Minggu, 26 Januari 2025

Pengayaan, Memberikan Pengalaman Lebih Kepada Peserta Didik

Pada tulisan sebelumnya, saya menulis tentang pembelajaran remedial. Sebuah kegiatan yang ditujukan kepada peserta didik yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimal. Terus bagaimana dengan peserta didik yang telah mencapai atau melampaui kriteria ketuntasan minimal? Jawabannya adalah kegiatan pengayaan.

Tulisan ini masih merujuk sumber referensi yang sama, yaitu Buku Guru Ilmu Pengetahuan Alam Kelas VIII untuk kurikulum 2013. Walaupun sekarang sudah berganti kurikulum, namun saya merasa esensi dalam buku ini masih relevan dengan kebutuhan saat ini.

Kegiatan pengayaan dapat didefinisikan sebagai kegiatan yang diberikan kepada peserta didik kelompok cepat agar mereka dapat mengembangkan potensinya secara optimal dengan memanfaatkan sisa waktu yang dimilikinya.

Tujuan diberikannya kegiatan pengayaan yaitu memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memperdalam penguasaan materi pelajaran yang berkaitan dengan tugas belajar yang sedang dilaksanakan sehingga tercapai tingkat perkembangan yang optimal. Sehingga secara umum kegiatan pengayaan dapat diartikan sebagai pengalaman atau kegiatan peserta didik yang melampaui persyaratan minimal yang ditentukan oleh kurikulum dan tidak semua peserta didik dapat melakukannya.

Kegiatan pengayaan dapat dilakukan dengan menggunakan sumber belajar, metode pembelajaran, dan alat bantu pembelajaran yang bervariasi dibandingkan dengan pembelajaran biasa. Sehingga dengan memanfaatkan sumber daya yang ada dan dengan disesuaikan dengan karakteristik peserta didik, maka peserta didik dapat melakukan proses belajar yang efektif.

Beberapa kegiatan pengayaan yang dapat dilakukan adalah meminta peserta didik membaca sumber pustaka yang lain, mengakses internet, diberikan tugas pemecahan masalah yang lebih tinggi, dan melakukan penyelidikan sederhana. Semua kegiatan itu tentu yang relevan dengan materi yang sedang dipelajari.

Dalam memilih dan melaksanakan kegiatan pengayaan, seorang guru harus memperhatikan beberapa hal-hal berikut:

  1. Faktor peserta didik, baik faktor minat maupun faktor psikologis.
  2. Faktor manfaat edukasi, dan
  3. Faktor waktu.

Tugas yang dapat diberikan guru pada peserta didik yang mengikuti kegiatan pengayaan diantaranya adalah memberikan kesempatan menjadi tutor sebaya, mengembangkan latihan praktis dari materi yang sedang dibahas, membuat hasil karya, melakukan suatu proyek, membahas masalah, atau mengembangkan permainan yang harus diselesaikan peserta didik.

Kegiatan pengayaan dapat dilaksanakan dengan teknis sebagai berikut:

  1. Kegiatan eksploratori yang bersifat umum. Kegiatan ini berupa sajian materi yang “melebihi” materi, yang secara reguler tidak tercakup dalam kurikulum.
  2. Keterampilan proses yang diperlukan oleh peserta didik agar berhasil dalam melakukan pendalaman dan investigasi terhadap topik yang diminati dalam bentuk pembelajaran mandiri.
  3. Pemecahan masalah yang diberikan kepada peserta didik yang memiliki kemampuan belajar yang tinggi, berupa pemecahan masalah nyata dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah atau pendekatan investigatif (metode ilmiah).

Pada akhirnya kegiatan pengayaan tersebut hendaknya menyenangkan dan mengembangkan kemampuan kognitif tinggi sehingga mendorong peserta didik mengerjakan tugas yang diberikan.

Pengayaan dan remedial merupakan sebuah pasangan yang tidak dapat dipisahkan. ketika pembelajaran biasa telah selesai, maka hasil telah didapatkan. setelah dianalisis tentu ada kemungkinan peserta didik mencapai kriteria ketuntasan minimal atau tidak mencapai kriteria ketuntasan minimal.

guru harus bijak membagi waktu dan merancang skenario yang tepat agar kegiatan remedial dan pengayaan dapat berlangsung dengan baik. Dengan manajemen yang baik, maka kedua kegiatan ini dapat memberikan dampak sesuai tujuan kegiatan kedua kegiatan tersebut.

Sabtu, 25 Januari 2025

Pembelajaran Remedial, suatu usaha untuk perbaikan


Bagi anda yang bekerja dalam dunia pendidikan tentu sudah tidak asing dengan istilah Kriteria ketuntasan Minimal (KKM), yang kini berubah istilah menjadi Kriteria Ketercapaian Tujuan Pembelajaran (KKTP). Kedua istilah tersebut mempunyai definisi yang sebenarnya hampir sama, yaitu batas minimal yang harus dicapai peserta didik untuk dapat dinyatakan telah menguasai suatu kompetensi atau mencapai tujuan pembelajaran yang telah dipersyaratkan.

Lalu bagaimana dengan peserta didik yang belum mencapai KKM atau KKTP tersebut? Tentu diperlukan tindakan-tindakan khusus agas peserta didik tersebut dapat mencapai kriteria yang dipersyaratkan. Tindakan ini adalah tindakan perbaikan yang diberikan kepada peserta didik agar mencapai kriteria KKM atau KKTP, tindakan ini dinamakan program Remedial.

Merujuk pada Buku Guru Ilmu Pengetahuan Alam Kelas VIII yang dahulu diterbitkan untuk kurikulum 2013, program remedial atau pembelajaran remedial adalah kegiatan yang ditujukan untuk membantu peserta didik yang mengalami kesulitan dalam menguasai materi pelajaran. Kegiatan ini merupakan bentuk layanan pendidikan yang diberikan kepada peserta didik untuk memperbaiki prestasi belajarnya, sehingga mencapai kriteria ketuntasan yang telah ditetapkan.

Dalam kaitannya dengan proses pembelajaran, kegiatan remedial memiliki beberapa fungsi antara lain:

  1. Memperbaiki cara belajar peserta didik dan cara mengajar guru, hal ini merupakan bentuk fungsi korektif.
  2. Meningkatkan pemahaman guru dan peserta didik terhadap kelebihan dan kekurangan dirinya, hal ini merupakan fungsi pemahaman.
  3. Menyesuaikan pembelajaran dengan karakteristik peserta didik, hal ini merupakan fungsi penyesuaian.
  4. Mempercepat penguasaan peserta didik terhadap materi pelajaran, hal ini merupakan fungsi akselerasi.
  5. Memperkaya pemahaman peserta didik tentang materi pelajaran, hal ini merupakan fungsi pengayaan.
  6. Membantu mengatasi kesulitan peserta didik dalam aspek sosial-pribadi, hal ini merupakan fungsi terapeutik.

Dengan berbagai fungsi yang dimiliki pembelajaran remedial ini, kegiatan ini merupakan kegiatan yang seharusnya dilaksanakan dengan konsisten oleh guru. Namun dengan mengingat beban kerja yang cukup banyak dan terbatasnya waktu yang ada, terkadang kegiatan remedial ini cukup sulit untuk dikerjakan secara konsisten.

Dengan segala kenyataan yang ada perlu tindakan bijak dalam melaksanakan kegiatan remedial ini. Yang paling penting adalah kesadaran akan pentingnya proses pembelajaran harus tertanam pada diri guru dan peserta didik harus terbangun dengan benar. Kedua belah pihak harus memiliki pemahaman yang sama tentang arti penting pembelajaran, guru harus bersungguh-sungguh untuk membantu peserta didik mencapai kriteria ketuntasan yang telah ditetapkan, serta peserta didik memiliki semangat dan motivasi belajar yang kuat untuk mengejar ketertinggalannya. Jika tidak terbangun sinergitas antara guru dan peserta didik, kegiatan pembelajaran remedial ini tidak akan berjalan sesuai dengan harapan.

Kegiatan remedial ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain memberikan tambahan penjelasan atau contoh,menggunakan strategi pembelajaran yang berbeda dengan sebelumnya, mengkaji ulang pembelajaran yang lalu, menggunakan berbagai jenis media, melakukan aktivitas fisik, kegiatan kelompok, tutor sebaya, dan menggunakan sumber belajar lain.

Secara umum kegiatan remedial tidak harus dilaksanakan dengan pembelajaran secara klasikal. Kegiatan remedial dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti di atas, dengan memperhatikan kondisi, kebutuhan, dan jumlah peserta didik.

Waktu kegiatan pembelajaran remedial dapat beragam. Kegiatan remedial dapat dilaksanakan sebelum kegiatan pembelajaran biasa untuk membantu peserta didik yang diduga akan mengalami kesulitan (preventif). Kegiatan remedial dapat dilaksanakan setelah kegiatan pembelajaran biasa untuk membantu peserta didik yang ternyata mengalami kesulitan belajar (kuratif). Dan, kegiatan remedial dapat dilaksanakan selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran (pengembangan).

Untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran remedial diperlukan langkah-langkah yang harus dilakukan. Langkah dalam mempersiapkan kegiatan pembelajaran remedial dimulai dengan melakukan analisis hasil diagnosis kesulitan belajar peserta didik, menemukan penyebab kesulitan belajar, menyusun rencana kegiatan remedial, melaksanakan kegiatan remedial, dan menilai kegiatan remedial.

Masih merujuk buku yang sama, kegiatan remedial dapat dilaksanakan secara klasikal atau non klasikal. Pembelajaran remedial dapat dilaksanakan secara klasikal jika lebih dari 75% peserta didik dalam satu kelas memperoleh nilai dibawah kriteria ketuntasan yang telah ditetapkan.

Memang jika kegiatan pembelajaran dilaksanakan secara ideal akan membutuhkan waktu dan tenaga yang banyak. Namun kunci sukses dari suatu kegiatan pembelajaran menurut saya adalah kesadaran penuh antara guru dan peserta didik. Kedua belah pihak harus menyadari pentingnya pendidikan pada diri mereka.

Kegiatan pembelajaran di sekolah tidak boleh dipandang secara transaksional. Kegiatan pembelajaran di sekolah merupakan bagian kecil dari keseluruhan proses pengembangan diri peserta didik selama hidupnya. Jangan menyamakan proses pembelajaran di sekolah seperti servis motor di bengkel. Motor rusak, masuk bengkel, dilakukan servis perbaikan, dan motor sudah dalam kondisi baik. 

Proses pembelajaran merupakan proses yang panjang, proses seumur hidup. Bukan merupakan hal yang instan, dan seharusnya pemahaman tersebut dimiliki oleh semua orang baik di lingkungan sekolah atau masyarakat.

Sumber:

Zubaidah, Siti dkk. 2014. Buku Guru Ilmu Pengetahuan Alam Kelas VIII. Jakarta: Kemdikbud.

Minggu, 19 Januari 2025

Artificial Intelligence, menjadikan kita (tidak) lebih pintar

Sumber: kompasiana.com

Salah satu trend yang cukup ramai dalam dunia pendidikan adalah Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan. Ramai konten dalam berbagai media sosial yang membahas cara membuat perangkat pembelajaran, media pembelajaran, dan soal dengan memanfaatkan AI. Bahkan karya tulis pun dapat dengan mudah dibuat dengan menggunakan AI.

AI dalam dunia pendidikan tidak hanya dimanfaatkan oleh guru, siswa pun juga bisa memanfaatkan. Ya, jika ada tugas seperti membuat karya tulis dan tidak tahu bagaimana membuatnya, cukup manfaatkan AI dan semuanya akan menjadi beres.

Semuanya terlihat keren, dan memang keren. Perangkat pembelajaran, soal, dan karya tulis semuanya menjadi keren. Terlihat AI begitu membantu semua pekerjaan dan tugas. Namun bagaimana dengan dampaknya? 

Untuk jangka pendek, AI sepertinya menjadi solusi yang mujarab. Semua yang dihasilkannya terlihat sempurna, dan AI sepertinya menjadi jawaban untuk “menjadi pintar”. Namun bagaimana dengan jangka panjangnya?

Secara pribadi saya tidak setuju dengan penggunaan AI dalam dunia pendidikan. Bukannya saya tidak pernah menggunakan AI, tapi saya mencoba untuk menghindarinya. Untuk beberapa kondisi memang membantu, tetapi jika terlalu tergantung akan memberikan dampak negatif kepada kita.

AI akan membuat kita terlihat keren, namun pada saat yang bersamaan membuat kita menjadi bodoh. AI adalah teknologi yang pada dasarnya dibuat untuk membantu memperingan pekerjaan kita, namun bukan menjadikannya menggantikan pekerjaan yang seharusnya kita lakukan.

Saya akan mencoba menuliskan opini atau pendapat pribadi saya tentang dampak negatif AI. Anda boleh suka atau tidak suka, namun sebaiknya anda membaca tulisan ini sampai akhir. Dan saya menuliskan opini ini dari sudut pandang saya sebagai guru.

Yang pertama, AI akan menurunkan kreativitas kita. Ketika kita dihadapkan sebuah pekerjaan seperti membuat perangkat pembelajaran, soal, ataupun karya tulis, maka diperlukan beberapa tahapan untuk menyelesaikannya. Mulai mengidentifikasi kondisi awal, menetapkan target, mencari referensi, membuat draft, melakukan analisis, penyuntingan, dan akhirnya selesai. Semua proses tahapan tersebut memakan waktu, tenaga, dan pikiran kita.

Dengan AI, kita tinggal memasukkan kata kunci, klik, dan jadi. Hasilnya akan sempurna, bahkan terlihat lebih sempurna daripada kita buat sendiri. Ini adalah proses instan, proses yang panjang jika kita kerjakan secara manual memang akan memakan waktu, tapi disisi lain kita memaksa diri kita belajar, membuat tugas pekerjaan yang sesuai dengan kebutuhan, dan melatih kita untuk terus berinovasi dan berpikir.

Pemanfaatan AI yang tidak bertanggung jawab akan membunuh kemampuan berpikir kritis yang kita miliki. Tidak akan ada pertarungan pemikiran di otak kita, dan lambat laun akan mendangkalkan kemampuan berpikir kritis yang ada, dan pada akhirnya kreativitas kita menjadi hilang.

Yang kedua, akan menjadikan kita kurang berhati-hati. Ketika AI digunakan untuk membuat suatu karya tulis, maka hasilnya akan langsung keluar dan bagus. Didalamnya ada berbagai kutipan, sumber atau pustaka yang ditampilkan. Namun apakah anda pernah mempertanyakan semua sumber, kutipan, atau referensi itu benar? Atau setidaknya memang ada.

Ketika kita membuat suatu karya tulisan ilmiah, salah satu tahapan yang dilakukan adalah mencari berbagai referensi yang mendukung. Kita membacanya, menentukan kalimat mana yang akan dikutip, bahkan membolak-balik referensi tersebut untuk menuliskan daftar pustaka yang benar.

Penggunaan AI yang tidak bertanggung jawab sekali lagi akan menurunkan daya berpikir kita. Tidak ada pengecekan terhadap akurasi tulisan yang dihasilkan, validasi sumber yang digunakan, atau apakah referensi yang ada didalamnya sebenarnya sesuai dengan tema yang akan kita tuliskan. Jika kita tidak mempunyai kemampuan berpikir kritis yang cukup, semua itu akan ditelan mentah-mentah, dan bagaimana kita mempertanggungjawabkan karya tulis yang kita buat?

Yang ketiga, menurunkan minat belajar. Jika yang kita cari adalah hasil yang keren, bahkan lebih keren dari yang bisa kita buat sendiri, AI adalah jawabannya. Dan jika hal tersebut sudah memuaskan kita, ketergantungan yang akan terjadi, dan belajar tidak lagi menjadi sesuatu yang penting.

Belajar adalah proses yang panjang dan penuh tantangan. Tidak ada yang instan dalam belajar, semuanya membutuhkan proses. Hasil dari proses belajar yang panjang tersebut adalah pemahaman yang utuh. Sekali lagi, jika hasil instan yang diberikan AI sudah memuaskan kita, lambat laun keinginan belajar akan turun.

Beberapa hal yang saya tuliskan ini adalah hasil pemikiran saya, mungkin tidak sepenuhnya benar, namun juga belum tentu salah. Kebijaksanaan diperlukan dalam pemanfaatan AI dalam dunia pendidikan. 

Seyogianya kitalah yang menguasai AI, kita yang menentukan kapan digunakan dan kapan tidak. Perlu pembatasan diri yang kuat agar terhindar dari pemanfaatan AI yang berlebihan. Proses pembelajaran atau perkembangan diri lebih utama daripada hasil yang instan.

Menjadi guru yang hebat diperlukan proses yang panjang, proses belajar yang tidak pernah berhenti, dan kemauan untuk terus berkembang yang tidak pernah padam. Ini bukan tentang terlihat menjadi orang yang keren, tapi memang menjadi orang yang benar-benar keren.

Jika anda membaca tulisan ini, anda boleh memiliki pemikiran yang berbeda, dan itu tidak masalah. Di akhir tulisan ini ada sebuah pertanyaan refleksi yang saya tujukan untuk diri saya sendiri, yaitu:

Apakah akan membanggakan jika saya mempunyai suatu karya, namun sebenarnya bukan sayalah yang membuatnya?

Jumat, 17 Januari 2025

Akhirnya, Habis PMM terbitlah Rumah Pendidikan

ilustrasi beban tugas guru (sumber: dok pribadi)


Istilah ganti menteri ganti kebijakan sepertinya memang benar adanya. Dalam dunia pendidikan biasanya ditandai dengan pergantian kurikulum, sekarang ada satu lagi yang sepertinya akan berganti, yaitu lahirnya sebuah platform baru.

Beberapa saat yang lalu sebelum saya menulis tulisan ini, saya melihat story Whatsapp Pengajar Praktik yang mendampingi saya dalam kegiatan Pendidikan Guru Penggerak bahwa ada aplikasi baru yang bernama Rumah Pendidikan.

Tertarik akan hal tersebut, saya kemudian mencari informasi mengenai Rumah Pendidikan. Dalam laman resmi Kemendikdasmen, saya belum menemukan press release mengenai aplikasi Rumah pendidikan. Namun dalam layanan Google Play Store, aplikasi tersebut sudah ada.

Melansir dari laman portal berita RRI (16/01/2025), Rumah Pendidikan merupakan sebuah aplikasi digital yang dirancang untuk memudahkan akses pendidikan secara daring. Platform ini menyatukan berbagai materi dan fitur interaktif bagi siswa dan guru.

Platform Rumah Pendidikan diluncurkan oleh Kemendikdasmen pada Januari 2025, dan tujuan diluncurkannya platform ini adalah untuk menggantikan platform terdahulu, termasuk PMM. Hal ini dikarenakan PMM banyak menuai keluhan dari guru, sehingga perlu disempurnakan dengan pembaharuan dan fitur yang sesuai dengan kebutuhan pengguna.

Platform Rumah Pendidikan memiliki delapan fitur, yang disebut delapan ruang utama. Delapan ruang utama tersebut antara lain Ruang GTK, Ruang Sekolah, Ruang bahasa, Ruang Murid, Ruang Pemerintah, Ruang Mitra, Ruang Publik, dan Ruang Orang Tua.

Fokus masing-masing ruang tersebut antara lain, Ruang GTK ditujukan untuk guru, Ruang Sekolah untuk data dan informasi sekolah, Ruang Bahasa untuk sumber belajar bahasa, Ruang Murid untuk akses materi pembelajaran dan tugas, Ruang Pemerintah untuk kebijakan dan monitoring, Ruang Mitra untuk kolaborasi, Ruang Publik untuk informasi umum, serta Ruang Orang Tua untuk memantau perkembangan anak.

Sampai tulisan ini saya buat, belum ada sosialisasi mengenai platform Rumah Pendidikan ini ke sekolah-sekolah. Ketika saya mencoba untuk memasukkan kata kunci rumah pendidikan di Play Store, aplikasi ini belum muncul dalam daftar pencarian. Namun aplikasi ini dapat diakses melalui tautan yang akan saya sertakan di akhir tulisan ini.

Merujuk pada laman aplikasi ini, aplikasi Rumah Pendidikan telah di unduh sebanyak lebih dari lima ribu kali. Dirilis pada tanggal 14 Januari 2025 dan pembaruan terakhir tercatat pada tanggal 16 Januari 2025, dengan versi aplikasi 1.0.1. Belum ada komentar yang terlihat pada laman Play Store aplikasi, dan saya pribadi juga belum menginstall aplikasi ini.

Tangkapan layar laman Play Store Rumah Pendidikan (sumber: pribadi)

Menurut saya pribadi, sejauh ini fitur-fitur yang berada dalam Rumah Pendidikan terlihat hampir sama dengan PMM dengan beberapa tambahan. Sehingga menarik untuk ditunggu bagaimanakah penggunaan Rumah Pendidikan ini kedepannya. Apakah platform ini adalah PMM dengan kemasan baru? Apakah platform ini akan sama saja memberikan beban tugas baru untuk guru? Kita lihat saja nanti.

Tautan Platform Rumah Pendidikan disini.

Kamis, 16 Januari 2025

Water Station, Upaya Pembiasaan Minum Air Putih

Ada pemandangan baru di ruang kelas SMP Negeri 4 Satu Atap Kragan (ESPAGA). Jika umumnya ruang kelas berisi meja, kursi, dan papan tulis, mulai minggu ini ada sesuatu yang baru. Ya, mulai minggu ini di setiap ruang kelas ada sebuah fasilitas Water Station.

Water Station atau sarana air minum merupakan fasilitas bagi siswa untuk dapat mengakses air minum setiap saat. Dengan adanya air minum di setiap kelas, maka siswa dengan mudah memenuhi kebutuhan air minum mereka setiap saat.

Menurut Koordinator Gerakan Sekolah Sehat (GSS) ESPAGA ibu Dian Feriana, lahirnya program ini salah satunya karena keprihatinan akan fenomena yang terjadi sekarang ini. Siswa lebih banyak mengkonsumsi minuman yang mengandung pewarna dan pemanis, dimana hal ini tidak baik untuk kesehatan siswa.

“Maraknya kasus gagal ginjal dan diabetes pada anak karena terlalu banyak mengkonsumsi minuman manis dan berwarna, Serta surat Edaran Dirjen PAUD, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah Nomor 1725/C.C4/DM.00.02/2024 tentang Gerakan Sekolah Sehat (GSS) pada poin Sehat bergizi, yaitu Pembiasan minum air putih minimal 2 gelas selama belajar di sekolah”, kata bu Dian saat kami menanyakan latar belakang lahirnya program ini.


Program ini secara efektif mulai berjalan pada hari senin tanggal 13 Januari 2025. Tujuan utama program ini bukan untuk melarang siswa untuk jajan, terutama membeli minuman berpemanis dan berpewarna. Program ini bertujuan untuk melatih siswa mengurangi mengkonsumsi minuman yang tidak baik untuk kesehatan, serta membiasakan siswa untuk lebih terbiasa minum air putih.


“Anak anak terbiasa minum air putih dan bisa mengurangi minuman manis dan berwarna”, tutur guru pengampu mata pelajaran Bahasa Inggris tersebut ketika menjelaskan tujuan program Water Station ini.


Teknis pelaksanaan program ini adalah sekolah memberikan galon air minum ke setiap kelas. Setelah dibagikan, siswa akan membuat kesepakatan mengenai bagaimana pemanfaatan fasilitas ini diterapkan di kelas mereka. Jika nanti air minum tersebut habis, siswa dapat menukarkan galon kosong mereka di koperasi sekolah dengan galon air minum yang baru.


Dengan program ini secara tidak langsung melatih siswa untuk bertanggung jawab terhadap jalannya program. Pemberian kebebasan kepada siswa untuk membuat aturan dalam pemanfaatan layanan ini akan menjadikan siswa merasa memiliki terhadap program ini.


Dalam beberapa hari pelaksanaan program ini, sudah mulai tampak respon dan tanggapan dari siswa. Bu Dian mengatakan bahwa siswa sangat antusias dengan adanya program ini. “Sangat antusias dan bisa menerima dengan baik”, kata bu Dian menceritakan respon siswa yang diamatinya.


Program Water Station ini merupakan langkah nyata ESPAGA dalam berinovasi dan meningkatkan kualitas pendidikan. Inovasi yang baik tidak selalu berupa inovasi yang besar dan bombastis, inovasi yang baik adalah yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi siswa.


Sebelum tulisan ini dibuat, saya telah mengkonfirmasi beberapa siswa ESPAGA untuk mengetahui tanggapan mereka mengenai program ini. Tanggapan siswa akan saya sertakan di akhir tulisan ini.


Semoga lahirnya program ini merupakan langkah awal seluruh komponen ESPAGA dalam usaha untuk meningkatkan mutu layanan pendidikan, serta mewujudkan siswa yang selaras dengan slogan ESPAGA, yaitu CAKRA. Cerdas, Aktif, Kreatif, Religius, dan Andal.


Tanggapan siswa terhadap program Water Station:


“Menurut saya sendiri progam air dari sekolah yang di kasih di berbagai kelas sangat membantu untuk saya yang gampang haus,dan juga hemat uang saku biar tidak beli es rasa-rasa yang mengandung banyak gula.”

(Mesia Aprilia Putri, Kelas VIII-B)


“Menurut saya program air dari sekolah yg di bagikan di berbagai kelas sangatlah membantu bagi semua. Dengan adanya air minum yang di kasih oleh sekolah kita semua bisa menghindari minuman yang mengandung kadar gula yang cukup tinggi dan berasa.”

(Siti Nuroyyah Jaisyika, Kelas VII-A)


“Menurut saya sendiri progam air dari sekolah yang di kasih di berbagai kelas sangat membantu. Dengan adanya minum di kelas, kalau kita kehabisan uang jajan, air minum di kelas bisa membantu kita kalau kita kehausan”

(Nugi Aditya Saputra, Kelas VIII-A)


“Menurut saya program air yang dikasih sekolah sangat membantu. 

Saya sangat senang dengan program air minum di kelas kami. Program ini membantu menjaga kesehatan dan kesegaran kami sepanjang hari. Air minum yang disediakan selalu bersih dan segar. Manfaat yang saya rasakan, meningkatkan konsentrasi dan produktivitas belajar, mengurangi kelelahan dan stres, meningkatkan kebersihan dan kenyamanan lingkungan belajar, dan mencegah siswa dan siswi untuk membeli minuman yang mengandung banyak kadar gula. Saya berharap program ini terus berlanjut dan dikembangkan untuk meningkatkan kualitas belajar kami. Terima kasih.”

( Kholifah Putri Salsabila, Kelas VII)


“Menurut saya program air dari sekolah yang dibagikan berbagai kelas sangatlah bermanfaat bagi kita yang sering kehausan bisa mengurangi untuk membeli es marimas.”

(Anggun Eka Rahayu, Kelas VIII-A)


“Menurut saya program air dari sekolah sangatlah bermanfaat karena siswa siswi bisa mengurangi untuk tidak membeli es gelas dan marimas.”

(Alfina Regina Putri, Kelas VII-A)


“Dengan adanya program air minum di tiap kelas sangat sangat membantu bagi saya dan teman teman apalagi saat waktu siang kebanyakan uang sakunya sudah habis dan merasa haus,dengan adanya program ini bisa mengatasi masalah ini.”

(Ahmad Rozikin, Kelas VIII-B)


“Kalau saya pribadi menurut saya program air galon dari sekolah untuk tiap kelas memang membantu murid-murid yang biasa haus setelah lelah belajar. Namun, menurut saya program air galon ini rasa dari air galon tersebut agak berbeda dibandingkan air lain maksud saya bukannya nggak enak tapi kurang cocok dengan selera saya”

(Tirta Yogi Barata, Kelas IX)


“Menurut pendapat saya, dengan adanya program ini bisa lebih menghemat uang saku dan juga bisa mengurangi akan banyaknya kita minum es rasa-rasa. Karena, pada dasarnya disekolah kita banyak sekali anak yang meminum es rasa-rasa, jadi lebih sedikit mengurang dengan adanya program ini. Dan sedikit memberi masukan, kalau bisa air galonnya diganti merk lain karena rasa dari air galonnya pahit.”

(Nadila Ayu Lestari, Kelas IX)



Selasa, 14 Januari 2025

Serba-Serbi Kegiatan Praktikum Siswa Kelas VIII SMP Negeri 4 Satu Atap Kragan



Beberapa hari yang lalu kegiatan  pembelajaran IPA dilaksanakan tidak seperti hari-hari sebelumnya. Ya, siswa kelas VIII melakukan praktikum mengenai pesawat sederhana. Materi pesawat sederhana sebenarnya adalah materi yang berada di semester pertama, tapi karena waktu yang tidak mencukupi, maka materi pesawat sederhana akhirnya dipelajari siswa di semester dua.

Siswa kelas VIII di SMP Negeri 4 Satu Atap Kragan terbagi dalam dua kelas, yaitu kelas VIII-A dan VIII-B. Siswa kelas VIII-A berjumlah 18 anak, sedangkan siswa kelas VIII-B berjumlah 17 anak.

Kegiatan praktikum dilaksanakan pada hari yang berbeda, menyesuaikan jadwal pelajaran yang berlaku di sekolah. Siswa kelas VIII-B melaksanakan praktikum pada hari sabtu (11/01/2025) dan siswa kelas VIII-A melaksanakan praktikum dua hari kemudian, yaitu hari senin (13/01/2025).

Kegiatan praktikum pesawat sederhana yang dilakukan siswa kelas VIII bertujuan untuk mengetahui kegunaan dan keuntungan mekanis pesawat sederhana. Keuntungan mekanis secara sederhana dapat didefinisikan sebagai nilai yang menunjukkan kebermanfaatan pesawat sederhana, dalam hal efisiensi gaya. Semakin besar nilai keuntungan mekanis, menunjukkan semakin kecil gaya yang harus dikeluarkan.

Dalam praktikum tersebut jenis pesawat sederhana yang diteliti keuntungan mekanisnya adalah tuas atau pengungkit, serta katrol. Lebih spesifik lagi adalah pengungkit jenis pertama, pengungkit jenis kedua, katrol tetap, dan katrol bebas.

Kegiatan praktikum dimulai dengan membagi siswa menjadi empat kelompok, dengan anggota kelompok sebanyak 4-5 siswa. Setiap kelompok akan meneliti keuntungan mekanis dari salah satu jenis pesawat sederhana.

Sebelum melaksanakan praktikum, guru memberikan demonstrasi cara merangkai alat dan bagaimana melakukan praktikum. Dalam sesi tersebut siswa memperhatikan dengan baik setiap langkah yang diperagakan oleh guru. Setelah dirasa siswa telah memahami apa yang harus mereka lakukan dalam kegiatan praktikum, guru kemudian membagikan peralatan untuk tiap kelompok.

Setelah setiap kelompok memperoleh lembar kerja dan peralatan yang diperlukan, kegiatan praktikum pun siap untuk dimulai. Dalam pelaksanaannya siswa terlihat antusias dan saling bekerja sama. Disisi lain kegiatan praktikum akan memberikan pengalaman bermakna dalam proses pembelajaran siswa.

Setelah mendapatkan data yang diperlukan, langkah selanjutnya adalah melakukan analisis data. Siswa saling berdiskusi menjawab berbagai pertanyaan yang ada dalam bagian analisis. Jawaban dalam analisis inilah yang nanti akan digunakan siswa untuk membuat kesimpulan.

Dalam pertemuan tersebut target praktikum dapat terlaksana dengan baik, selanjutnya siswa akan mempersiapkan bahan untuk presentasi pada pertemuan berikutnya. Siswa akan membuat bahan presentasi dalam selembar kertas yang cukup besar, dalam kertas tersebut siswa akan menyajikan data yang mereka peroleh, jawaban analisis data, dan kesimpulan yang mereka buat.

Diharapkan dengan adanya kegiatan praktikum, siswa lebih memahami pesawat sederhana. Kegiatan praktikum merupakan pelengkap dari teori yang telah mereka pelajari sebelumnya. Seperti pada awal tulisan ini, teori dan praktik dalam pembelajaran IPA adalah hal yang saling melengkapi. Tujuan akhirnya adalah memberikan pemahaman yang utuh bagi siswa terhadap suatu materi atau konsep dalam IPA.

Di akhir tulisan ini saya akan membagikan beberapa dokumentasi dalam kegiatan praktikum yang dilakukan oleh siswa kelas VIII-A dan VIII-B. Semoga kegiatan ini memberikan manfaat positif kepada siswa.


Dokumentasi Praktikum Siswa Kelas VIII-B







Dokumentasi Praktikum Siswa Kelas VIII-A




Kamis, 09 Januari 2025

Yang Kemarin Sempat Viral, Pembelajaran Deep Learning

sumber: jawa pos

Tulisan ini saya buat setelah kemarin berdiskusi dengan salah satu rekan mengenai Deep Learning. Ingatan saya kembali ke beberapa bulan yang lalu, ketika Menteri Pendidikan yang baru mulai menjabat, beliau mengutarakan suatu wacana yaitu Deep Learning. Hal tersebut langsung mendadak viral, beberapa pihak menganggap bahwa Deep Learning merupakan kurikulum baru yang akan menggantikan kurikulum merdeka, namun sekarang perbincangan mengenai Deep Learning mulai menghilang. Namun apakah sebenarnya Deep Learning yang dimaksud oleh Bapak Menteri tersebut?

Saya mengenal istilah Deep Learning pada dunia teknologi informasi, istilah Deep Learning lekat dengan kecerdasan buatan atau  Artificial Intelligence  (AI). Namun apakah teknologi informasi akan digunakan secara menyeluruh untuk sistem pendidikan di Indonesia? Apakah AI akan menggantikan guru dalam proses pembelajaran? 

Saya merasa Deep Learning dalam dunia pendidikan bukan berarti mengintegrasikan secara penuh teknologi informasi dalam kegiatan pembelajaran. Deep Learning disini mungkin memiliki pengertian yang lain.

Merujuk pada halaman BBPMP Provinsi jawa barat, Deep Learning bukan sebuah kurikulum baru, namun merupakan sebuah pendekatan pembelajaran. Dalam dunia pendidikan, banyak ragam jenis pendekatan belajar, dan Deep Learning adalah salah satunya. Pendekatan Pembelajaran merupakan cara pandang guru yang digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran.

Deep Learning dibangun berdasarkan tiga pilar utama, yaitu mindful learning (pembelajaran yang sadar), meaningful learning (pembelajaran bermakna), dan joyful learning (pembelajaran yang menyenangkan).

Mindful learning atau pembelajaran yang dilakukan secara sadar, dapat diartikan bahwa dalam proses pembelajaran siswa memiliki kesadaran penuh akan dirinya dan proses pembelajaran yang sedang dilakukannya. Dalam proses ini kegiatan pembelajaran dilakukan untuk mengaktifkan, membangun, dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa didik.

Kemampuan berpikir kritis ini ditumbuhkan dengan memberikan siswa stimulus yang berasal dari permasalah kontekstual atau yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian siswa akan berupaya mencari berbagai solusi kreatif. Selain itu pembelajaran yang dilakukan dengan kesadaran akan mengasah otak atau pikiran siswa agar pengetahuannya bertambah.

Proses pemberian stimulus untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis ini akan menaikkan level kognitif siswa. Dalam taksonomi Bloom, pembelajaran ini akan mengarahkan pada area HOTS (Higher Order Thinking Skill).

Meaningful learning atau pembelajaran bermakna bertujuan agar siswa mendapatkan nilai atau hikmah dari materi yang dipelajari. Pembelajaran bermakna dilakukan dengan memberikan pengalaman yang berkesan kepada siswa. Guru yang menyenangkan akan menjadi salah satu faktor untuk mewujudkan pembelajaran yang bermakna.

Untuk membuat pembelajaran yang menyenangkan, guru harus membuat atau mendesain yang membuat siswa antusias dan semangat. Dengan pembelajaran bermakna, siswa dapat melakukan refleksi atas apa yang telah dipelajari.

Joyful learning atau pembelajaran yang menyenangkan bertujuan untuk memberikan perasaan senang kepada siswa saat melakukan kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran yang menyenangkan akan menjadi pengalaman tersendiri bagi siswa. Dalam kegiatan ini siswa akan terlibat aktif baik fisik maupun psikisnya.

Pembelajaran yang menyenangkan akan meningkatkan minat dan semangat siswa dalam pembelajaran. Kegiatan pembelajaran yang menyenangkan hanya dapat tercipta jika guru memiliki kreatifitas, inovasi, dan berani keluar dari zona nyamannya, serta mau mencoba hal baru.

Secara umum pembelajaran Deep Learning akan berjalan optimal jika lingkungan belajar berada dalam suasana kondusif, pemanfaatan sumber belajar yang beragam, penggunaan media, dan guru memiliki kemampuan yang mendukung dalam hal komunikasi dan berinteraksi dengan siswa.

Ini adalah tulisan saya mengenai Deep Learning, berdasarkan apa yang telah saya pahami. Mungkin tidak seluruhnya benar, namun semoga ada manfaat bagi anda yang membaca tulisan ini.

Sabtu, 04 Januari 2025

Majalah Sekolah, Sebuah Misi yang Tertunda

Awal tahun 2025, semua orang mungkin sudah memiliki resolusi yang hendak dicapai. Resolusi tersebut bisa saja berhubungan dengan kehidupan pribadi, pekerjaan, atau target tertentu. Namun saya memulai tahun ini dengan sebuah misi yang tertunda, sebuah misi yang hendak diselesaikan di tahun lalu, namun karena berbagai hal, tidak dapat terlaksana dengan baik. Misi tersebut adalah "Majalah Sekolah".

Majalah sekolah merupakan sebuah program yang saya buat untuk tugas akhir dalam kegiatan Pendidikan Guru Penggerak. Pada awalnya saya optimis bahwa program ini mampu saya realisasikan di bulan Desember tahun lalu, namun kenyataan berkata lain. Perencanaan yang saya buat tidak berjalan sesuai harapan, dapat dikatakan bahwa perencanaan saya dalam program Majalah Sekolah belum matang.

Sebagai gambaran, Majalah Sekolah adalah sebuah grup jurnalistik yang dilakukan oleh siswa, dan saya bertugas menjadi pembimbing mereka. Hasil keluaran dari kegiatan ini adalah terbitnya sebuah karya jurnalistik berupa majalah. Majalah tersebut berbentuk cetak yang akan mengisi majalah dinding sekolah, selain itu majalah ini juga berbentuk majalah cetak sederhana.

Tertundanya program ini disebabkan oleh berapa hal, hal tersebut akan saya tuliskan dalam tulisan ini. Kendala dalam merealisasikan program ini dapat dilihat dari sudut pandang guru selaku pembimbing, dan siswa selaku pihak yang akan melaksanakannya.

Dari sudut pandang guru, tertundanya program ini karena kesalahan perencanaan dan persepsi yang tidak sesuai dengan kondisi yang ada. Gambaran program ini ada dalam kepala guru, dan dengan waktu yang realtif tidak banyak, guru belum bisa mentransfer gambaran program tersebut kepada siswa secara menyeluruh. Kesamaan persepsi belum terbangun dengan baik antara siswa dan guru, walaupun siswa juga antusias dengan program ini.

Guru belum memikirkan secara mendalam bahwa program ini adalah hal yang sangat baru bagi siswa. Saya sebagai guru tumbuh besar dalam era majalah, sehingga saya memiliki gambaran apa itu majalah, bagaimana isinya, dan bagaimana membuatnya. Namun berbeda dengan siswa, mereka tumbuh besar setelah era majalah tergantikan dengan media sosial. Siswa mungkin mendengar apa itu majalah, namun mungkin belum pernah berinteraksi dengan majalah.

Saya menjelaskan apa itu majalah kepada siswa, namun saya tidak meneliti lebih dalam lagi apakah merka memahami bagaimana proses dalam membuat suatu karya jurnalistik tulis seperti majalah. Intinya terjadi gap generasi antara guru dengan siswa, dan hal tersebut baru saya sadari telah memikirkan kembali kenyataan bahwa program majalah sekolah harus tertunda di tahun 2024.

Dari sudut pandang siswa yang terjadi adalah mereka sebenarnya antusias, tapi tidak tahu harus bagaimana. Mereka belum terbiasa untuk membuat suatu karya tulis, apalagi karya tulis jurnalistik. Siswa terbisa dengan media sosial, dimana dalam media tersebut mereka terbiasa membaca tulisan yang pendek, dan terakadang tidak sesuai dengan kaidah jurnalistik.

Sehingga dapat ditarik kesimpulan tertundanya program ini adalah kurangnya persiapan yang maksimal. Guru dan siswa antusias terhadap program ini, guru merasa siswa telah memahami harus bagaimana, namun kenyataannya siswa juga tidak tahu harus memulai dari mana dan bagaimana melakukannya.

Cetakan program yang saya tempelkan di dinding, sebagai pengingat bahwa misi belum selesai.

Gambar di atas merupakan cetakan rencana program Majalah Sekolah yang saya tempelkan di dinding, sebagai pengingat bahwa ada misi yang belum selesai dan harus saya selesaikan. Saya harus realistis dan merencanakan ulang berbagai hal supaya program ini dapat berjalan.

Mungkin majalah ini belum bisa terbit atau terwujud dalam waktu dekat ini, awal tahun ini akan saya gunakan untuk memberikan pembimbingan lebih intensif terhadap tim redaksi majalah sekolah. Saya akan lebih memfokuskan untuk memberikan pelatihan kepenulisan yang praktis dan dapat diaplikasikan.

Saya juga harus realistis bahwa gambaran majalah ideal yang ada di kepala saya harus saya turunkan, saya tidak bisa idealis. Tujuan utamanya adalah siswa mampu mandiri dalam membuat majalah sekolah ini sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki. Saya yakin bahwa secara bertahap, kualitas majalah sekolah ini dapat ditingkatkan seiring berjalannya waktu.

Sesuai dengan semangat dalam kegiatan Pendidikan Guru Penggerak, program ini dapat membentuk kepemimpinan siswa. Inti kepemimpinan siswa adalah mereka dapat bertanggung jawab dalam mengelola dan melaksanakan program ini. Siswa yang menjadi subjek atau aktor utama dalam program ini.

Program majalah sekolah adalah sarana untuk menumbuhkan kepemimpinan siswa. Untuk mencapai target tersebut dibutuhkan waktu, dan mungkin tidak singkat, serta tidak mudah. Namun saya yakin para siswa mampu melaksanakannya.

Selamat datang tahun 2025, kita selesaikan misi yang tertunda.

Kisi-Kisi ASAT IPA Kelas VII dan VIII Tahun Ajaran 2024/2025

Satu bulan lagi, semua siswa kelas VII dan VIII SMP Negeri 4 Satu Atap Kragan akan menempuh Asesmen Sumatif Akhir Tahun (ASAT) Tahun Ajaran ...