Senin, 28 Maret 2022

Just Writing #7 : Kesan Saya Terhadap Empat Buku Ini, Part 2

Menyambung tulisan saya pada postingan sebelumnya tentang buku yang saya baca, pada tulisan ini saya akan menusliskan kesan saya terhadap dua buku terakhir.

3. Bicara Itu Ada Seninya

Buku ini ditulis oleh penulis korea selatan yang bernama Oh Su Hyang, dan telah diterjemahkan ke bahasa Indonesia. Buku ini berisi tips bagaimana berbicara kepada orang lain, mendapatkan simpati orang, dan mempengaruhi orang melalui kata-kata kita.

Dalam buku ini dituliskan pentingnya intonasi, kejelasan pengucapan, dan memberikan jiwa kepada tiap kata yang kita ucapkan. Banyak tips praktis yang diberikan dalam buku ini, dan disertai dengan contoh-contoh nyata. Walaupun sebagaian besar contoh yang diangkat adalah dari orang korea, yang tentu saja saya tidak mengenal, bahkan mengetahuinya.

Sejujurnya saya tidak terlalu terkesan dengan buku ini, entah karena apa. Namun saya menyadari pentingnya kemampuan berbicara dalam pekerjaan saya sebagai guru. Mungkin nanti suatu saat saya akan membaca ulang buku ini untuk lebih memperdalam.

4. Seni Hidup Minimalis

Dari judulnya, awalnya saya mengira buku ini membahas tentang paham minimalis secara umum. Namun ternyata saya salah, buku ini membahas tentang bagaimana memenejemen rumah menjadi minimalis. Saya tidak sampai habis membaca buku ini karena saya kurang berminat terhadap topik yang dibahas.

Buku ini mengajarkan cara bagaimana mengatur barang-barang yang ada di rumah. Secara tidak sadar memang kita cenderung untuk mengumpulkan banyak barang di rumah kita, dan delapan puluh persen adalah barang yang sebenarnya tidak kita butuhkan. Sebenarnya kita dapat hidup hanya dengan dua puluh persen barang yang ada.

Di lemari rumah, kita akan menjumpai tumpukan baju yang kita miliki. Sebenarnya kita hanya menggunakan beberapa baju saja, dan baju itu-itu saja. Kita merasa penting untuk memiliki berbagai jenis baju untuk menghadapi berbagai peristiwa dimana kita akan membutuhkan baju tertentu. Namun kenyatannya kita hanya memakai baju itu-itu saja.

Dengan memiliki sedikit barang di rumah maka akan tercipta ruangan yang luas di rumah kita, dan itu akan membuat perasaan kita semakin lapang. Bayangkan jika di rumah kita banyak barang dan berserakan, maka suasana tersebut akan membuat kondisi rumah tidak nyaman.

Buku ini mengajarkan untuk mengeluarkan berbagai barang yang sebenarnya tidak kita butuhkan, bisa di buang atau di donasikan. Yang menjadi penghambat saat kita melepaskan barang adalah memori emosional kita, mungkin karena barang itu barang peninggalan, barang pemberian, atau barang yang kita dapatkan karena prestasi kita di masa lalu.

Kita harus bisa menata diri untuk hidup di batas cukup, bukan berlebihan. Sebagai seorang muslim saya setuju, karena memang seharusnya kita hidup secara cukup dan sesuai kebutuhan. Kalau mengikuti keinginan, maka tidak akan ada habisnya.

Dalam hal hidup minimalis, kita harus berlatih cukup. Mencukupi kebutuhan yang memang kita butuhkan. Untuk barang-barang yang menjadi keinginan kita, maka boleh kita memilikinya asalkan masih dalam batas wajar.

***

Demikian kesan saya terhadap empat buku yang saya baca. Kenapa saya membaca? karena saya ingin memaksa diri saya untuk tetap berkembang. Kita harus tetap merasa bodoh, karena itu adalah pintu gerbang untuk mendapatkan ilmu. Namun saat kita merasa cukup dengan apa yang kita ketahui, maka itu adalah awal dari kebodohan kita. Semoga Allah memberikan kebaikan untuk kita. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Koneksi Antar Materi - Kesimpulan dan Refleksi Modul 1.1 : Pemikiran Filosofis Pendidikan Ki Hadjar Dewantara

Dalam modul pertama tentang Pemikiran Filosofis Pendidikan Ki Hadjar Dewantara (KHD) memberikan penjelasan mengenai bagaimana pendidikan seh...