Jumat, 13 Desember 2024

Apa yang kita lihat, tergantung dimana kita duduk

 

Sebelum anda meneruskan membaca tulisan ini, apa pendapat anda mengenai gambar di atas? Apa yang anda lihat? Jika yang anda lihat adalah gambar seorang wanita muda, maka saya juga sependapat dengan anda. Gambar di atas merupakan gambar seorang wanita munda, sepertinya cukup cantik, dari kalangan bangsawan eropa, memakai syal berbulu, dan sedang memalingkan wajahnya. 

Sekarang jika saya mengatakan kepada anda bahwa gambar di atas bukanlah gambar seorang wanita muda, melainkan gambar seorang wanita tua, bagaimana pendapat anda? Apakah anda setuju?

Coba perhatikan baik-baik, gambar di atas sebenarnya adalah gambar seorang wanita tua, dengan raut wajah yang murung. Saya perkirakan usianya sekiar tujuh puluh tahun atau lebih. Lalu manakah yang benar, gambar seorang wanita muda atau wanita tua?

Jika anda mengatakan itu adalah gambar wanita muda, anda benar. Jika anda mengatakan itu adalah gambar seorang wanita tua, maka anda juga benar. Terus apakah apakah ada kesalahan dengan gambar tersebut, jika semua jawaban benar?

Tidak ada kesalahan dengan gambar di atas, yang ada adalah perbedaan cara kita memandang. Kita dapat memandang gambar tersebut sebagai gambar seorang wanita muda atau wanita tua, semuanya benar. Gambar ini sebenarnya adalah sebuah ilustrasi, terkadang kita dapat melihat hal yang sama, namun memiliki pandangan yang berbeda.

Cara kita melihat sesuatu adalah paradigma, dan hal seperti ini sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Terkadang kita mengalami perbedaan pendapat dengan orang lain tentang suatu peristiwa yang sama, semua karena bagaimana cara kita memandang, atau bagaimana paradigma kita.

Hal ini memperlihatkan bawa paradigma kita mempengaruhi cara kita berinteraksi dengan orang lain. Sejelas dan seobjektif apapun yang kita pikirkan dan kita lihat, maka kita akan mulai sadar bahwa orang lain dapat melihat hal yang sama dengan cara yang berbeda dengan sudut pandang mereka. Dan mereka pun merasa bahwa mereka melihat dengan jelas dan objektif.

Kita cenderung untuk berpikir bahwa kita melihat sesuatu sebagaimana adanya, bahwa kita sudah objektif. Namun pada kenyataannya tidaklah demikian. Kita melihat dunia bukan sebagaimana dunia adanya, namun kita melihat dunia sebagaimana kita mempersepsikannya.

Jika kita melihat suatu permasalahan, mungkin sebenarnya tidak ada masalah. Cara pandang kita yang membuat seolah-olah memang ada masalah. Sebagai ilustrasi, jika anda ingin menuju suatu tempat di kota Surabaya, kemudian anda memegang peta surabaya, anda akan yakin bahwa anda akan menemukan tempat terebut. Namun bagaimana jika sebenarnya peta yang anda pegang adalah peta kota Semarang, tetapi anda beranggapan itu adalah peta Surabaya, apa yang akan terjadi? Tentu anda tidak akan sampai di tempat yang hendak dituju. "Peta" adalah gambaran dari paradigma kita, Sedangkan "Kota Surabaya" adalah sebuah peristiwa, maka jika kita mencari suatu tempat di Surabaya dengan peta Semarang, maka seperti kita melihat sesuatu dengan paradigma yang salah. 

Saya menuliskan ini setelah membaca beberapa halaman pertama dari buku Stephen R Covey, yang berjudul The 7 Habbits of Highly Effectiv People. Untuk akhir tulisan ini, saya akan menuliskan suatu ilustrasi cerita dari buku tersebut, silahkan anda baca dan pikirkan.

Dua kapal perang yang ditugaskan dalam skuadron latihan sudah berada di laut dan sedang melakukan manuver dalam cuaca buruk selama beberapa hari. Seorang pengintai berada di kapal perang utama dan sedang bertugas di atas anjungan kapal ketika malam tiba. Jarak penglihatan buruk dikarenakan kabut, maka kapten tetap berada di anjungan untuk bersiaga.

Tak lama setelah itu hari menjadi gelap, si pengintai yang sedang bertugas di sayap anjungan melaporkan, "Sinar, pada haluan sebelah kanan."

"Tetap atau bergerak mundur", kapten berseru.

Pengintai menjawab, "Tetap, kapten," yang berarti kapal berada dalam zona tabrakan yang berbahaya dengan kapal tersebut.

Kapten lalu berseru kepada pemberi isyarat, "Beri isyarat kepada kapal itu, kita berada pada arah tabrakan, dan minta dia untuk mengubah arah 20 derajat."

Datang isyarat balasan, "Anda dianjurkan mengubah arah 20 derajat."

Kapten berkata, "Kirim pesan, saya kapten, ubah arah anda sebesar 20 derajat."

Kemudian datang balasan, "Saya kelasi tingkat dua, anda sebaiknya berganti arah sebesar 20 derajat."

Pada saat itu kapten menjadi marah, ia membentak, "Kirim pesan, saya kapal perang. Ubahlah arah anda 20 derajat."

Datang balasan lagi, "Saya mercusuar."

Dan kapten pun mengubah arah kapalnya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

#2 Ramadhan adalah Kesadaran Diri

Ramadhan adalah bulan yang spesial, bulan dimana perintah puasa satu bulan penuh dilaksanakan dan bulan turunnya Al Quran pertama kali. Sepa...