Sabtu, 08 Februari 2025

Resensi Buku, Belajar untuk Menciptakan Keajaiban dalam Hidup Kita


Pada tulisan ini saya akan mencoba meresensikan sebuah buku yang berjudul Menciptakan Keajaiban Hidup. Buku ini ditulis oleh Ahmad Arqom dan diterbitkan oleh JP Books. Buku setebal 176 halaman ini menurut saya termasuk dalam genre pengembangan diri. 

Awal mula saya ingin membaca buku ini karena saya belum punya buku baru, jadi saya mencoba untuk mencari buku di perpustakaan sekolah, dan dapatlah buku ini. Awal ketertarikan saya adalah melihat sampul buku yang menurut saya mempunyai desain sederhana, namun berbeda dengan buku-buku lain di perpustakaan.

Menurut pandangan pribadi saya, buku ini sebagian besar ditulis tidak dengan metode bercerita (story telling), namun lebih seperti rangkuman hal-hal yang menurut penulis penting. Isi buku disajikan dalam bab yang cukup banyak, ada 25 bab dalam buku ini.

Inti buku ini adalah mengajak kita sebagai pembaca untuk terus mengembangkan kapasitas diri kita, sehingga nanti ketika waktunya telah tiba akan ada “Keajaiban Hidup” yang kita rasakan. Keajaiban Hidup yang dimaksud dalam buku ini adalah kondisi dimana kita dapat meningkatkan kapasitas dan kualitas hidup kita. 

Selain merujuk kepada cara-cara pengembangan diri pada umumnya (seperti buku pengembangan diri yang lain), buku ini juga mengambil sudut pandang agama sebagai salah satu rujukannya. Dalam hal ini penulis menggunakan sudut pandang agama islam sebagai landasan dalam pengembangan diri.

Pemantik awal yang diberikan pada awal tulisan adalah mengenai krisis ekonomi tahun 2008. Walaupun tidak separah krisis ekonomi tahun 1997, namun pada tahun tersebut krisis ini telah memicu kenaikan harga bahan bakar, yang pada akhirnya membuat hampir sebagian besar harga komoditas menjadi naik. Hal itu menjadi suatu krisis yang hampir dirasakan seluruh masyarakat.

Hal yang saya tangkap dari bagian awal buku tersebut adalah bagaimana kita dapat kuat dan terus bertumbuh menjadi pribadi yang lebih baik, terus meng-upgrade diri di tengah kondisi yang tidak mendukung. Sejatinya tantangan atau kondisi yang tidak menyenangkan jika dimaknai secara positif, adalah sebuah kondisi yang dapat kita gunakan untuk “memaksa” diri kita meningkatkan kualitas diri kita, minimal untuk bertahan hidup.

Salah satu bab dalam buku ini membahas mengenai inspirasi pertumbuhan, sebuah alasan untuk kita harus tetap bertumbuh. Salah satu hal yang menarik adalah bahwa usaha pertumbuhan atau peningkatan kualitas diri adalah salah satu bentuk bersyukur. Selain mengucapkan Alhamdulillah, mensyukuri nikmat dapat dilakukan dengan mengoptimalkan diri menjadi manusia yang lebih baik dan berguna bagi sesama.

Bab lain membahas bahwa kita harus tetap meng-upgrade diri kita walaupun ditengah berbagai kesibukan yang kita rasakan. Terkadang kita berlindung dibalik alasan kesibukan sebagai pembenaran untuk tidak bisa meningkatkan kualitas diri kita. Kesibukan bukanlah sebuah halangan, karena kita sebagai manusia dapat mengatur kesibukan kita, mengatur prioritas kita, dan selalu proaktif dalam menjalani aktivitas kehidupan ini.

Dari segi spiritual, salah satu bab membahas mengenai ketakwaan sebagai sumber energi dalam kehidupan. Bertakwa dan bersandar kepada Allah swt akan memberikan menumbuhkan sikap optimis, bahwa Allah berkuasa atas segala sesuatu, dan tidak ada yang tidak mungkin bagi-Nya. Manusia harus menyeimbangkan ibadah dan usaha, keduanya bukanlah hal yang terpisah, melainkan sesuatu yang berhubungan.

Dalam bagian lain dijelaskan pentingnya untuk memiliki visi dalam kehidupan ini, sebuah tujuan yang hendak kita capai dalam kehidupan ini. Sering kita mendengar ungkapan hidup seperti air yang mengalir, yang tapi kita juga harus bisa memiliki target hilir yang akan dituju.

Akhir buku ini membahas mengenai harmoni antara visi, kerja keras, dan kepasrahan. Kita hendaknya mempunyai visi hidup yang kita usahakan dengan kerja keras. Namun disisi lain kita juga harus tetap harus menyadari bahwa pada akhirnya Allah yang menentukan segalanya. Kerja keras dan kepasrahan adalah sebuah pasangan, kepasrahan dilakukan setelah kerja keras kita lakukan. Tentu tidak logis kita berharap untuk mencapai visi kita, namun tidak melakukan kerja keras, dan hanya pasrah saja.

Allah menyuruh kita untuk berikhtiar sebaik mungkin, dan tentu saja tidak melupakan bahwa semuanya memang ditentukan oleh-Nya. 

Keunggulan buku ini adalah bagaimana melakukan pengembangan diri dengan menggunakan sudut pandang agama sebagai acuan terbesarnya. Kita tentu sepakat bahwa manusia yang memiliki kapasitas diri yang tinggi dan dilandasi dengan spiritualitas (islam) yang kuat, akan menjadi manusia yang unggul dan memberikan manfaat bagi kehidupannya dan orang-orang disekitarnya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

#2 Ramadhan adalah Kesadaran Diri

Ramadhan adalah bulan yang spesial, bulan dimana perintah puasa satu bulan penuh dilaksanakan dan bulan turunnya Al Quran pertama kali. Sepa...