Rabu, 23 Oktober 2024

Tugas Koneksi Antar Materi Modul 3.1 - Jefri Adi Setiawan, S.Pd

Tugas Koneksi Antar Materi Modul 3.1
Pengambilan Keputusan berdasarkan Nilai-nilai Kebajikan
sebagai Pemimpin


Jefri Adi Setiawan, S.Pd
SMP Negeri 4 Satu Atap Kragan
Peserta PGP Angkatan 11

Salah satu peran guru yang saya pelajari dalam Pendidikan Guru Penggerak (PGP) ini adalah sebagai pemimpin pembelajaran. Seorang guru harus memahami filosofi pendidikan yang dicetuskan Ki Hadjar Dewantara, bahwa tugas seorang guru adalah sebagai fasilitator yang mengantarkan siswa untuk mencapai kebahagiaan sesuai kodratnya masing-masing.

Untuk mewujudkan filosofi pendidikan tersebut, seorang guru harus mempunyai visi yang jelas untuk  tercapainya tujuan pendidikan. Selain memiliki visi yang jelas, guru harus memahami perannya. Salah satu peran guru adalah pemimpin pembelajaran.

Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, guru perlu mengambil berbagai keputusan untuk memastikan visinya terwujud. Salah satu hal yang harus dilakukan guru adalah menegakkan disiplin positif. Selain itu, salah satu bentuk implementasi guru sebagai pemimpin pembelajaran adalah dengan menyelenggarakan pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial-emosional.

Dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari, guru terkadang dihadapkkan kondisi-kondisi yang mengharuskannya untuk mengambil keputusan. Masalah-masalah yang muncul bermacam-macam, baik masalah yang berhubungan dengan siswa, rekan sejawat, maupun kebijakan yang ada.

Permasalahan yang terkadang dihadapi seorang guru dapat berupa bujukan moral atau dilema etika. Untuk permasalahan yang berhubungan dengan bujukan moral relatif lebih mudah untuk dianalisis, karena sangat terang perbedaan antara kebenaran dan kesalahan. Seorang guru harus memiliki nilai dan prinsip, sehingga dapat menghindarkannya dari mengambil keputusan yang salah dalam hal bujukan moral.

Namun untuk permasalahan yang berhubungan dengan dilema etika, seorang guru terkadang sulit untuk mengambil keputusan yang tepat. Karena dalam kasus dilema etika yang sedang dipertentangkan adalah nilai-nilai yang sama-sama benar. Dalam posisi ini guru harus dapat berpikir secara tenang, mempertimbangkan berbagai informasi atau fakta yang ada, dan secara bijak dapat mengambil keputusan yang paling baik.

Dalam kasus dilema etika terkadang menghadapi empat paradigma, antara lain:

  1. Individu melawan masyarakat. Dalam hal ini yang bertentangan adalah kepentingan indiviu atau kelompok kecil dengan masyarakat atau kelompok besar. Kedua pertentangan ini menyangkut nilai yang sama-sama benar.
  2. Keadilan melawan rasa kasihan. Dalam hal ini yang bertentangan adalah keharusan menegakkan peraturan yang berlaku melawan rasa kasihan atas kondisi atau permasalahan yang ada. Kedua pertentangan ini menyangkut nilai yang sama-sama benar.
  3. Kejujuran melawan kesetiaan. Dalam hal ini yang bertentangan adalah keinginan untuk bersikap jujur atau bersikap setia kepada kelompok atau komunitas. Pertentangan keduanya juga menyangkut nilai yang sama-sama benar.
  4. Jangka pendek melawan jangka panjang. Dalam hal ini yang bertentangan adalah kepentingan jangka pendek dengan kepentingan jangka panjang. Keduanya juga menyangkut nilai yang sama-sama benar.

Dalam kasus dilema etika, kebijaksanaan memengang peranan penting. Karena guru dihadapkan pada kondisi bukan memilih antara benar dan salah, tetapi memilih antara dua hal yang benar. Memilih dua hal yang benar adalah tidak mudah, namun guru harus berani berusaha untuk memilih salah satu yang dapat memberikan manfaat lebih banyak.

Pertimbangan yang dipakai dalam menghadapi kasus dilema etika bermacam-macam. Pertimbangan tersebut antara lain apakah akan mengambil keputusan yang mempertimbangkan kebaikan banyak pihak, apakah akan mengambil keputusan berdasarkan menjunjung tinggi nilai atau prinsip dalam diri, atau apakah mengambil keputusan berdasarkan apa yang akan dilakukan orang lain terhadap kita jika kita berada dalam permasalahan tersebut.

Terdapat tiga prinsip yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan dilema etika, prinsip tersebut dikenal sebagai prinsip resolusi. Prinsip tersebut antara lain berpikir berbasis hasil akhir (End-based thinking), berpikir berbasis peraturan (Rule-based thinking), dan berpikir berbasis rasa peduli (Care-based thinking).

Berpikir berbasis hasil akhir memiliki arti bahwa guru dalam menghadapi permasalahan dilema etika akan mengambil keputusan yang memberikan manfaat atau menyenangkan banyak orang.

Berpikir berbasis peraturan memiliki arti bahwa guru dalam menyelesaikan permasalahan dilema etika akan mengambil keputusan yang sejalan dengan peraturan atau norma yang berlaku.

Sedangkan berpikir berbasis rasa peduli memiliki arti bahwa guru dalam menyelesaikan permasalahan dilema etika akan lebih mengedepankan simpati, empati, dan perasaan orang lain ketika akan mengambil suatu keputusan.

Ketiga prinsip tersebut dapat mempertimbangkan situasi dan akar permasalahan dilema etika yang terjadi. Pada akhirnya tidak ada keputusan yang seratus persen tepat, selalu ada ruang bahwa keputusan tersebut akan berpotensi merugikan atau berdampak negatif.

Untuk mengetahui suatu keputusan apakah tepat atau tidak, guru dapat melakukan pengujian. Guru sebaiknya tidak tergesa-gesa dalam mengambil keputusan, namun perlu melakukan pengujian untuk mengetahui apakah keputusan tersebut sudah tepat atau belum.

Untuk melakukan pengujian suatu keputusan dapat dilakukan dalam beberapa langkah, antara lain:

  1. Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan.
  2. Menentukan pihak-pihak yang terkait dalam permasalahan tersebut.
  3. Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan.
  4. Melakukan pengujian benar-salah. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah permasalah yang dihadapi adalah bujukan moral atau dilema etika. Ketika dalam pengujian benar salah, keputusan tersebut mengalami kegagalan, maka dapat dikatakan permasalahan tersebut adalah bujukan moral. Uji benar salah meliputi uji legal, uji regulasi/standar etik, uji intuisi, uji publikasi, dan uji panutan.
  5. Melakukan pengujian paradigma dilema etika.
  6. Melakukan prinsip resolusi.
  7. Melakukan investigasi opsi trilema. Opsi trilema adalah opsi lain dari dua opsi yang sudah tersedia.
  8. Membuat keputusan.
  9. Melihat lagi keputusan yang telah diambil dan merefleksikannya kembali.

Jika guru telah melakukan pengujian keputusan, maka keputusan akhir yang didapat dapat dikatakan sebagai keputusan yang baik dan bijak. Keputusan tersebut tentu dapat dikaji dan ditinjau ulang dengan mempertimbangkan kondisi yang terjadi di masa mendatang.

Guru sebagai pemimpin pembelajaran harus berani untuk mengambil resiko dalam membuat suatu keputusan. Keputusan tersebut harus berpihak pada siswa, berdasarkan nilai kebajikan, dan guru harus siap bertanggung jawab atas konsekuensi dari keputusan yang telah diambil. 

Memang bukan hal yang mudah, namun kemampuan dalam mengambil keputusan harus dilatih. Guru tidak boleh lari dari suatu permasalahan, namun guru harus mampu menghadapi dan berani bersikap atas permasalahan yang sedang dialami, terutama yang berhubungan dengan dilema etika.


***

Minggu, 30 Juni 2024

Koneksi Antar Materi - Kesimpulan dan Refleksi Modul 1.1 : Pemikiran Filosofis Pendidikan Ki Hadjar Dewantara


Dalam modul pertama tentang Pemikiran Filosofis Pendidikan Ki Hadjar Dewantara (KHD) memberikan penjelasan mengenai bagaimana pendidikan seharusnya dilaksanakan. Pendidikan merupakan suatu tuntunan yang bertujuan untuk mengantarkan anak menuju keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya baik sebagai manusia dan anggota masyarakat.

Dalam proses pendidikan, kita sebagai guru harus menyesuaikan dengan kodrat setiap anak. Anak-anak tersebut memiliki kodrat alam dan kodrat zaman masing-masing. Kodrat alam dapat dimaknai sifat dan bentuk anak tersebut, seperti bentuk fisik, perangai, dan bakat yang dimiliki anak. Sedangkan kodrat zaman dapat dimaknai sebagai isi dan irama anak, hal ini dipengaruhi oleh kondisi zaman dan masyarakat ketika anak tersebut tumbuh.

Setiap anak memiliki karakteristiknya masing-masing, mereka memiliki potensi positif dan negatif dalam dirinya. Supaya potensi negatif anak dapat ditekan bahkan dihilangkan, maka diperlukan pendidikan budi pekerti. Pendidikan budi pekerti dimaksudkan agar anak dapat menguasai dirinya, sehingga mampu menahan atau menghalau potensi atau tabiat negatif dari dalam dirinya.

Selain itu, keluarga memiliki peran penting dalam pendidikan anak. Menurut KHD pendidikan keluarga memiliki tempat yang mulia, hal ini karena pendidikan keluarga dilandasi keikhlasan dan ketulusan yang semata-mata bertujuan untuk kebaikan sang anak. 

Budaya ikut menentukan tumbuh kembang anak, karena budaya merupakan unsur yang terdapat dalam kodrat zaman anak. Anak yang tumbuh dengan budaya yang baik akan tumbuh menjadi seorang yang baik, namun sebaliknya jika anak hidup dalam budaya yang tidak baik, niscaya anak dapat terbawa dalam hal yang tidak baik.

Sebelum saya mempelajari materi mengenai pemikiran filosofis pendidikan KHD, saya memiliki mindset yang kurang tepat mengenai pendidikan. Saya merasa paling tahu tentang apa yang dibutuhkan anak, merasa kegiatan di dalam ruang kelas sudah cukup untuk anak, dan lebih berfokus pada tuntutan kurikulum. Hal tersebut membuat perasaan hampa atas apa yang saya kerjakan selama ini, Hasil yang saya dapatkan tidak berbanding lurus dengan apa yang saya kerjakan.

Setelah mempelajari modul pertama ini, mindset saya pun berubah. Sekarang saya menyadari bahwa sebenarnya anak adalah subjek dalam pembelajaran. Guru harus berperan sebagai pembimbing dan menyesuaikan kegiatan pembelajaran dengan karakteristik anak. Istilah yang digunakan dalam modul ini adalah "menghamba pada anak". Pernyataan ini memiliki arti bahwa pendidikan harus dilakukan secara ikhlas semata-mata demi kebaikan anak.

Saya pun menyadari bahwa setiap anak memiliki karakteristik, minat, dan gaya belajar yang berbeda-beda. Kita tidak mungkin mengharapkan semua anak untuk menjadi satu bentuk yang kita inginkan. Yang seharusnya dilakukan adalah mendesain kegiatan pembelajaran sesuai dengan karakteristik anak, yang harus kita ingat adalah apa yang kita lakukan adalah menuntun anak mencapai tujuan hidupnya, dan boleh jadi setiap anak memiliki jalan masing-masing untuk mencapai tujuan hidupnya.

Yang dapat segera saya terapkan di kelas berdasarkan materi dalam modul ini adalah mencoba mengintegrasikan pemikiran pendidikan KHD dalam kegiatan belajar mengajar yang saya lakukan. Menghargai ketidakseragaman anak dan membuat kegiatan pembelajaran yang menyesuaikan dengan kondisi anak.

Selain itu penanaman nilai budi pekerti juga harus dilaksanakan ketika kegiatan pembelajaran. Penanaman budi pekerti pada anak juga harus memperhatikan nilai-nilai yang ada pada budaya di sekitar kita. Banyak nilai-nilai positif yang ada pada masyarakat yang dapat kita tanamkan pada anak.

Dalam konteks lokal, nilai-nilai seperti sopan satun, hormat kepada orang tua, bersikap jujur, rendah hati dan tanggung jawab dapat kita tanamkan pada anak ketika pembelajaran di sekolah.

Penanaman nilai-nilai tersebut akan efektif dengan cara peneladanan. Salah satu semboyan KHD "ing ngarsa sung tuladha", saya maknai bahwa sebagai seorang guru saya harus mampu menjadi contoh teladan bagi anak-anak. Menjadi teladan memiliki arti bahwa nilai yang ingin saya tanamkan pada anak harus terlebih dahulu saya implementasikan pada diri saya sendiri.

***

Ditulis oleh Jefri Adi Setiawan

Peserta Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 11

Jumat, 07 Juni 2024

Cerpen Persahabatan Anggo dan Unyu



Anggo si kucing kecil, pagi ini sangat ceria. Dia tidak hentinya berlarian kesana-kemari dengan penuh kegirangan. Ya, hari ini Anggo dan temannya Unyu akan jalan-jalan ke hutan.

Melihat tingkah Anggo yang seperti itu, Ibunya hanya tersenyum. Ibu Anggo tahu bahwa anaknya sedang bergembira karena berjalan-jalan di hutan merupakan hal yang sangat diinginkan Anggo. Bukannya tidak boleh bermain ke hutan, ibu Anggo selama ini tidak memberi izin karena tidak tega jika Anggo bermain seorang diri ke hutan. Namun karena hari ini Anggo akan pergi dengan temannya, Ibunya akhirnya mengizinkannya.

“Anggo, ada apa kamu berlarian seperti itu?” goda ibu Anggo. “Aku kan mau bermain ke hutan bu, nanti aku kan menangkap capung.” Jawab anggo dengan rona muka yang bahagia.

Sambil tersenyum dan menggelengkan kepala, Ibu berkata, “ayo sarapan dulu, nanti setelah selesai sarapan baru kamu berangkat.” Dengan senyum yang masih mengembang di wajahnya, Anggo berjalan menuju ruang makan.

“Apa menu sarapannya Bu?” tanya Anggo. Dengan sabar Ibu pun menjawab, “kita sarapan dengan menu kesukaanmu, ikan teri.”

Dengan ditemani Ibunya, Anggo makan dengan lahap. Melihat kelakuan anaknya itu, dengan sabar Ibu berkata “Makan pelan-pelan, nanti kamu tersedak lho.”

Setelah menyelesaikan sarapanyya, Anggo segera berpamitan kepada Ibunya untuk pergi ke rumah Unyu. Rumah Unyu tidak terlalu jauh dari rumah Anggo. Rumah Unyu terletak di dekat sungai, sedangkan rumah Anggo disekitar daerah padang rumput.

Unyu adalah seekor kura-kura kecil, berlawanan dengan sifat Anggo yang aktif, Unyu lebih pendiam dan bijaksana. Mereka berdua merupakan sahabat karib, orang pertama yang diajak Anggo ketika akan bermain adalah Unyu. Kali ini mereka akan bermain ke hutan untuk menangkap capung.

“Assalamualaikum, Unyu ayo main.” Ucap Anggo di depan rumah Unyu.

“Waalaikum salam,” jawab seorang wanita yang berada dalam rumah.

Suara wanita tersebut adalah suara Ibu Unyu. Ibu Unyu sudah sangat mengenal sahabat anaknya tersebut. Ibu Unyu dan Ibu Angga saling mengenal satu sama lain, mereka berdua juga bersahabat.

“Anggo, ayo masuk. Unyu sedang sarapan.” Ucap Ibu Unyu sambil membukakan pintu. 

Anggo pun masuk dan duduk di ruang tamu, sedangkan Unyu sudah mengetahui kedatangan sahabatnya tersebut, namun Unyu harus menghabiskan sarapannya dahulu sebelum bermain.

“Kamu sudah menunggu lama?” tanya Unyu kepada Anggo yang sedang duduk di ruang tamu.

“Ah tidak, aku baru saja sampai.” Jawab Anggo. Tidak berselang lama mereka berdua berpamitan kepada Ibu Unyu untuk bermain ke hutan.

“Hati-hati bermainnya, sekarang sedang musim hujan dan banyak nyamuk di hutan.” Pesan Ibu Unyu kepada kedua anak tersebut.

Dalam perjalanan Anggo dan Unyu berbincang dengan asyik, mereka membahas capung warna apa yang akan mereka tangkap. Dalam pembicaraan tersebut Unyu mengatakan bahwa tempat yang banyak capungnya berada di seberang sungai. Sungai tersebut terletak di tengah hutan, jika kondisi sedang baik maka air sungai tidak terlalu banyak, sehingga bisa diseberangi. Namun jika hujan turun, maka air sungai akan naik, sehingga tidak bisa diseberangi.

Ketika memasuki area hutan mereka melihat betapa indahnya hutan tersebut. Banyak pohon tinggi menjulang, pohon tersebut beraneka ragam jenisnya. Beberapa dari pohon tersebut sudah berbuah, seperti mangga, rambutan, dan jambu.

“Hemm ... enak sekali rambutan itu sepertinya.” Ucap Unyu sambil melihat buah rambutan yang bergelantungan di atas pohon.

“Tunggu sebentar, aku akan mengambilkannya untukmu.” Ucap Anggo. Tak berselang lama Anggo yang lincah segera naik ke atas pohon dan mengambil beberapa buah rambutan kemudian memberikannya kepada Unyu.

“Wah manis sekali rambutan ini, terima kasih sahabatku.” Ucap Unyu sambil mengunyah rambutan.

Mereka berdua segera melanjutkan perjalanannya menuju tengah hutan. Ketika sampai di tengah hutan mereka menjumpai sebuah sungai, air sungai tersebut dangkal sehingga bisa diseberangi.

Di tempat tersebut mereka bertemu teman-temannya, ternyata teman-teman Anggo dan Unyu ini juga punya maksud yang sama, mereka akan mencari capung di seberang sungai. Mereka saling menyapa dan bercanda.

“Ayo teman-teman kita seberangi sungai ini, banyak capung disana yang menunggu kita. Ucap Anggo kepada teman-temannya dengan nada gembira.

Karena air sungai yang dangkal, mereka semua dapat menyeberangi sungai dengan mudah. Setelah sampai di seberang sungai, mereka berpencar dan mulai mencari capung sendiri-sendiri. Anggo dan Unyu menuju padang rumput yang luas, disana terlihat banyak capung yang berterbangan.

“Hap .. horeee.” Teriak Anggo kegirangan sambil menunjukkan capung yang baru saja dia tangkap kepada Unyu.

“Aku juga sudah menangkap satu juga.” Sahut Unyu sambil menunjukkan capung yang dia tangkap.

Tak terasa sudah banyak capung yang mereka tangkap. Panas matahari juga sudah mulai terik menandakan bahwa sebentar lagi akan siang.

“Anggo ayo kita pulang sebentar lagi hari sudah siang.” Ajak Unyu kepada Anggo.

“Sebenatar, aku masih mau menangkap lebih banyak capung lagi.” Jawab Anggo sembari sibuk menangkap capung.

Tiba-tiba suasana menjadi gelap, ternyata awan hitam datang dengan tiba-tiba. Awan hitam yang begitu pekat ini menandakan bahwa sebentar lagi hujan deras akan datang. Tak lama berselang, rintik hujan pun mulai turun.

“Anggooo ... ayo cepat kita pulang!” Teriak Unyu kepada Anggo.

Mendengar teriakan sahabatnya tersebut Anggo mulai sadar harus segera cepat pulang sebelum hujan semakin deras. Jika mereka tidak segera pulang, maka aliran sungai akan mulai deras dan mereka berdua tidak dapat menyeberang.

Keduanya mulai berlari untuk menuju jalan pulang. Dengan badan yang mulai basah karena hujan yang mulai turun, keduanya tetap berlari. Suasana telah sepi, teman-teman mereka rupanya sudah pulang semua. Suasana yang mulai gelap membuat keduanya harus tetap waspada supaya tidak tersesat.

Ketika tiba di pinggir sungai, keduanya melihat aliran sungai mulai deras. Walaupun ketinggian air belum terlalu tinggi, namun aliran airnya sudah terlihat mulai lebih deras.

“Unyu maafkan aku, seharusnya aku mendengarkanmu untuk pulang dari tadi.”  Ucap anggo dengan nada penuh sesal.

Anggo sadar bahwa walaupun air sungai belum tinggi, namun dia tidak bisa berenang. Terlihat dari raut mukanya yang sedih, dia sungguh menyesal. Jika memang tidak bisa menyeberang, maka terpaksa harus menunggu sampai hujan reda dan aliran air sungai surut kembali. Artinya bisa-bisa mereka berdua akan sampai rumah sore hari.

Melihat kondisi tersebut, Unyu tiba-tiba memiliki ide. Unyu adalah seekor kura-kura, maka berenang bukanlah masalah besar baginya. Sejak kecil Unyu memang berbakat dalam renang.

“Aku akan berenang, kamu nanti naiklah ke punggungku. Dengan ketinggian air seperti ini aku insyaAllah bisa melewatinya.” Kata Unyu menyampaikan idenya.

“Tapi aku berat dan nanti malah akan menyusahkanmu. Kau berenang saja, biar aku menunggu air surut lagi.” Jawab Anggo kepada sahabatnya itu.

“Ah sudahlah, aku tidak akan meninggalkanmu sendiri. Sekarang ayo cepat naik!” Perintah Unyu kepada Anggo.

Anggo segera naik ke punggung Unyu, kemudian Unyu segera memasuki sugai dan mulai berenang. Dengan aliran yang mulai deras, hujan pun mulai deras. Unyu tetap berkonsentrasi tetap berenang, sedangkan Anggo berpegangan erat sambil berdoa.

Akhirnya mereka berdua sampai ke seberang sungai dengan selamat. Begitu mereka naik ke tanah, seketika hujan menjadi deras. Mereka berdua akhirnya berlari menuju ke sebuah pohon beringin yang besar, mereka berteduh di bawah pohon tersebut.

Setelah beberapa saat hujan pun reda. Mereka berdua tersenyum bahagia dan tak lupa mengucapkan hamdalah. Keduanya mulai berjalan untuk pulang ke rumah.

“Unyu terima kasih banyak, kamu telah menyelamatkanku.” Ucap Anggo.

“Sama-sama, itulah yang memang harus dilakukan oleh sahabat. Saling tolong menolong.” Sahut Unyu.

“Mulai sekarang aku akan lebih banyak mendengarkan nasehatmu dan tidak egois. Kamu adalah sahabat terbaikku.” Ucap Anggo sambil memegang pundak sahabatnya itu.

“Kamu juga sahabat terbaikku.” Sahut Unyu dengan senyum merekah.

Setelah berhasil keluar dari hutan, keduanya merasa lega. Mereka berjanji untuk menjadi sahabat yang baik dan saling tolong menolong. Mereka berdua kemudian berpisah dan melanjutkan perjalanan pulang ke rumah masing-masing. Sunggu perjalanan ini akan selalu mereka ingat sampai kapan pun.

***

Jumat, 05 April 2024

Refleksi Saya: Mengerjakan Aksi Nyata PMM


Platform Merdeka Mengajar (PMM) yang sudah berjalan selama beberapa tahun terakhir ini sudah diakses dan dimanfaatkan oleh banyak guru di Indonesia. Salah satu fitur yang terdapat didalamnya adalah pelatihan mandiri, dan hasil akhir dari pelatihan mandiri ini adalah guru mendapatkan sertifikat aksi nyata.

Dalam hal pelatihan mandiri ini saya ingin menuliskan beberapa catatan dari sudut pandang saya secara pribadi. Saya baru memanfaatkan secara lebih pelatihan-pelatihan mandiri ini beberapa bulan terakhir ini, di awal adanya PMM ini, saya merasa bahwa hal ini cuma membertatkan dan menambah tugas guru. Namun semua itu tergantung bagaimama kita menyikapinya.

Salah satu hal yang kurang saya sukai dari pelatihan mandiri adalah sebagian besar materi disajikan dalam bentuk video. Secara pribadi saya lebih suka untuk mengakses bahan ajar yang berbasis teks untuk dibaca, seperti buku digital. Saya lebih banyak untuk mempercepat video dan lebih menggunakan pemahaman saya secara mandiri dan membaca bahan ajar teks jika ada untuk menyelesaikan topik-topik dalam pelatihan mandiri.

Sampai saya menulis ini sudah enam topik pelatihan yang saya selesaikan, artinya saya sudah mendapatkan enam sertifikat aksi nyata. Namun ketika berinteraksi dengan teman atau rekan guru, saya melihat bahwa membuat aksi nyata yang dipersyaratkan di akhir topik terasa berat untuk mereka. Saya akan coba menuliskan beberapa hal yang membuat semua itu dirasakan berat dan bagaimana mengatasinya.

Pertama, ketika akan melakukan aksi nyata banyak guru yang sudah membayangkan akan melakukan hal yang rumit, bahkan sebelum dimulai. Hal ini bisa disebabkan mereka belum membaca dan memahami tentang panduan aksi nyata yang disediakan, berekspektasi terlalu tinggi untuk membuat aksi nyata yang menarik (secara kemasan), dan tidak percaya diri untuk membuat aksi nyata sesuai kemampuan dan pemahamannya sendiri.

Kedua, entah kenapa dengan ketidakpercayaan diri tersebut, guru lebih banyak untuk menjadikan aksi nyata yang sudah berhasil milik orang lain menjadi tolak ukur aksi nyata yang akan mereka buat.

Ketiga, faktor malas. Untuk faktor ini mungkin banyak guru yang sudah enggan duluan untuk mencoba, dan berpikir untuk menyalin aksi nyata milik orang lain.

Sebenarnya untuk membuat aksi nyata bukanlah hal yang sulit, setidaknya hal itu yang saya rasakan. Hal pertama yang harus dimiliki adalah niat dan kemampuan untuk mencoba membuat aksi nyata dan optimis akan berhasil. Sejauh ini saya membuat enam aksi nyata, dan semuanya tervalidasi tanpa ada catatan.

Setelah ada niat, silahkan lihat pilihan aksi nyata yang diberikan, baca panduannya, pahami apa yang harus dilakukan dan produk atau dokumen apa yang harus dihasilkan. Jika semua itu sudah dilakukan pilihlah aksi nyata yang secara rasional dapat kita lakukan dan yang terpenting tidak memberatkan kita.

Jika sudah menentukan pilihan aksi nyata, maka langkah selanjutnya kita melakukan aksi nyata tersebut. Hal ini adalah konsekuensi yang harus kita lakukan. Sebaiknya hal ini kita lakukan, minimal agar kita bisa merasakan bukti dari topik pelatihan yang sudah kita pelajari. Dalam hal menyiapkan dokumen yang diperlukan, kita tidak perlu untuk bersikap terlalu ideal. Tidak perlu mencari format dokumen yang paling benar, membuat dokumen yang sangat menarik (dalam bentuk power point yang menarik dan penuh animasi, intinya enak dilihat).

Dokumen-dokumen yang harus kita kirim untuk aksi nyata, sebaiknya kita buat sesuai kemampuan kita, dan untuk format kita bebas menggunakan format apapun yang sesuai dan tidak membertakan kita.

Jika aksi nyata telah dilakukan dan dokumen yang dipersyaratkan sudah dibuat, maka jangan lupa untuk menambahkan refleksi personal kita sebagai pelaku aksi nyata ke dalam dokumen aksi nyata kita. Setelah semua itu semua dokumen tinggal kita jadikan satu dalam file pdf dan submit ke PMM. Jika semua langkah dalam panduan aksi nyata tersebut kita lakukan, maka seharusnya aksi nyata kita akan diterima. Jika aksi nyata kita dikembalikan, maka lihat catatan yang diberikan, perbaiki dan kirim ulang.

Intinya semua itu harus kita lakukan secara mandiri, mungkin akan terasa melelahkan diawal, namun setelah aksi nyata pertama kita diterima, kita secara tidak sadar akan menemukan pola sendiri yang cocok untuk kita dalam melakukan aksi nyata.

Semua itu kembali ke semangat guru untuk belajar, jika masih ada semangat belajar pada diri seorang guru maka dia akan dapat melalui ini semua dengan mudah. Namun jika semangat belajar itu tidak ada maka semua ini akan terasa berat, bahkan sebelum kita mencobanya.

Demikian catatan pribadi atau refleksi saya dalam melaksanakan aksi nyata dalam PMM. Kurang lebihnya mohon maaf jika anda membaca tulisan ini.

Selasa, 27 Februari 2024

Meiosis, Mengurangi Jumlah Set Kromosom Dari Diploid Menjadi Haploid

Hereditas atau pewarisan sifat merupakan suatu yang menakjubkan dalam dunia sains. Individu baru mewarisi sifat dari kedua induknya, bagaimana hal itu dapat terjadi. Sel kelamin atau gamet secara menakjubkan hanya memiliki separuh dari kromosom yang seharusnya. Bergabungnya sel sperma dan sel telur menjadikan individu baru memiliki jumlah kromosom yang seharusnya, dimana setengahnya didapatkan dari sel sperma dan setengahnya lagi dari sel telur. Proses yang menjadikan sel gamet memiliki kromosom separuh dari seharusnya adalah pembelahan meiosis.

Langkah dalam pembelahan meiosis hampir sama dengan pembelahan mitosis, salah satunya adalah didahului dengan replikasi kromosom. Namun replikasi tunggal ini di ikuti oleh dua kali pembelahan yaitu meiosis I dan meiosis II. Kedua pembelahan ini menghasilkan empat sel anakan yang memiliki jumlah kromosom setengah dari sel induk.

Tahapan meiosis dimulai dengan replikasi kromosom homolog dalam sel diploid, dari sepasang menjadi dua pasang. Kemudian salinan tersebut dibagikan ke empat anakan sel haploid.


Perbedaan utama dari pembelahan meiosis dan mitosis adalah pembelahan meiosis mengurangi jumlah set kromosom dari dua menjadi satu, sedangkan mitosis melestarikan jumlah set kromosom. Pembelahan mitosis menghasilkan sel-sel yang berbeda dengan sel induk atau dengan sel yang lain secara genetik, sedangkan pembelahan mitosis menghasilkan sel yang identik secara genetik dengan sel induk.


Sabtu, 20 Januari 2024

Back to Basic, Menulis

Tidak bisa dipungkiri bahwa popularitas blog sudah sangat menurun, hal ini menunjukkan bahwa minat orang untuk menulis atau membaca sudah menurun. Hal tersebut saya rasakan pada diri saya sendiri, produktivitas saya dalam menulis semakin tahun semakin menurun.

Semua orang kini beralih ke platform video seperti youtube. Dari sisi pengguna, platform seperti itu sangat memudahkan, dimana kita tinggal melihat dan mendengarkan. Namun sebenarnya hal tersebut memberikan dampak negatif kepada pengguna itu sendiri, yaitu kemampuan untuk melakukan literasi dan menganalisis mendetail menjadi berkurang. Terkadang kemudahan membuat kita menjadi terlena.

Saya memulai menulis lagi sekarang dan itu terasa berat. Keringnya ide membuat saya kesulitan untuk menulis, saya tidak tahu apa yang harus saya tuliskan. Namun satu hal yang pasti, saya menyadari bahwa saya harus menulis dan itu untuk kebaikan saya sendiri.

Di tahun 2024 ini saya berkomitmen untuk istiqomah dalam menulis lagi di blog ini, entah dengan tema tulisan apa. Saya berharap bisa menuangkan segala hal yang saya alami dan rasakan dalam dunia pendidikan dalam blog ini.

Beberapa hal mungkin yang bisa saya lakukan, seperti melakukan resume atas buku yang saya baca, kegiatan di platform merdeka mengajar, dan lainnya. Saya berharap bisa istiqomah untuk bisa menulis minimal tiga postingan per minggu. Semoga.


Tugas Koneksi Antar Materi Modul 3.1 - Jefri Adi Setiawan, S.Pd

Tugas Koneksi Antar Materi Modul 3.1 Pengambilan Keputusan berdasarkan Nilai-nilai Kebajikan sebagai Pemimpin Jefri Adi Setiawan, S.Pd SMP N...