Rabu 22 Oktober 2025, siswa SMP Negeri 4 Satu Atap Kragan memperingati Hari Santri, semua siswa memakai baju khas santri, seperti kemeja putih, bersarung, dan berpeci hitam. Singkat cerita, entah karena miskomunikasi, hampir sebagian siswa tidak membawa buku pelajaran hari ini. Mungkin mereka mengira hari ini akan diisi dengan kegiatan non kurikuler, ternyata tidak.
Dengan segala keterbatasan yang ada, proses pembelajaran harus berlangsung, dan saya mencoba untuk memutar otak untuk bagaimana menyiasatinya. Dalam tulisan ini saya akan merefleksikan proses pembelajaran di kelas IX-B dan VII-B, dengan segala keterbatasan hari ini, saya merasa kegiatan pembelajarannya cukup menyenangkan dan dapat diterima siswa dengan baik.
Saya tidak tahu apakah proses pembelajaran yang saya laksanakan hari ini dapat dikategorikan dalam Pembelajaran Mendalam. Yang saya pahami dari Pembelajaran Mendalam adalah tiga komponen penting yang harus ada di dalamnya, seperti berkesadaran (mindful learning), bermakna (meaningful learning), dan menyenangkan (joyful learning). Saya akan merefleksikan apakah ketiga hal tersebut ada dalam pembelajaran yang saya lakukan hari ini, menurut saya.
Di IX-B saya mengajar materi Listrik Dinamis. Karena keterbatasan hari ini, saya mengajak siswa ke laboratorium komputer untuk mengakses Virtual Lab dari pHet. Kami menggunakan circuit construction kit DC sebagai media pembelajaran.
Di awal pembelajaran saya hanya memberi sedikit pengantar mengenai rangkaian listrik, mungkin karena para siswa sudah familiar dengan hal berbau digital, sebelum saya memberi instruksi mereka sudah mencoba-coba sendiri. Metode yang saya gunakan adalah memberi mereka contoh sebuah rangkaian listrik sederhana yang terdiri dari baterai, saklar, kabel dan lampu. Setelah itu saya memberikan mereka tantangan untuk membuat sebuah rangkaian listrik.
Yang pertama adalah membuat rangkaian seri, saya mengatakan kepada mereka, “Buatlah rangkaian listrik yang terdiri dari tiga buah lampu, dimana jika satu nyala yang lain menyala, jika satu mati yang lain juga mati.” Seketika para siswa mencoba, dan dalam waktu singkat beberapa siswa dapat membuat rangkaian yang dimaksud.
Yang kedua adalah membuat rangkaian paralel, saya memberi instruksi kepada mereka, “Buatlah rangkaian dari tiga buah lampu, dimana jika satu mati yang lain tetap menyala.” Untuk tantangan kedua para siswa merasa kesulitan, kemudian saya mendemonstrasikan bagaimana membuat rangkaian paralel sederhana.
Yang ketiga adalah membuat rangkaian campuran seri-paralel. Saya memberikan sebuah soal cerita tentang sebuah rumah dan mereka ditantang untuk membuat rangkaian listrik untuk rumah tersebut. Semua siswa mencoba, ada yang berhasil ada pula yang tidak.
Saya melihat dalam proses pembelajaran tersebut aspek berkesadaran telah muncul, hal ini terlihat dari siswa yang fokus dan perhatian kepada pembelajaran. Aspek kebermaknaan muncul ketika mereka memahami pengaplikasian materi rangkaian listrik ini dalam kehidupan sehari-hari, seperti membuat rancangan rangkaian listrik rumah dan penggunaan sekring (fuse) untuk mencegah korsleting listrik. Saya melihat kegembiraan pada diri mereka, seperti ekspresi senang ketika berhasil menyelesaikan tantangan yang diberikan, kadang mereka juga bersorak ketika rangkaian yang dibuat bekerja seperti yang diharapkan.
Entah sesuai Pembelajaran Mendalam atau tidak, namun saya pribadi siswa menikmati pembelajaran hari ini, dan tujuan pembelajaran sepertinya juga tercapai. Di akhir pembelajaran saya memberikan tantangan kepada mereka untuk membuat rangkaian listrik dari soal cerita yang akan saya bagikan, mereka akan mencoba virtual lab tersebut di rumah, dan mengirimkan hasilnya kepada saya. Saya akan menunggu bagaimana hasilnya.
Setelah dari kelas IX-B ada jeda satu jam pelajaran, kemudian dilanjutkan mengajar di kelas VII-B. Kali ini saya mengajar materi suhu dan kalor, tujuan pembelajarannya adalah siswa memahami suhu sebagai indikator adanya kalor pada benda dan adanya perpindahan kalor ditandai dengan adanya perubahan suhu.
Saat pembelajaran saya membawa thermogun, alat pengukur suhu yang dulu sering digunakan ketika Pandemi Covid-19. Di awal pembelajaran saya meminta seorang siswa untuk melakukan demonstrasi terkait suhu di depan kelas, namanya Gufron. Pertama saya mengukur suhu awal telapak tangannya, kemudian siswa tersebut memasukkan telapak tangannya ke dalam wadah berisi air es selama tiga puluh detik, kemudian suhu telapak tangannya diukur kembali, ternyata suhunya turun. Saya memintanya untuk memasukkan telapak tangannya lagi ke air es selama tiga puluh detik, ternyata suhunya turun lagi. Pertanyaan pemantiknya, “Kenapa suhu telapak tangan Gufron turun?”
Dari demonstrasi tersebut, kami kemudian berdiskusi mengenai suhu sebagai indikator panas suatu benda, dan suatu benda dapat menerima kalor atau melepas kalor. Suatu benda yang menerima kalor ditandai dengan kenaikan suhu, sedangkan benda yang melepas kalor akan mengalami penurunan suhu.
Kegiatan selanjutnya adalah sebuah praktikum sederhana, apakah suatu aktivitas membuat kita melepas atau menerima kalor. Saya memberikan kepada tiap siswa satu lembar sticky note, dalam lembar tersebut siswa menuliskan suhu awal mereka, aktivitas yang akan dilakukan, suhu akhir setelah aktivitas, dan penjelasannya.
Dengan thermogun yang saya bawa, saya mengukur suhu tiap siswa, kemudian mereka mencatat di kertas mereka. Kemudian mereka melakukan aktivitas yang sekiranya dapat menyerap kalor atau melepas kalor. Berbagai aktivitas dilakukan siswa, mulai tidur-tiduran, menyandarkan diri ke tembok, membaca buku, bahkan jalan keliling lapangan sebanyak sepuluh putaran. Setelah lima menit berselang, saya meminta mereka untuk kembali ke tempat duduk mereka.
Saya kemudian mengukur suhu tubuh mereka setelah aktivitas dengan thermogun yang sama. Beberapa siswa mengalami kenaikan suhu, dan beberapa lainnya mengalami penurunan suhu. Mereka mencatat di kertas mereka masing-masing, dan mencoba untuk membuat penjelasan dari fenomena perubahan suhu yang terjadi pada diri mereka.
Kembali pada aspek Pembelajaran Mendalam, saya merasa ketiga aspek tersebut muncul dalam pembelajaran. Aspek berkesadaran terlihat dari perhatian siswa selama pelajaran, mereka mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik. Aspek kebermaknaan terlihat dari pemahaman mereka, mereka memahami ketika mereka merasa kedinginan berarti tubuh mereka sedang melepaskan kalor, dan sebaliknya jika merasa kepanasan, berarti mereka sedang menerima kalor. Aspek kegembiraan terlihat dari raut wajah siswa ketika proses pembelajaran, terutama ketika melakukan aktivitas dalam praktikum, dan menuliskan pemahaman mereka dalam kertas sticky note. Bagi saya, antusias mereka dalam pembelajaran mencerminkan kegembiraan pada diri mereka.
Itulah refleksi saya atas pembelajaran hari ini, entah sudah sesuai dengan Pembelajaran Mendalam atau tidak, bagi saya tidak penting, Yang terpenting siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan sepenuhnya dan semoga proses pembelajaran hari ini memberikan kesenangan pada para siswa.
Berikut beberapa dokumentasi pembelajaran hari ini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar