Selasa, 01 Maret 2022

Just Writing #4 : Tidak Ada Judulnya, Tapi Ya Sudahlah

Seminggu kemarin saya membeli empat buah buku secara online, dan hari minggu kemarin keempat buku tersebut sampai ke rumah. Judul keempat buku tersebut adalah Seni Bersikap Bodoh Amat, Blink, Seni Hidup Minimalis, dan Bicara Itu Ada Seninya. Dari keempat buku tersebut buku dengan judul pertama yang sekarang dalam proses saya baca.

Kenapa saya membeli buku? ya, saya ingin mengurangi kecanduan saya terhadap gawai, dan itu berdampak buruk ke dalam pikiran saya. Saya menjadi stres setelah melihat video di Youtube, entah mengapa dan itu harus dihilangkan. Dengan membaca buku sepertinya tingkat stres pikiran saya lebih berkurang, mungkin karena buku lebih banyak tulisan sehingga otak saya tidak harus banyak berpikir, jika dibandingkan dengan melihat video, membaca buku memberi lebih sedikit dampak "terlalu banyak berpikir" bagi saya.

Dari buku pertama, apa yang menjadi pikiran penulis sebagian ada yang dapat saya terima dan sebagian lain tidak. Tapi itulah buku, merupakan pemikiran sang penulis, tidak harus kita setujui, namun setidaknya kita tahu ada pola pikir yang lain. Bagi saya membaca dan menulis ini sebagai bentuk terapi untuk mengurangi kebiasaan "terlalu banyak berpikir" di otak saya, mungkin sekarang hal tersebut dinamakan overthinking.

Saya akan mencoba mengurangi dan bahkan menghilangkan segala hal yang seharusnya tidak perlu ada di otak saya. Saya ingin membuat pikiran saya lebih ringan, lebih santai, dan tidak terlalu terbebani. Saya harus membuat suatu perubahan untuk kebaikan saya.

Dalam buku "Seni untuk bersikap bodoh amat", satu yang saya pelajari adalah membuat prioritas, tepatnya memilih masalah yang harus dipilih. Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam kehidupan ini selalu ada masalah, dan memang begitulah kehidupan. Kita dapat memilih masalah mana yang harus kita ambil, mengambil terbaik dari yang terburuk. Ya, karena selama kita hidup kita tidak akan bisa lepas dari masalah.

Kita bertanggung jawab atas apapun yang menimpa kita, entah penyebabnya karena kita sendiri atau orang lain. Maksud saya kita mendapat suatu masalah, kitalah yang memilih untuk bagaimana bersikap dan menyelesaikan masalah tersebut, terlepas dari mana sumber masalahnya. Yang kita kuasai adalah cara kita merespon masalah, memilih respon yang terbaik untuk setiap masalah yang kita hadapi.

Jika respon kita terhadap suatu masalah adalah salah, maka akan timbul masalah baru. Kita harus mengabil tanggung jawab merespon lagi. Hidup memang begitu, kadang kita membuat keputusan yang salah, dan itu tidak seluruhnya salah. Karena dari kesalah yang kita perbuat kita dapat kesempatan untuk belajar dan memperbaiki kesalahan kita. Ya, kita bertanggung jawab atas diri kita sendiri.

Seperti judul dari postingan ini yaitu tidak ada judul. Saya hanya ingin menulis dan meringkan apa yang ada di otak saya. Tulisan saya ini adalah terapi bagi saya, ya karena realitanya saya tidak punya teman bicara. Maka teman bicara saya adalah diri saya sendiri.

Dengan menulis saya seperti bercermin, menjadi lebih objektif dalam menilai diri saya sendiri. Jika saya hanya menilai diri saya sendiri dengan berfikir, maka berbagai asumsi akan selalu bertabrakan di pikiran saya. Dengan menulis saya seperti orang yang sedang curhat, menuliskan apa yang saya rasakan, minimal itu melegakan bagi saya. Setidaknya mengurangi beban pikiran saya.

Mengenai judul postingan ini, ya sudahlah, bodoh amat.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Koneksi Antar Materi - Kesimpulan dan Refleksi Modul 1.1 : Pemikiran Filosofis Pendidikan Ki Hadjar Dewantara

Dalam modul pertama tentang Pemikiran Filosofis Pendidikan Ki Hadjar Dewantara (KHD) memberikan penjelasan mengenai bagaimana pendidikan seh...