Senin, 09 Juni 2025

Mengenai Penilaian Formatif


Pendidikan secara umum memiliki tujuan untuk menghasilkan insan Indonesia yang cerdas dan berkarakter, hal ini tercantum dalam bagian latar belakang Modul Model Penilaian Formatif 2019. Untuk mencapai tujuan tersebut secara efektif dan efisien, diperlukan proses pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan dengan baik. Salah satu bagian dari proses pembelajaran tersebut adalah kegiatan penilaian atau asesmen.

Tulisan ini mengacu pada modul Model Penilaian Formatif 2019 yang dikeluarkan oleh Pusat Penilaian Pendidikan Kemdikbud. Dalam pengantarnya, Kepala Pusat Penilaian Pendidikan Moch. Abduh menyatakan bahwa penilaian formatif memungkinkan guru untuk mengetahui tingkat penguasaan kompetensi peserta didik.

“Penilaian formatif memungkinkan pendidik memperoleh informasi mengenai perkembangan penguasaan kompetensi peserta didik pada setiap tahap pembelajaran yang berguna untuk mengambil tindakan-tindakan, memastikan bahwa setiap peserta didik mencapai penguasaan yang optimum,” ujarnya.

Penilaian formatif dilaksanakan berdasarkan beberapa prinsip, antara lain 1). terintegrasi dengan kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung; 2). melibatkan peserta didik dalam pelaksanaannya; dan 3). tidak hanya berkenaan terhadap penguasaan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan, namun juga motivasi belajar, sikap terhadap pembelajaran, gaya belajar, dan kerjasama dalam proses pembelajaran.

Secara umum proses penilaian terbagi menjadi dua jenis, formatif dan sumatif. penilaian formatif digunakan untuk mengetahui penguasaan peserta didik terhadap kompetensi dan digunakan untuk memperbaiki proses pembelajaran. Sedangkan penilaian formatif bertujuan untuk mengetahui pencapaian belajar peserta didik dari pembelajaran yang sudah berakhir. Tabel di bawah ini menjelaskan lebih rinci mengenai perbedaan kedua penilaian tersebut.

perbedaan penilaian formatif dan sumatif

Ada banyak teknik yang dapat digunakan dalam penilaian formatif. Merujuk pada modul Model Penilaian Formatif 2019, berikut ini adalah beberapa teknik yang dapat digunakan dalam melakukan penilaian formatif.

1. Observasi

Saat proses pembelajaran berlangsung, guru dapat melakukan observasi untuk mengetahui perkembangan peserta didik, dengan demikian guru dapat mengetahui apa yang sudah atau belum dikuasai peserta didik berdasarkan apa yang dikatakan, dilakukan, dan dihasilkan peserta didik selama proses pembelajaran.

Terdapat beberapa bentuk instrumen yang dapat digunakan guru dalam melakukan observasi, seperti catatan anekdot, buku catatan anekdot, kartu catatan anekdot, dan lembar tempel (sticky notes).  

contoh catatan anekdot

contoh buku catatan anekdot

contoh kartu catatan anekdot

contoh lembar tempel atau sticky notes

2. Bertanya atau Questioning

Jawaban peserta didik terhadap pertanyaan yang diberikan guru dapat memberikan gambaran yang baik tentang kemajuan kompetensi yang dikuasai. Pertanyaan harus dirumuskan dan disampaikan dengan baik secara lisan oleh guru dan peserta didik diberi waktu yang cukup untuk mengingat dan berpikir tentang apa yang telah dipelajari.  

Tingkat kesulitan pertanyaan hendaknya bervariasi dan tidak sekedar menuntut ingatan akan sekumpulan fakta atau angka, tetapi juga mendorong pelibatan proses kognitif tingkat tinggi (higher order thinking skills).  

3. Diskusi

Diskusi dalam kelas dapat memberikan gambaran tentang penguasaan peserta didik terhadap materi yang dipelajari, selain itu diskusi juga membangun pengetahuan dan melatih kemampuan berpikir kritis peserta didik.  

Guru dapat memulai diskusi dengan memberikan pertanyaan terbuka, kemudian menilai pemahaman peserta didik dengan mendengarkan jawaban mereka dan mencatatnya.  

4. Exit/Admit Slips

Exit Slips adalah jawaban tertulis atas pertanyaan yang diberikan kepada peserta didik di akhir pembelajaran untuk mengetahui pengetahuan mereka terhadap konsep inti. Pertanyaan biasanya hanya membutuhkan waktu lima menit untuk dikerjakan peserta didik sebelum pembelajaran berakhir.  

Admit Slips sebenarnya sama dengan Exit Slips, bedanya Admit Slips dilaksanakan di awal pembelajaran. Peserta didik diminta untuk menuliskan komentar pada sebuah kartu di awal pembelajaran. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengetahui tanggapan peserta didik tentang apa yang mereka pelajari atau yang akan ditemui di dalam kelas, serta mengaktifkan pengetahuan awal mereka atau menghubungkan apa yang telah mereka ketahui dan pelajari.  

contoh exit slips

5. Lembar catatan belajar peserta didik

Lembar catatan peserta didik dapat berupa lembar refleksi, lembar tanggapan peserta didik, serta penilaian diri dan penilaian antar teman. Lembar refleksi memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk membuat hubungan antara apa yang mereka sudah pelajari, menentukan tujuan, dan melakukan refleksi terhadap proses belajar mereka.  

Lembar tanggapan peserta didik merupakan lembar isian bagi peserta didik untuk menuliskan respons pribadi mereka untuk mengajukan pertanyaan, meramalkan hasil, melakukan refleksi atau perenungan, mengumpulkan kosakata, dan untuk menyatakan pikiran atau pendapat mereka mengenai bacaan tertentu.  

Penilaian Diri dan Penilaian Antarteman menjadikan peserta didik mengevaluasi dirinya sendiri atau teman sekelasnya mengenai kemajuan belajarnya dan melakukan refleksi atas proses pembelajaran mereka. Pendidik dapat memeriksa hasil penilaian diri peserta didik maupun penilaian antar teman untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan peserta didik.

contoh lembar refleksi peserta didik

Seluruh isi tulisan dan gambar dalam postingan ini bersumber dari modul Model Penilaian Formatif 2019, baik yang diambil secara langsung maupun tidak langsung. Untuk keseluruhan modul, anda dapat mengunduh pada tautan di akhir tulisan.

Semoga tulisan ini ada manfaatnya, terima kasih.


Tautan: Modul Model Penilaian Formatif 2019

Minggu, 08 Juni 2025

Refleksi menjelang akhir Tahun Ajaran 2024/2025


Menjelang akhir tahun ajaran 2024/2025, banyak hal yang ingin saya refleksikan mengenai perjalanan selama tahun ajaran ini dan apa saja yang dapat saya ambil pelajaran atau bahan perbaikan untuk tahun ajaran mendatang. Saya tidak tahu harus memulai dari mana, namun saya akan menulis mengalir saja.

Saya akan memulai dari proses belajar mengajar. Harus saya akui bahwa proses pembelajaran yang ideal, yaitu berpusat pada peserta didik belum dapat saya lakukan dengan baik. Jika ditelusuri dari awal, perencanaan pembelajaran yang saya buat belum matang. 

Dalam penentuan tujuan pembelajaran, saya, mengambil langsung dari tujuan pembelajaran yang disediakan platform merdeka mengajar, yang kini sudah berganti nama menjadi Ruang GTK. Tidak salah dan memang diperbolehkan, namun jika saya sekarang bertanya kepada diri saya sendiri apakah tujuan pembelajaran tersebut sesuai dengan kebutuhan saya, maka jawabannya tentu tidak. Seharusnya saya menganalisis sendiri capaian pembelajaran yang harus dicapai, kemudian menurunkannya menjadi tujuan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi yang ada.

Tujuan pembelajaran yang tidak ideal ini menjadikan proses pembelajaran tidak maksimal. Dalam pelaksanaannya, saya membuat lagi tujuan pembelajaran dalam modul ajar saya ketika akan mempersiapkan pembelajaran. Tentu saja ini tidak ideal, karena tujuan pembelajaran yang dibuat insidental ini tidak saling terhubung satu sama lain, sehingga proses pembelajaran berfokus pada tiap bab, tidak secara utuh.

Dengan demikian langkah awal yang akan saya coba kerjakan di awal tahun ajaran depan adalah membuat perencanaan, dalam hal ini alur tujuan pembelajaran, yang sesuai dengan kebutuhan. Dimulai dengan menganalisis capaian pembelajaran, menentukan kompetensi yang harus dicapai peserta didik, merumuskan tujuan pembelajaran, dan merumuskan ide kegiatan belajar yang melatih peserta didik untuk kolaboratif, kritis, kreatif, dan ilmiah. Kenapa faktor ilmiah saya masukkan, karena tujuan utama mata pelajaran yang saya ampu, IPA, adalah menanamkan proses berpikir ilmiah pada diri peserta didik. Membiasakan peserta didik untuk melakukan langkah-langkah ilmiah dalam menghadapi atau menyelesaikan suatu masalah.

Dalam kegiatan pembelajaran, saya belum mampu melakukan pembelajaran yang berpusat peserta didik. Hal ini terlihat dari belum terakomodasi nya kebutuhan belajar peserta didik yang beragam, model pembelajaran yang belum relevan dengan kebutuhan zaman sekarang, peserta didik masih pasif dalam diskusi kelas, dan proses asesmen yang belum ideal.

Dalam Pendidikan Guru Penggerak (yang sekarang sudah dihapus), kegiatan pembelajaran harus memfasilitasi keragaman peserta didik, maka dikenal pembelajaran berdiferensiasi. Pendekatan pembelajaran berdiferensiasi sebenarnya adalah suatu gagasan yang bagus, namun harus diakui dalam persiapan dan pelaksanaannya cukup menyita waktu. Namun dengan melihat keragaman peserta didik, pendekatan ini memang mutlak harus dilakukan, jika kita berkomitmen bahwa setiap peserta didik berhak untuk belajar sesuai karakteristik dan kemampuannya. Implikasi dari pendekatan berdiferensiasi ini adalah proses pembelajaran yang cukup melelahkan guru, dan asesmen yang lebih beragam.

Mengenai model pembelajaran, saya mengakui bahwa saya cukup tradisional. Saya harus mulai belajar berubah untuk berani mencoba model pembelajaran yang terkini. Untuk tahun ajaran depan saya merencanakan untuk memprioritaskan model pembelajaran saintifik, inkuiri, pembelajaran berbasis proyek dan pembelajaran berbasis masalah. Keempat model pembelajaran tersebut saya pilih karena cocok dengan pembelajaran IPA, yang menekankan pada proses berpikir ilmiah.

Beberapa masalah yang harus saya selesaikan adalah bagaimana mengatasi kepasifan peserta didik dan meningkatkan minat literasi atau membaca mereka. Mengenai kepasifan, saya tidak tahu mengapa peserta didik sulit untuk diajak berdiskusi, mereka selalu takut untuk menyampaikan pendapat atau jawaban mereka. Pernah saya bertanya, apa yang mereka takutkan sehingga takut menyampaikan pendapat atau jawaban, secara umum jawaban mereka adalah takut salah.

Saya tidak tahu apakah ini adalah budaya yang terbangun di jenjang pendidikan sebelumnya, atau adakah faktor lain. Berulang kali saya menegaskan bahwa tidak masalah jika menjawab dan jawabannya salah, sekali lagi tidak masalah, namun kenyataannya hampir sebagian besar masih diam di kelas selama pembelajaran.

Mungkin juga diperlukan proses pembelajaran yang menyenangkan, dan masalahnya, saya tidak tahu bagaimana untuk membuat suatu pembelajaran IPA menjadi menyenangkan. Masalah lain adalah minat literasi dan belajar yang masih rendah, faktor ini tentu tidak terlepas dari peran keluarga. Kebanyakan peserta didik tidak membaca buku yang ada dan tidak berusaha mencari bacaan lain. Belajar tanpa proses membaca tentu mustahil.

Jika saya menyimpulkan apa yang telah saya tuliskan, maka beberapa hal berikut ini perlu untuk menjadi perhatian saya dalam mempersiapkan tahun ajaran mendatang. Hal tersebut antara lain: membuat perencanaan mengenai tujuan pembelajaran yang relevan; mempersiapkan pembelajaran dengan lebih baik, mulai menentukan kegiatan utama, model pembelajaran yang dilakukan, melakukan asesmen diagnostik, menentukan asesmen formatif yang digunakan, dan tentu saja mempersiapkan alat dan bahan; serta mencari solusi agar peserta didik memiliki kesadaran akan pentingnya belajar, bertanggung jawab pada proses belajarnya, aktif dalam kelas, dan tentu saja menumbuhkan minat literasi dan belajar peserta didik.

Mungkin ini saja tulisan mengenai refleksi saya di akhir tahun ajaran 2024/2025, mungkin ada yang terlupa tidak saya tuliskan. Saya menulis ini agar apa yang ada di otak saya dapat saya keluarkan dan mengkonstruksikan nya secara lebih jelas.

Rabu, 04 Juni 2025

P5 yang terkadang masih disalahpahami


Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) merupakan suatu hal baru yang ada di dalam kurikulum merdeka. Sebuah kegiatan yang diintegrasikan dalam struktur dan muatan kurikulum, sesuatu yang belum pernah ada pada kurikulum-kurikulum sebelumnya. Mumpung kurikulum merdeka belum diganti, saya ingin menulis mengenai P5 dari sudut pandang pribadi.

P5 adalah sebuah program yang bertujuan membentuk karakter peserta didik, sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Kegiatan ini dilaksanakan beriringan dengan kegiatan intrakurikuler, dan bukan sebuah mata pelajaran baru. Secara mudah, P5 dilaksanakan dalam bentuk kegiatan yang dikembangkan oleh masing-masing satuan pendidikan sesuai tema yang telah ditetapkan pemerintah, untuk menanamkan nilai profil pelajar pancasila kepada peserta didik.

Namun dalam pelaksanaannya, saya melihat ada beberapa miskonsepsi mengenai pelaksanaan P5. Sebagai suatu hal yang baru, maka wajar banyak pihak dalam dunia pendidikan yang memiliki persepsi berbeda-beda mengenai pelaksanaan P5, beberapa ada yang berpendapat bahwa kegiatan tersebut harus menghasilkan output atau produk yang menarik.

Menurut saya, fokus P5 bukan pada produk yang dihasilkan, namun lebih kepada proses. Suatu proses dimana dalam kegiatan tersebut terjadi penanaman nilai-nilai profil pelajar Pancasila pada diri peserta didik. Output dari kegiatan ini adalah perubahan karakter peserta didik menjadi lebih baik, atau setidaknya nilai-nilai profil pelajar pancasila mulai tumbuh pada peserta didik.

Kegiatan P5 dapat dikatakan berhasil jika rangkaian kegiatan yang dilakukan peserta didik selama fase pembelajarannya ini, dapat menumbuhkan nilai-nilai yang diharapkan, seperti Beriman dan Bertakwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Berakhlak Mulia; Berkebinekaan Global; Gotong Royong; Mandiri; Bernalar Kritis dan Kreatif.

Dalam sebuah kegiatan P5 bisa saja menghasilkan produk, namun bisa juga tidak, menurut saya. Namun saya melihat bahwa ada sebuah persepsi bahwa suatu kegiatan P5 dikatakan berhasil jika menghasilkan suatu produk, seperti pementasan tari, kreasi produk makanan, karya inovasi dan lainnya. 

Dalam rangkaian kegiatan P5 tersebut kita juga mengenal istilah Gelar Karya, suatu event untuk menunjukkan hasil dari kegiatan P5. Mungkin karena dirasa suatu kegiatan P5 harus mengadakan gelar karya, maka yang menjadi target kegiatan adalah karya yang bisa ditampilkan, dan terkadang ruh penanaman karakter yang seharusnya menjadi inti kegiatan menjadi dikesampingkan. Dengan demikian kegiatan P5 tak ubahnya seperti kegiatan prakarya.

Ada baiknya jika kita melihat kembali apa yang diharapkan dari kegiatan ini, penanaman karakter. Satuan pendidikan bisa membuat kegiatan apa saja yang sesuai tema yang telah ditetapkan, alaskan mengakomodasi penanaman nilai profil pelajar pancasila pada diri peserta didik. Jika kegiatan tersebut menghasilkan suatu produk atau karya yang bisa ditampilkan, maka itu menjadi sebuah bonus.

Selama ini kegiatan P5 dirasa cukup memberatkan, karena kita menjadikan produk atau karya sebagai fokus utama. Satuan pendidikan harus berpikir keras untuk membuat suatu kegiatan yang menghasilkan produk atau karya yang menarik dan beda dengan yang lain. Apalagi dengan masifnya media sosial, maka ada satu lagi beban yang harus dipikirkan, bagaimana kegiatan dan produk tersebut menarik jika dimasukkan dalam media sosial.

Satu lagi, selama ini saya merasa pelibatan peserta didik dalam penentuan kegiatan P5 juga belum maksimal. Menurut saya, kebanyakan yang terjadi adalah satuan pendidikan yang menentukan apa kegiatan yang akan dipilih dan bagaimana pelaksanaannya, peserta didik tinggal mengikuti.

Ada baiknya jika satuan pendidikan mau membuka diri dan melibatkan peserta didik sebagai mitra, minimal untuk menumbuhkan tanggung jawab dan rasa memiliki pada diri peserta didik. Mungkin akan terasa sulit di awal, namun saya merasa kedepannya hal ini akan memberikan dampak positif kepada semua pihak.

Mumpung kurikulum belum berubah, kita dapat mencoba melaksanakan kegiatan P5 sebaik mungkin. Karena boleh jadi kurikulum akan berubah dan kegiatan P5 mungkin akan digantikan dengan sesuatu yang baru, sesuatu yang yang harus kita pelajari lagi dari awal. 

Sebenarnya kurikulum merdeka dan P5 didalamnya dapat dikatakan sudah baik, hanya perlu konsistensi dan pengembangan di beberapa sisi yang masih dianggap kurang. Sekali lagi, fokus pada visi utama dan prosesnya, hasil tentu tidak akan menghianati proses.

Ini adalah sudut pandang saya, jika anda membaca tulisan ini dan memiliki pendapat yang berbeda, tidak menjadi masalah. Semoga ada manfaat dari tulisan yang saya tulis ini.

Selasa, 27 Mei 2025

Pameran Karya IPA, Menumbuhkan Kreatifitas Siswa


Selasa pagi (27/5), siswa kelas VIII-B SMP Negeri 4 Satu Atap Kragan melaksanakan Pameran Karya mata pelajaran IPA. Kegiatan ini mengambil tema struktur bumi dan perkembangannya, dimana siswa kelas VIII-B terbagi menjadi beberapa kelompok dan mempresentasikan poster informatif yang mereka buat.

Dalam kegiatan pameran ini siswa kelas VIII-B bertindak sebagai penyaji, sedangkan siswa kelas lain dan para guru bertindak sebagai pengunjung. Dalam kegiatan ini siswa ditantang untuk mampu membuat poster informatif sesuai tema, serta mampu mempresentasikannya kepada pengunjung.

Jefri Adi Setiawan selaku guru IPA menyatakan bahwa tujuan kegiatan ini adalah melatih siswa agar mampu mengkomunikasikan pemahaman mereka atas suatu materi pelajaran.

“Supaya siswa mampu menyampaikan pemahaman mereka kepada orang lain,” ujarnya.

Kegiatan pameran karya dimulai pada pukul 08.00, seluruh siswa kelas VIII-B telah siap dengan poster di stan masing-masing. Tidak berselang lama, pengunjung mulai hadir dalam ruang pameran. Para pengunjung pameran terdiri atas siswa kelas VIII-A, VII-A, VII-B, dan para guru.

Selama kegiatan pameran terjadi interaksi antara penyaji dan pengunjung. Interaksi tersebut dapat berupa pertanyaan dan bahkan masukan kepada penyaji. Setelah melihat semua karya, pengunjung menuliskan kesan, pendapat, atau masukan mereka pada kertas sticky note kemudian menempelkan pada stan karya yang dipilih, hal yang sama juga berlaku pada para guru.

Klara Dea Novita siswa kelas VII-A menuturkan sangat menyukai kegiatan pameran ini. Menurutnya para penyaji sangat ramah dalam berinteraksi dan juga kreatif. 

“Tadi saya sangat menyukai punyanya kelompok 1, mereka sangat kreatif penyajiannya, sangat ramah, hanya satu kekurangannya, yaitu tulisannya ada yang kurang jelas, tapi kelompok yang lain juga sangat bagus,” ujarnya.

Pengunjung lain, Siti Aminah guru PAI, menuturkan bahwa kegiatan tersebut sangat positif dalam memotivasi dan menumbuhkan rasa ingin tahu siswa, sehingga diharapkan akan berdampak pada kualitas pembelajaran.

“Pameran yang sudah terlaksana merupakan salah satu kegiatan yang sangat positif dalam memotivasi anak dari rasa ingin tahunya, sehingga akan berdampak pada kualitas pembelajaran,” ujarnya, mengenai kesan terhadap kegiatan pameran.

Setelah semua pengunjung memberikan umpan balik, maka kegiatan pameran ditutup dengan melakukan refleksi bersama antara siswa kelas VIII-B dan guru IPA. Dalam sesi tersebut, setiap kelompok membaca berbagai umpan balik atau masukan yang diberikan kepada pengunjung. Selain itu guru juga mengajak siswa melakukan penilaian diri, siswa diminta untuk memberikan penilaian terhadap dirinya sendiri atas kinerjanya mulai persiapan hingga pelaksanaan pameran.

Mesia Aprilia Putri, salah satu penyaji dalam pameran tersebut menuturkan persiapannya dalam pameran pagi tadi. Dia mempersiapkan berbagai hiasan yang dibutuhkan, dan mempelajari kembali materi yang dibawakan dalam karya posternya.

“Saya mempersiapkan hiasan buat tadi pagi yang dipajang, dan saya sebelum berangkat ke sekolah lihat youtube tentang penjelasan lempeng tektonik, sambil siap-siap,” ujarnya.

Selain itu, dia menambahkan mengenai kendala dan pelajaran yang diperolehnya dari kegiatan pameran tersebut. Salah satu kendala yang dihadapinya adalah rasa gugup dan persiapan yang dirasa masih kurang. 

“Kendala, yaitu masih gugup dan kurang persiapan,” ujar Mesia mengenai kendala yang dihadapinya. 

Mengenai manfaat kegiatan pameran, dia juga menyatakan bahwa kegiatan pameran ini membantu meningkatkan literasi dan kekompakan dalam bekerja secara kelompok. “Yang saya ambil dari pameran tadi lebih meningkatkan literasi dan belajar kompak dalam kelompok,” imbuhnya.

Mengenai kinerja siswa kelas VIII-B dalam kegiatan pameran tersebut, Dian Feriana Rahmi selaku wali kelas menyatakan sangat mengapresiasi kinerja anak didiknya. Selain itu dia juga terkejut dengan kreatifitas, inovasi, dan antusiasme siswa dalam melaksanakan kegiatan pameran.

“Sebagai wali kelas VIII-B, saya sangat mengapresiasi hasil kinerja anak-anak mengenai pameran mata pelajaran IPA. Ada beberapa kelompok yang di luar ekspektasi, mereka sangat kreatif, inovatif, antusias dalam kegiatan pameran tersebut,” tuturnya.

Diharapkan kegiatan ini dapat memberikan pengalaman belajar yang menyenangkan bagi siswa, serta meningkatkan minat dan motivasi siswa untuk terus belajar dan kreatif.

Di akhir tulisan ini, saya akan menampilkan beberapa foto dokumentasi kegiatan pameran hari ini, semoga SMP Negeri 4 Satu Atap Kragan mampu terus berinovasi dalam menyuguhkan pembelajaran yang menarik dan menyenangkan.











Jumat, 16 Mei 2025

Kisi-Kisi ASAT IPA Kelas VII dan VIII Tahun Ajaran 2024/2025


Satu bulan lagi, semua siswa kelas VII dan VIII SMP Negeri 4 Satu Atap Kragan akan menempuh Asesmen Sumatif Akhir Tahun (ASAT) Tahun Ajaran 2024/2025. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui capaian pembelajaran peserta didik pada semester genap pada tahun ajaran yang sedang berjalan.

Menurut buku panduan pembelajaran dan asesmen yang dikeluarkan Kemdikbud, asesmen sumatif dilakukan untuk memastikan ketercapaian keseluruhan tujuan pembelajaran. Asesmen ini dilaksanakan pada akhir pembelajaran, seperti akhir semester. Hasil Asesmen ini akan digunakan sekolah sebagai pertimbangan kenaikan jenjang peserta didik.

Materi pelajaran kelas VII yang akan diujikan dalam kegiatan asesmen ini adalah gerak dan gaya, klasifikasi makhluk hidup, ekologi dan keanekaragaman hayati Indonesia, serta bumi dan tata surya.

Sedangkan untuk kelas VIII, materi yang akan diujikan dalam asesmen antara lain getaran, gelombang, bunyi, unsur, senyawa, campuran, serta struktur bumi dan perkembangannya.

Kegiatan ASAT semester genap tahun ajaran 2024/2025 kemungkinan akan dilaksanakan pada tanggal 2 s.d. 9 Juni 2025. Untuk mata pelajaran IPA, jumlah soal yang diujikan sebanyak 40 butir soal dengan lama waktu pengerjaan 120 menit. Jenis soal yang diujikan adalah pilihan ganda, menjodohkan, dan esai.

Berikut saya sampaikan kisi-kisi ASAT mata pelajaran IPA untuk seluruh siswa kelas VII dan VII. Kisi-kisi ini dibagikan dengan tujuan sebagai panduan bagi siswa dalam mempersiapkan diri menghadapi ASAT. Dengan memahami kisi-kisi ASAT, diharapkan siswa dapat belajar lebih efektif dan terarah, dan diharapkan mendapatkan hasil yang maksimal.

Selamat belajar, dan berikut ini adalah kisi-kisi ASAT mata pelajara IPA untuk kelas VII dan VIII.


Tautan Kisi-Kisi ASAT

Kelas VII

Kelas VIII

Kamis, 15 Mei 2025

Jurnal "Teach Like Finland" - Bagian 2


Melanjutkan tulisan sebelumnya mengenai impresi yang saya rasakan terhadap isi buku “Teach Like Finland”, saya belum menemukan suatu hal spesial atau besar yang membuat pendidikan di Finlandia menjadi hebat. Hingga tulisan ini saya buat (15/5), saya telah selesai membaca bab pertama, dan saya hanya bisa mengatakan, mereka membuat sesuatu yang sebenarnya biasa saja menjadi spesial.

Timothy D Walker memberi judul “Kesejahteraan” pada bab pertama. Agar proses pembelajaran dapat berjalan maksimal, maka kita harus memastikan kebutuhan dasar siswa terpenuhi, itulah yang dimaksud dengan memberikan kesejahteraan kepada siswa. Jika kebutuhan dasar tersebut dapat terpenuhi, maka siswa dapat mengikuti proses belajar dengan baik. 

Merujuk pada materi Nilai dan Peran Guru Penggerak yang pernah saya pelajari, manusia memiliki lima kebutuhan dasar, antara lain bertahan hidup (survival), kasih sayang dan rasa diterima (love and belonging), kebebasan (freedom), kesenangan (fun), dan penguasaan (power). Tidak terpenuhinya kebutuhan dasar tersebut akan membuat siswa melakukan berbagai cara untuk memenuhinya, dan biasanya kita mengidentifikasi perilaku tersebut dengan istilah “membuat ulah”.

Ada beberapa hal yang dilakukan di Finlandia untuk memberikan kesejahteraan kepada siswa, dan kesan yang pertama kali saya tangkap adalah “terlalu santai”. Tapi itulah yang mereka lakukan dan berjalan dengan baik di Finlandia. 

Jadwal Istirahat Otak.

Seperti tulisan sebelumnya, jam pelajaran di Finlandia lebih pendek daripada negara lain, dan mereka masih memberikan jeda istirahat antar pelajaran. Pada awalnya saya menganggap terlalu banyak jam istirahat akan membuat kegiatan pembelajaran menjadi tidak efektif.

Di buku tersebut dijelaskan mengapa para guru di Finlandia melakukan hal tersebut. Adanya jeda antar jam pelajaran memberikan waktu kepada siswa untuk beristirahat dan mengembalikan fokus mereka. Sebagai guru saya sering melihat ketika melakukan kegiatan belajar dengan durasi yang cukup panjang, siswa terlihat mulai lelah dan kehilangan fokus. Jika dipaksakan, maka akan cukup banyak materi pelajaran yang tidak bisa diserap oleh siswa. 

Di Finlandia, ketika jeda istirahat para guru meminta siswa untuk melakukan kegiatan di luar kelas. Siswa diberikan kebebasan untuk melakukan berbagai hal yang mereka sukai selama jam istirahat tersebut. Tujuannya adalah untuk mengisi ulang kembali energi psikis siswa agar siap dan fokus menghadapi pelajaran berikutnya. Ya, orang Finlandia cenderung santai, dan sepertinya sejalan dengan falsafah jawa, alon-alon asal kelakon.

Belajar Sambil Bergerak.

Pendidikan di Finlandia menekankan perlunya aktivitas fisik dalam proses pembelajaran di kelas. Kegiatan fisik dalam pembelajaran dapat berupa adanya kegiatan berjalan, berdiri, atau aktivitas fisik lain yang sesuai dengan kegiatan belajar.

Penulis menyebutkan bahwa aktivitas fisik dalam proses pembelajaran memberikan berbagai manfaat untuk siswa, seperti mengurangi obesitas, mengurangi resiko penyakit kardiovaskular, memperbaiki fungsi kognitif (ingatan dan perhatian), dan secara positif mempengaruhi kesehatan mental.

Finlandia pun meluncurkan sebuah program Finnish Schools on the Move, sebuah program yang dikembangkan secara sistematis untuk meningkatkan kegiatan fisik siswa selama hari sekolah. Turunan dari program itu adalah adanya Recess Activators atau penggiat istirahat, yaitu beberapa siswa yang bertugas untuk mengajak teman-temannya untuk mengisi waktu istirahat dengan melakukan aktivitas fisik, seperti permainan.

Recharge Sepulang Sekolah.

Keseimbangan adalah hal yang menjadi perhatian di Finlandia, keseimbangan antara kegiatan sekolah dan di luar sekolah. Jangan sampai kegiatan sekolah atau pekerjaan memakan sebagian besar waktu kita, sebagai manusia guru dan siswa perlu adanya kegiatan lain untuk kehidupan mereka.

Jika di Amerika, guru banyak menghabiskan waktu sepulang sekolah untuk menyusun administrasi dan persiapan mengajar esok hari, dan menghabiskan waktu berjam-jam. Tapi tidak dengan Finlandia, para guru akan segera pulang setelah jam sekolah selesai, mereka menyadari pentingnya waktu untuk diri dan keluarga demi keseimbangan hidup mereka. Jika ada kegiatan lembur, biasanya guru bersifat insidental dan tidak memakan waktu yang lama.

Menghabiskan waktu yang lama untuk kegiatan sekolah, apapun bentuknya, tidak berbanding lurus dengan meningkatnya kualitas pembelajaran. Hal tersebut akan menghasilkan kelelahan fisik dan mental, dan menurunkan produktivitas.

Menyederhanakan Ruang.

Orang Finlandia terkenal dengan gaya hidup minimalis, hal tersebut berimbas pada ruang-ruang kelas. Tidak seperti Amerika yang menganggap ruang kelas yang penuh dengan pajangan karya siswa, dianggap sebagai pembelajaran yang sukses, guru dan siswa Finlandia lebih menyukai ruang kelas yang sederhana dan tenang.

Mereka menganggap ruang kelas yang sederhana akan memberikan rasa nyaman kepada siswa, memberikan ketenangan, dan membantu siswa untuk fokus dalam pelajaran. Bukannya tidak ada pajangan karya siswa, pajangan karya siswa tetap ada, namun dengan jumlah sewajarnya.

Menghirup Udara Segar.

Finlandia menyadari hubungan kualitas udara dengan proses pembelajaran. Guru dan siswa di sana menyukai untuk membuka jendela ruang kelas, hal tersebut bertujuan agar udara alami dapat masuk ke dalam ruangan. 

Jika siswa berada di suatu ruang kelas yang tertutup, yang terjadi adalah penumpukan gas karbondioksida di dalam ruangan. Hal ini akan mengakibatkan kurangnya jumlah oksigen dan berdampak pada penurunan kinerja otak. Sirkulasi udara yang terjaga akan memastikan kadar oksigen tercukupi dan otak dapat bekerja dengan maksimal, sehingga proses belajar dapat berjalan dengan optimal.

Masuk ke Alam Liar

Guru di Finlandia sering mengajak siswanya untuk belajar di luar ruangan, bisa ke hutan, danau, atau taman. Sebuah penelitian mengatakan bahwa kegiatan interaksi dengan alam akan membantu anak membangun kepercayaan diri, mengurangi gejala gangguan hiperaktif akibat kurangnya perhatian, menenangkan anak, dan membantu anak untuk fokus.

Kita dapat mengadopsi kegiatan ini, disesuaikan dengan lokasi sekolah berada. Di indonesia, guru dapat membawa siswa untuk melakukan observasi makhluk hidup di persawahan, atau kegiatan lain yang sesuai untuk tiap mata pelajaran.

Itulah beberapa hal mengenai “Kesejahteraan” dalam pendidikan di Finlandia. Semua hal yang saya jelaskan di atas bukan hal yang baru. Semuanya adalah hal-hal kecil dan mendasar, dan sebenarnya kita juga mengetahuinya.

Yang membedakan, pendidikan di Finlandia memberikan perhatian kepada hal tersebut, memaksimalkannya, dan konsisten melakukannya. Hal-hal kecil tersebut jika dilakukan dengan konsisten akan memberikan dampak yang luar biasa. Tentu saja dampak baru akan terasa setelah beberapa waktu, bukan proses yang instan. 

Satu hal yang saya pelajari adalah kita harus belajar bersabar terhadap proses, tidak ada hasil yang instan. Jika kita merasa pendidikan saat ini tidak ada kemajuan, mungkin bukan karena sistem pendidikan yang salah, boleh jadi kita yang tidak sabar dan tidak konsisten melakukan hal-hal kecil yang positif.

Bersambung …

Model Pembelajaran Berbasis Kepepet


Masih dalam suasana mempersiapkan regu Drumband Gita Cara yang akan tampil sekitar dua minggu lagi, hari ini (15/5) sebagian siswa SMP Negeri 4 Satu Atap Kragan berlatih bersama. Ada beberapa siswa yang terlihat tidak turut serta dalam latihan tersebut, siswa-siswa tersebut memang bukan anggota regu Drumband.

Pukul 09.30 saatnya memasuki jam pelajaran ketiga, pada waktu tersebut latihan masih berlangsung, dan saya memutuskan untuk masuk ke kelas VIII-A, karena sudah waktunya pelajaran IPA dimulai.

Ketika sampai di kelas, saya hanya menjumpai dua siswa di dalam kelas, seperti yang sudah saya jelaskan di paragraf sebelumnya, hampir semua siswa kelas VIII ikut serta dalam latihan Drumband. Kelas VIII-B pun memiliki kondisi yang serupa, hanya tersisa dua siswa di dalam kelas.

Mungkin ada sedikit efek di dalam otak saya sehabis membaca buku Tech Like Finland, saya kemudian berpikir, “mengapa saya tidak mengajak keempat siswa tersebut untuk belajar di perpustakaan dan melakukan kegiatan pembelajaran yang berbeda daripada biasanya?”

Pada akhirnya saya mengajak keempat siswa tersebut untuk belajar IPA bersama-sama di perpustakaan, dan mereka menerimanya. Keempat siswa tersebut sebut saja Wahyu, Tio, dan si kembar Kan dan Kin.

Pembelajaran pun akhirnya dimulai, saya kemudian memberikan pengantar mengenai struktur bumi. Saya menginginkan agar siswa tersebut aktif dan proses pembelajaran lebih ke arah diskusi dan bekerja bersama. Saya kemudian meminta mereka untuk mengambil sebuah buku di perpustakaan, yang memuat informasi mengenai Struktur Bumi. Saya menyarankan untuk mengambil buku semacam Ensiklopedia, karena berencana untuk melakukan diskusi mengenai materi tersebut berdasarkan konteks informasi dari buku yang mereka pilih.

Sekarang setiap anak telah membawa bukunya masing-masing dan mulai membukanya. Mungkin karena jumlah siswa yang tidak banyak, kegiatan pembelajaran dapat berjalan lebih terfokus. Berdasarkan pengamatan saya, siswa terlihat menyukai proses pembelajaran ini, mereka membuka buku-buku ensiklopedia tersebut, melihat berbagai gambar yang ada dan membaca keterangan yang termuat di dalamnya.

Kemudian saya memutuskan untuk mengambil laptop dan mencari video yang berkaitan dengan pergerakan lempeng bumi. Dalam sesi tersebut, siswa tampak antusias melihat materi mengenai bagaimana pergerakan lempeng bumi, supercontinental Pangea, dan penjelasan mengapa lempeng-lempeng tersebut dapat bergerak dan apa akibat yang ditimbulkan dari pergerakan tersebut.

Setelah melihat video materi tersebut, saya menyempatkan untuk bertanya dalam rangka diskusi, pertanyaannya seputar materi yang telah mereka lihat dari buku dan video. Dapat saya simpulkan apa yang telah didiskusikan sebelumnya baik dengan video atau membaca buku ensiklopedia, dapat mereka pahami secara umum.

Setelah itu, saya mengajak mereka untuk melakukan tes yang dibalut dalam sebuah permainan. Masing-masing siswa mendapatkan tiga buah kertas sticky note. Dalam masing-masing kertas, siswa harus membuat pertanyaan yang nanti akan diberikan kepada siswa yang lain. Jika siswa yang ditunjuk mampu menjawab, maka akan mendapatkan poin 10. Siswa yang memperoleh poin tertinggi adalah pemenangnya.

Saya memberi waktu kepada siswa sekitar 10 menit untuk membuat dan menuliskan pertanyaan pada kertas. Ketika mereka mempersiapkan kertas pertanyaan mereka, saya mempersiapkan selembar kertas karton, kemudian menggarisnya menjadi empat bagian, setiap bagian diberi nama masing-masing siswa.

Nanti setiap siswa akan secara bergiliran menempelkan kertas pertanyaan mereka ke kotak temannya. Siswa yang kotaknya ditempel kertas pertanyaan, maka mendapatkan kesempatan untuk menjawab, jika tidak bisa menjawab maka akan direbut oleh siswa yang lain. Begitulah aturan permainannya.

Akhirnya semua semua siap dan permainan bisa dimulai. Peserta pertama mendapatkan giliran untuk menempelkan kertas pertanyaannya, dan peserta yang dituju pun  berusaha untuk menjawabnya. Permainan berlangsung cukup seru, setiap sebuah kertas pertanyaan selesai dijawab, maka saya akan memberikan penguatan mengenai materi yang dijadikan pertanyaan, tujuannya adalah sebagai penguat.

Setelah semua siswa telah menempelkan kertas pertanyaannya dan mencoba menjawab pertanyaan yang mereka dapat, permainan pun selesai. Semua siswa mendapatkan poin yang beragam, artinya mereka mampu menjawab pertanyaan temannya. Memang ada juga pertanyaan yang gagal dijawab, namun bagi saya, hasil tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran hari ini memberikan dampak bagi mereka. Mungkin tidak semua materi dapat mereka serap, namun setidaknya ada yang mereka pelajari, dan pembelajaran berlangsung menyenangkan, dari sudut pandang saya.

Di akhir pembelajaran, saya ingin mengetahui bagaimana respon mereka terhadap pembelajaran hari ini. Saya tidak memberikan pertanyaan langsung mengenai respon mereka terhadap pembelajaran, tetapi saya menawarkan bagaimana kalau keempat siswa tersebut membuat permainan ular tangga yang dimodifikasi. Selain ular dan tangga, akan dikombinasikan juga dengan kartu pertanyaan seputar Struktur Bumi. Harapannya permainan ini dapat mereka mainkan dengan siswa lain di kelas.

Respon keempat siswa tersebut adalah menerima tawaran tersebut. Mungkin beberapa hari kedepan permainan tersebut siap untuk dimainkan. Sekarang keempat siswa tersebut berbagi tugas, membuat desain papan ular tangga, dan menyusun kartu soal. Sebagai guru nanti saya juga akan tetap mengawasi proses pembuatan permainan ini.

Bagi saya, proses pembelajaran hari ini cukup menyenangkan. Jika boleh memberi judul, saya menyebutnya Model Pembelajaran Berbasis Kepepet. Sebuah pembelajaran yang tidak terencana sebelumnya, namun dengan komitmen yang saya miliki, saya berusaha memberikan pembelajaran semaksimal mungkin, bahkan untuk empat orang siswa.

Kita tunggu bagaimana kelanjutan permainan ular tangga. Jika sudah jadi akan saya tuliskan juga di blog ini.

Mengenai Penilaian Formatif

Pendidikan secara umum memiliki tujuan untuk menghasilkan insan Indonesia yang cerdas dan berkarakter, hal ini tercantum dalam bagian latar ...