Kamis, 19 Maret 2020

Corona dan Masjid

Corona Virus Desease 2019 atau COVID-19 merupakan topik utama yang menjadi pembahasan di semua lini media baik televisi, surat kabar, dan media sosial. COVID-19 atau biasa disebut dengan virus corona merupakan varian virus flu yang menginfeksi saluran pernafasan. Virus ini pertama kali muncul di Wuhan, Cina dan secara cepat menyebar ke seluruh penjuru dunia. Penyebaran virus ini sangat cepat karena basis penyebarannya adalah kontak fisik antara satu orang dengan orang yang lain. 

Pada bulan maret 2020 Indonesia menyatakan bahwa virus Corona telah menjadi pandemi atau wabah yang menyebar sangat cepat, tentu saja masuknya virus ini ke Indonesia karena adanya orang dari luar yang terinfeksi dan berinteraksi dengan orang di indonesia. Untuk mencegah virus ini menyebar semakin cepat, maka pemerintah mengambil beberapa tindakan seperti, sekolah diliburkan dengan konsekuensi siswa belajar dari rumah dengan memanfaatkan berbagai moda belajar yang ada. Masyarakat dihimbau untuk bekerja dari rumah, tentu saja bagi yang bisa bekerja dari rumah. Dan beribadah di rumah. Point terakhir ini yang akan saya elaborasi lebih lanjut dalam tulisan di blog ini.

Ibadah merupakan kebutuhan mendasar bagi saya. Bagi seorang muslim ibadah bukan lagi menjadi kewajiban yang harus dilakukan, tetapi sudah menjadi kebutuhan primer. Ibadah merupakan asupan gizi untuk menjaga batin atau hati tetap teringat kepada ALLAH. Kita semua mengetahui bahwa Sholat berjamaah lebih utama daripada sholat sendirian. Tetapi seruan untuk beribadah di rumah membuat terjadi konflik batin bagi saya seorang muslim. Jika kita mengikuti himbauan tersebut maka tentu kita turut serta membantu mengurangi penyebaran virus corona, tetapi di sisi yang lain meninggalkan masjid dengan segala keutamaannya sungguh berat untuk dilakukan.

Sehingga saya mengambil jalan tengah, dan ini merupakan sikap pribadi. Jika kondisi saya tidak fit atau kurang sehat maka saya akan memilih untuk sholat sendiri dirumah daripada berpotensi menularkan penyakit ke jamaah yang lain. Namun kalau kondisi sekiranya aman maka saya akan lebih memilih untuk berjamaah di masjid.

Dalam breaking news yang baru saja saya saksikan bahwa gubernur Jakarta mengeluarkan himbauan untuk menunda pelaksanaan sholat jum'at dan menggantinya dengan sholat dzuhur di rumah, hal itu mungkin menjadi pilihan yang tepat untuk jakarta. Kita ketahui jakarta menjadi daerah dengan tingkat penyebaran virus corona sangat tinggi, sehingga kegiatan apapun yang bersifat mengumpulkan massa dalam jumlah banyak harus dibatasi. Namun seharusnya keputusan tersebut harus adil, bukan masjid saja yang menjadi berpotensi mengumpulkan massa dalam jumlah banyak, tetapi mall, bioskop dan tempat hiburan malah berpotensi lebih tinggi untuk mengumpulkan orang dalam jumlah banyak.

Kita harus bijak dalam menyikapi hal ini. Mengurangi kerumunan orang adalah hal yang harus dilakukan dalam menghadapi pandemi virus corona ini, namun mem-framing seolah-olah masjid menjadi tempat yang memiliki potensi tinggi untuk terjadi penyebaran virus ini juga tidak bijak. Bioskop, mall, cafe dan tempat hiburan sebenarnya menjadi tempat yang seharusnya di tutup total karena kenyataannya tempat-tempat seperti inilah yang selalu mengasilkan kerumunan orang dalam jumlah banyak.

Sebagai muslim kita harus rasional, kita harus turut memerangi virus corona ini namun tetap juga harus membela masjid kita semua. Kita tingkatkan iman dan takwa kita kepada ALLAH dan selalu berdoa kepada-Nya untuk mendapatkan perlindungan dari semua keburukan-keburukan. Tetap tegakkan jamaah dan masjid merupakan sumber kebaikan, maka keburukan tidak akan ada disana. Kebaikan dan keburukan tidak akan dapat bersatu seperti air dan minyak. 

Wallahu alam, semoga ALLAH memberi kita tetap iman di sisa umur kita. Aamiin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tugas Koneksi Antar Materi Modul 3.1 - Jefri Adi Setiawan, S.Pd

Tugas Koneksi Antar Materi Modul 3.1 Pengambilan Keputusan berdasarkan Nilai-nilai Kebajikan sebagai Pemimpin Jefri Adi Setiawan, S.Pd SMP N...