Jumat, 15 Oktober 2021

Cerpen IPA : "Kok Hasinya Berbeda ya ???"

 


Minggu pagi yang cerah, sinar matahari terasa tidak begitu menyengat. Di teras rumah terdengar suara ramai dua anak yang sedang bermain. Tata dan Iyo, keduanya merupakan kakak beradik yang selisih umurnya tidak terlalu jauh. Tata lebih tua setahun daripada Iyo, keduanya sekarang duduk di kelas satu sekolah dasar.

Ahhh... senangnya, hari ini kita tidak ada PR dari bu guru” ujar Tata kepada adiknya. Iyo duduk disamping kakaknya dengan serta merta menyahut, “Iya kak, kita bisa main sepuasnya, enaknya kita main apa pagi ini? Tanya Iyo.

Sambil menunjuk ke arah bola yang berada di halaman rumah, Tata mengatakan idenya “Bagaimana kalau kita bermain bola?”

Hmmm... boleh juga, tapi aku malas kalau harus lari-lari” sahut Iyo. Belum sempat kakanya berkata, Iyo berkata lagi “Bagaimana kalau kita lomba menendang bola pinalti saja?”

Sambil mengacungkan jempolnya Tata langsung berkata, “OK yang buat gol paling banyak dia yang menang.” Iyo pun mengangguk tanda menyetujui usulan kakaknya tersebut.

Kedua anak tersebut segera menuju halaman rumah dan mengambil bola yang tergeletak di bawah pohon mangga. Seperti anak-anak pada umumnya, Tata dan Iyo terkadang tidak membereskan mainannya. Bola itu sudah ada di halaman rumah sejak beberapa hari yang lalu. Setelah selesai bermain bola, bola itu dibiarkan di halaman rumah begitu saja. Ya, begitulah anak-anak.

Kalau begitu, ayo kita buat gawangnya dulu” kata Iyo. Kedua anak tersebut kemudian membuat gawang sederhana yang hanya dibatasi dengan sendal di kedua sisinya, tentu saja tanpa tiang. Biasanya gawang seperti ini akan memunculkan perdebatan jika bola mengarah agak ke atas, ada yang bilang gol dan ada yang bilang tidak.

Tata menyuruh adiknya untuk membuat gawang, “Lebarnya lima langkah saja, biar nggak terlalu lebar.” Iyo pun segera membuat gawang sesuai instruksi kakaknya. “Sudah kak!” Kata Iyo kepada kakaknya.

Kalau begitu coba aku hitung dulu”, Tata menimpali perkataan Iyo. Tata berjalan dari ujung gawang menuju ujung lainnya, dia berjalan dan menghitung jumlah langkahnya.

Lho tadi aku kan bilang lebarnya lima langkah, ini cuma empat langkah lebih sedikit” ujar Tata.

Tadi aku hitung lima langkah kok” jawab Iyo. Tata menimpali jawaban adiknya dengan ekspresi sedikit mengejek, “Ahh.. kamu kan masih kecil, jadi nggak bisa berhitung.”

Iyo menimpali perkataan kakaknya dengan sedikit kesal, “Bisa kok, ini aku buktikan.” Iyo kemudian berjalan dari ujung gawang menuju ujung lainnya, sambil menghitung dengan keras. “Satu... dua... tiga... empat... lima, tuh kan lima langkah.”

Sambil menggaruk kepalanya, Tata menyahut “Iya kok berbeda ya, kenapa jumlah langkahku dan langkahmu berbeda ya?”

Iya kok berbeda, kenapa ya?” Iyo juga merasa bingung.

Nah, kalau ada hal seperti ini Tata dan Iyo akan langsung bertanya kepada Mama. Mama adalah orang yang sabar, yang selalu siap menjawab segala pertanyaan dari kedua anaknya tersebut. Walaupun terkadang pertanyaannya lucu.

Mama... Mama... kesini sebentar Ma” teriak kedua anak tersebut dari halaman rumah.

Iya sebentar, Mama sedang menata sarapan” jawab Mama dari dalam rumah. “Sebentar aja Ma, ini penting banget” ujar Iyo menimpali jawaban mamanya.

Mama segera berjalan menuju halaman rumah. Sesampainya di halaman, Mama kemudian mengusap-usap kepala kedua anaknya sambil berkata “Ada apa sih, memangnya apa yang penting?”

Tata menjawab “ini lho Ma, kenapa lebar gawangnya kok bisa berbeda?”

Iya Ma, aku hitung lebarnya lima langkah, tapi kalau kakak yang hitung hasilnya empat langkah lebih sedikit.” Iyo mencoba menjelaskan permasalahan yang ada kepada Mama.

Sambil tersenyum Mama mulai menjawab pertanyaan kedua anaknya yang lucu itu, “Itu dikarenakan lebar langkah kalian berbeda, tinggi badan kalian kan juga berbeda.”

Mama kemudian menambahi penjelasannya, “Selain itu langkah merupakan satuan tak baku, sehingga sebaiknya tidak digunakan untuk pengukuran.” Iyo kemudian bertanya lagi, “Satuan tak baku itu apa Ma?”

Satuan merupakan pembanding dalam suatu pengukuran. Satuan tak baku adalah satuan yang apabila digunakan akan menghasilkan hasil yang berbeda untuk setiap orang, sehingga satuan tak baku tidak digunakan sebagai satuan dalam melakukan pengukuran. Contoh satuan tak baku antara lain langkah, jengkal, depa, dan hasta.

Sedangkan satuan baku adalah satuan yang jika digunakan akan menghasilkan nilai yang sama untuk semua orang, satuan baku ini digunakan dalam pengukuran. Contoh satuan baku seperti centimeter, kilogram, detik, dan derajat celcius.

Jadi agar pengukuran kalian hasilnya akurat, harus menggunakan alat ukur” kata mama sambil mengusap punggung kedua anaknya.

Coba kalian ambil meteran punya Ayah dan ukur lebar gawang dengan meteran tersebut secara bergantian” usul Mama. Tata dan Iyo pun segera berlari kedalam rumah dan mengambil meteran Ayah.

Kemudian Iyo mengukur lebih dahulu. “Lebar gawangnya dua meter” ujar Iyo kepada Mama. “Coba sekarang ganti Tata yang mengukur” sahut Mama.

Iya Ma, hasilnya sama” sahut Tata.

Nah, sekarang masalahnya sudah selesai kan?” tanya Mama sambil menggoda. “Iya Ma, kita main bola dulu ya” kata Iyo menimpali perkataan Mama.

Sarapan dulu dong, mama sudah masak ayam goreng lho, apa nggak mau?” goda Mama ke Tata dan Iyo. “Mau dooong” jawab Tata dan Iyo serentak.

Akhirnya agenda main bola tertunda dulu. Tata dan Iyo tidak akan bisa menolak ayam goreng buatan Mama. Ayam goreng merupakan menu favorit keduanya, dan setelah kenyang biasanya keduanya akan memilih untuk menonton serial kartun di TV. Dan nggak jadi main bola deh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Koneksi Antar Materi - Kesimpulan dan Refleksi Modul 1.1 : Pemikiran Filosofis Pendidikan Ki Hadjar Dewantara

Dalam modul pertama tentang Pemikiran Filosofis Pendidikan Ki Hadjar Dewantara (KHD) memberikan penjelasan mengenai bagaimana pendidikan seh...