Selama berjalannya diskusi diperoleh beberapa pilihan materi yang akan diujikan, namun pada akhirnya semuanya sepakat bahwa materi asesmen unjuk performa adalah pembuatan prototipe kapal selam.

Sehari setelah penentuan materi yang diujikan, guru dan siswa melakukan diskusi lanjutan mengenai rancangan yang akan dibuat siswa. Dalam diskusi tersebut siswa menjelaskan rancangan yang dibuat, alat dan bahan yang diperlukan, dan beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menyempurnakan rancangan tersebut.

Waktu pembuatan rancang bangun kapal selam dimulai setelah rancangan yang dibuat siswa disepakati oleh siswa dan guru. Siswa membuat rancang bangun tersebut dengan berkolaborasi, selain itu siswa juga memanfaatkan berbagai barang bekas yang mudah dijumpai sebagai bahan pembuatan rancang bangun kapal selam. 

Ketika hari pelaksanaan asesmen unjuk performa mata pelajaran IPA dilaksanakan, hampir semua siswa sudah siap dengan rancang bangun yang mereka buat. Beberapa siswa memang masih melakukan penyempurnaan terhadap rancangan mereka, namun secara umum produk siswa telah siap semua.

Pengujian dilakukan dengan memasukkan rancang bangun yang dibuat dalam akuarium yang telah diisi air. Siswa akan bergantian mendemonstrasikan rancang bangun yang telah dibuat, dan menunjukkan bagaimana kapal selam dapat terapung dan tenggelam. Dalam pengujian tersebut, rancang bangun kapal selam yang telah dibuat siswa ada yang dapat bekerja dengan baik ada juga yang tidak dapat bekerja. Rancang bangun kapal selam yang tidak dapat bekerja rata-rata hanya dapat menunjukkan bagaimana kapal selam tenggelam, namun tidak dapat terapung kembali.

Dalam pengujian tersebut, siswa nampak antusias dan percaya diri dengan rancang bangun yang telah mereka buat. Ketika rancang bangun kapal selam dapat bekerja dengan baik, nampak raut bahagia pada wajah siswa. Ketika rancang bangun kapal selam yang telah dibuat tidak bekerja dengan baik, saya melihat raut muka penasaran dalam wajah mereka, mengapa produk yang telah dibuat tidak bekerja seperti yang diharapkan.

Tindak lanjut dari asesmen unjuk performa ini adalah pembuatan laporan sederhana. Laporan tersebut menyajikan rancangan awal yang dibuat, alat dan bahan yang dibutuhkan, dan hasil pengujian. Laporan ini akan dikumpulkan maksimal seminggu setelah hari pengujian.

Inti dari kegiatan ini memotivasi siswa untuk berpikir kritis. Siswa ditantang untuk membuat rancang bangun yang menerapkan Hukum Archimedes, berpikir membuat model yang efisien dan menganalisis hasil yang diperoleh. Jika rancang bangun yang dibuat tidak bekerja seperti seharusnya, maka siswa akan menuangkannya dalam laporan mengapa hal tersebut dapat terjadi dan mencari alternatif solusi bagaimana untuk memperbaiki hal tersebut.

Yang terpenting dari rangkaian kegiatan ini adalah siswa mampu menjalani proses dengan baik dan menikmatinya.


Rabu, 12 Maret 2025

Platform Digital yang Menunjang Pembelajaran, Menurut Pengalaman Saya


Perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat sekarang ini memberikan dampak yang signifikan dalam dunia pendidikan. Ibarat dua sisi mata uang, perkembangan teknologi informasi dapat memberikan dampak positif dan dampak negatif dalam kehidupan, khususnya dalam dunia pendidikan. Sehingga kita harus bijak dalam menggunakannya, ambil sisi positifnya dan tinggalkan sisi negatifnya.

Keterbatasan sarana dan prasarana dalam dunia pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas pembelajaran. Namun sekarang dengan perkembangan teknologi informasi, apa yang dahulu mustahil untuk dilakukan karena keterbatasan sarana dan prasarana, kini dapat dicari alternatifnya dengan memanfaatkan teknologi informasi.

Laboratorium IPA merupakan sarana yang cukup penting dalam pembelajaran IPA, terutama dalam membuktikan konsep atau melakukan praktikum. Sekarang ketiadaan laboratorium dapat disiasati dengan memanfaatkan laboratorium maya, walaupun pengalaman belajar yang diperoleh tidak sama dengan praktikum secara nyata di laboratorium, namun setidaknya sekarang tidak ada alasan lagi untuk tidak melakukan praktikum dalam pembelajaran IPA.

Tidak hanya untuk pembelajaran IPA, teknologi informasi juga dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran lain atau hal lain juga. Berikut ini saya akan mengulas beberapa platform di dunia maya yang bermanfaat dalam menunjang proses pembelajaran. Beberapa platform berikut saya pilih berdasarkan pengalaman dan manfaat yang saya rasakan.

1. ZipGrade

Platform ini digunakan untuk melakukan koreksi soal pilihan ganda atau sejenisnya. Dahulu proses koreksi jawaban soal pilihan ganda saya lakukan secara manual, tentu proses ini memakan waktu yang cukup lama. Belum lagi harus membuat analisis hasil jawaban siswa, menambah waktu lagi.

Dengan Zipgrade guru dapat membuat database siswa, kuis, dan juga melakukan analisis soal. Caranya cukup mudah, guru tinggal mengunduh format lembar jawab yang akan digunakan, jika format lembar jawab yang tersedia dirasa kurang cocok, guru dapat membuat sendiri format lembar jawab yang sesuai dengan kebutuhannya.

Aplikasi ini tersedia dalam bentuk web dan juga aplikasi android. Setelah naskah soal tersedia, guru tinggal membuat kuis dan memasukkan kunci jawaban dalam aplikasi. Proses pengisian lembar jawab sama seperti zaman lembar jawab komputer dahulu, siswa tinggal menghitamkan jawaban yang dipilih.

Setelah siswa mengerjakan tes, proses selanjutnya guru memindai lembar jawab siswa dengan menggunakan aplikasi ini, dan otomatis hasil pekerjaan siswa akan langsung diperoleh. Untuk melakukan analisis hasil tes, saya lebih memilih membuka aplikasi web-nya. Dalam web tersebut guru dapat langsung mengunduh hasil analisis tes, format analisis yang tersedia cukup beragam, tinggal disesuaikan dengan kebutuhan guru.

Dengan aplikasi ini proses koreksi dan analisis jawaban pilihan ganda dapat berlangsung lebih cepat. Untuk versi gratis, aplikasi ini memberikan jatah seratus pemindaian dalam satu bulan, jika kebutuhan guru lebih dari itu, dapat menggunakan versi pro yang berbayar.

2. Phet

 

Phet merupakan platform laboratorium maya. Untuk pembelajaran IPA, platform ini sangat membantu karena di dalamnya terdapat berbagai macam simulasi percobaan untuk IPA. Beberapa simulasi yang sering saya manfaatkan adalah listrik, magnet, optik, dan gelombang. Selain itu tersedia juga simulasi praktikum untuk biologi dan kimia.

Aplikasi ini dapat digunakan secara daring dan luring. Untuk menggunakan secara luring, guru dapat mengunduh aplikasi yang akan digunakan, dan otomatis tersimpan dalam format html. Unduhan ini dapat dibuka dengan menggunakan browser yang ada pada gawai. Selain itu guru dapat juga membagikan unduhan tersebut kepada siswa, agar mereka dapat melakukan praktikum secara mandiri.

Pengalaman saya menggunakan platform ini, proses praktikum dapat dilakukan secara efisien. Hal ini juga menjadi solusi bagi sekolah yang tidak memiliki sarana laboratorium yang memadai.

3. Tinkercad

 

Tinkercad hampir mirip seperti Phet, namun lebih berfokus pada elektronika dan internet of things (IoT). Dalam platform tersebut, guru dan siswa dapat berlatih membuat rangkaian elektronika yang berhubungan dengan sensor, led, potensiometer, dan berbagai komponen elektronika lain.

Saya memanfaatkan platform ini untuk belajar mengenai Arduino. Arduino merupakan salah satu basis dari IoT, yang sekarang menjadi salah satu bab yang dipelajari dalam pelajaran informatika. Tinkercad juga menyediakan banyak tutorial mengenai project Arduino, mulai tingkat dasar hingga tingkat lanjut.

Layanan ini dapat dimanfaatkan sekolah yang ingin melakukan pembelajaran IoT, namun belum memiliki sarana seperti arduino dan komponen pendukungnya. Guru dan siswa dapat belajar untuk membuat rangkaian arduino, dan kelak ketika telah mempunyai kit arduino, dapat dipraktekkan secara langsung.

4. Canva

 

Canva adalah platform sejuta umat yang sekarang masif digunakan dalam dunia pendidikan. Guru tidak perlu memiliki kemampuan desain yang tinggi untuk membuat desain yang bagus. Dengan memanfaatkan template yang tersedia di dalam canva, guru dan siswa dapat membuat berbagai produk desain dengan bagus.

Layanan ini biasanya saya manfaatkan untuk membuat cover, presentasi, infografis, dan bahkan melakukan editing video. Fitur yang beragam, kemudahan dalam penggunaan, dan AI yang disediakan, akan sangat membantu guru dan siswa dalam menyelesaikan tugas yang harus dikerjakan.

Beberapa layanan di atas adalah layanan yang sudah saya gunakan untuk menunjang tugas saya sebagai guru. Mungkin anda semua mempunyai berbagai pengetahuan akan layanan lain yang juga membantu dalam dunia pendidikan, silahkan anda tuliskan dalam kolom komentar blog ini. Mungkin informasi yang anda berikan dapat saya manfaatkan untuk membantu pekerjaan saya.

Selasa, 11 Maret 2025

#4 Ramadhan di ESPAGA, Sholat Dhuha Berjamaah

Di bulan Ramadhan, kegiatan belajar mengajar tentu memiliki perbedaan jika dibandingkan dengan bulan-bulan lainnya. Kegiatan pembelajaran lebih didominasi dengan kegiatan memperkuat sisi spiritual dan karakter. Hal ini diharapkan memperkuat esensi bulan Ramadhan pada diri peserta didik.

Hal yang sama juga terjadi SMP Negeri 4 Satu Atap Kragan (espaga), kegiatan pembelajaran lebih menekankan pada kegiatan pengembangan karakter dan spiritualitas. Mengacu kepada Surat Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Nomor 400.3.5/0175/2025, salah satu poin dalam surat tersebut menyatakan bahwa satuan pendidikan melaksanakan pembelajaran sesuai dengan jadwal kegiatan belajar mengajar yang sudah ditentukan dengan penguatan nilai-nilai keimanan, ketakwaan, akhlak mulia, kepemimpinan dan keadilan sosial.

Berbagai hal yang dilakukan espaga dalam penyesuaian kegiatan belajar mengajar di bulan Ramadhan ini antara lain, menggunakan sebagian jam pembelajaran intrakurikuler untuk kegiatan pengembangan diri peserta didik. Kegiatan yang dimaksud seperti tadarus Al Quran, Sholat Dhuha bersama, zakat fitrah, dan berbagi takjil.

Kegiatan sholat dhuha berjamaah dilaksanakan setiap hari selasa dan sabtu selama bulan Ramadhan. Dikarenakan espaga belum memiliki mushola sebagai sarana ibadah, maka kegiatan sholat berjamaah ini dilaksanakan di Masjid Desa Sendang, Kecamatan Kragan, Kabupaten Rembang. Ketika kegiatan sholat dhuha berjamaah ini dilakukan, maka siswa dan guru serentak berjalan menuju masjid yang jaraknya tidak jauh dari sekolah, dengan membawa Al Quran dan perlengkapan sholat.

Sekitar sembilan puluhan peserta didik espaga dengan senang hati melaksanakan kegiatan ini. Sesampainya di masjid, peserta didik akan segera mengambil wudhu, kemudian memasuki area masjid untuk bersiap melaksanakan sholat dhuha berjamaah.

Kegiatan sholat dhuha ini dilakukan berjamaah, dengan imam adalah salah satu guru epaga. Sholat dhuha berjamaah ini dilaksanakan sekitar delapan rokaat, tujuannya adalah melatih peserta didik melakukan sholat dhuha, agar nanti setelah bulan Ramadhan, peserta didik mampu mengamalkan ibadah ini.

Setelah sholat selesai dilaksanakan, maka dilanjutkan dzikir bersama. Selepas kegiatan dzikir, peserta didik akan segera membentuk kelompok-kelompok untuk melakukan tadarus dan menghafal Al Quran. Setiap kelompok dipandu oleh seorang guru, yang tugasnya membersamai peserta didik dalam tadarus Al Quran.

Kegiatan di Masjid Desa Sendang ini berjalan selama hampir kurang dua jam, ketika waktu menunjukkan pukul sembilan, maka guru dan peserta didik segera bersiap kembali ke sekolah untuk melanjutkan kegiatan pembelajaran yang lain.

Momen bulan puasa ini diharapkan dapat menjadi waktu melatih diri bagi setiap orang untuk lebih baik lagi dalam beribadah. Dengan melatih diri secara disiplin di bulan mulia ini, diharapkan kita menjadi manusia yang bertakwa, tidak hanya di bulan Ramadhan, tetapi juga di luar bulan Ramadhan. Amin.

Berikut adalah dokumentasi kegiatan sholat dhuha berjamaah:











Kisi-Kisi ASAT IPA Kelas VII dan VIII Tahun Ajaran 2024/2025

Satu bulan lagi, semua siswa kelas VII dan VIII SMP Negeri 4 Satu Atap Kragan akan menempuh Asesmen Sumatif Akhir Tahun (ASAT) Tahun Ajaran ...