Pagi ini saya berada di sebuah ruang pertemuan salah satu sekolah di Kabupaten Sidoarjo. Sebuah sekolah swasta dengan jumlah murid yang tidak terlalu banyak jika dibandingkan dengan sekolah sederajat di sekitarnya.
Saya tidak akan berfokus pada keseluruhan sekolah, namun pada ruangan ini saya. Ya, ruangan pertemuan ini.
Sebenarnya ruang pertemuan ini tidak terlalu istimewa, yang menarik perhatian saya adalah kemampuan sekolah untuk mengoptimalkan ruangan ini dengan segala keterbatasan yang ada pada mereka.
Lantai ruangan ini adalah keramik model lama. Sebuah keramik berwarna putih polos dengan ukuran sekitar 20 x 20 cm, keramik dengan model seperti ini sudah jarang dipakai sekarang ini. Fakta ini menunjukkan bahwa ruangan ini adalah ruangan lama.
Salah satu sudut ruangan yang menjadi spot panggung juga cukup sederhana, dindingnya ditutup triplek dengan dominasi cat warna kuning yang sudah agak kusam. Dihiasi dengan ornamen dari kertas, sudut tersebut terlihat cukup menarik.
Dinding sebelah kiri dan kanan terdapat kaca yang difungsikan juga sebagai etalase karya siswa. Karya siswa yang dipasang adalah lukisan dari cat minyak, rata-rata gambar rumah adat. Di bagian atas jendela dijadikan tempat untuk memajang berbagai piala yang diperoleh siswa.
Pelajaran yang saya ambil adalah seorang guru hendaknya bisa terus kreatif dan mengembangkan kiri dengan segala sumber daya yang ada. Keterbatasan sumber daya yang dimiliki sekolah, tidak boleh dijadikan alasan untuk tidak berkembang.
Meminjam istilah dari program guru penggerak, guru harus mampu berfikir berbasis aset. Pada yang kita punyai, itulah yang kita maksimalkan. Jika kita berpikir berbasis “seharusnya”, maka kita tidak akan bisa berkembang, karena akan menanamkan pola pikir pada diri kita bahwa kita baru akan bisa berkembang jika ada ini atau itu, atau seandainya begini atau begitu. Berfokus pada sesuatu yang tidak kita miliki dan tidak ada, adalah sia-sia.
Pepatah lama seperti, tak ada rotan akar pun jadi, dan banyak jalan menuju roma, mengingatkan kepada kita selalu ada jalan atas setiap tantangan. Memaksimalkan apa yang kita punya adalah cara paling masuk akal untuk senantiasa berkembang.
Kondisi sarana dan prasarana setiap sekolah tidak ada yang sama, apa yang ada, itulah aset yang kita punya. Semua itu harus digunakan semaksimal mungkin untuk memberikan proses pembelajaran yang maksimal kepada siswa. Menyajikan pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna.
Sekarang ada pilihan untuk kita atau setidaknya saya, tetap tidak mau berkembang, dan selalu mencari alasan untuk itu semua. Atau masa bodoh, lihat apa yang ada, dan gunakan untuk mengembangkan diri.
Pilihan kedua adalah pilihan saya, kalau anda?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar