Setelah hampir sebulan lebih tidak menulis dikarenakan berbagai kesibukan, masalah dan kemalasan, siang ini Alhamdulillah bisa menyempatkan diri untuk menulis lagi. Sejujurnya saya merasa lebih nyaman dengan kegiatan menulis dibandingkan membuat video, mungkin itu merupakan suatu pertanda bahwa saya lebih baik menjadi penulis dibandingkan content creator. Ya, content creator atau pembuat video baik untuk youtube atau platform yang lain sekarang menjadi sebuah tren dan cita-cita, terutama di kalangan milenial dan bahkan anak-anak.
Siang tadi saya melakukan diskusi dengan seorang rekan penyedia jasa internet dan membahas penggunaan internet yang dipakai anak selama pembelajaran jarak jauh ini, dan saya menemukan hal yang mengejutkan atau bahkan dapat dibilang miris. Budaya literasi sekarang semakin lama semakin menurun, hal ini didapatkan bahwa akses utama saat orang kebanyakan menggunakan internet (wifi warkop) adalah mengakses youtube dan game. Mungkin generasi sekarang tidak pernah merasakan bagaimana berselancar di internet untuk mendapatkan informasi dengan membaca berbagai sumber. Semuanya serba instan, buka youtube, cari kemudian lihat dan dengar.
Budaya membaca tulisan sungguh sangat memprihatinkan, generasi sekarang lebih menyukai sesuatu yang instan lihat dan dengar. Ini seperti seorang anak yang lebih menyukai disuapi daripada makan sendiri,. Tidak heran jika sekarang buku-buku yang dipinjamkan sekolah tidak pernah terbaca lagi, membaca dianggap sebagai suatu hal yang membuang waktu daripada menonton konten video. Dengan melihan konten video mereka hanya tinggal duduk, lihat, dengarkan, tidak ada lagi membuang energi uttuk memeras otak menganalisis kata demi kata.
Terus apa yang harus kita lakukan sekarang ini sebagai seorang guru dan juga orang tua? apakah kita akan tetap membiarkan ini terus?. Jika hal ini diteruskan maka bangsa ini akan menjadi bangsa dengan tingkat literasi yang rendah, lemah dalam menganalisis dan menjadi bangsa yang maunya disuapi dan enggan untuk berlelah-lelah mencari dan makan sendiri. Tapi bagaimana melakukannya?
Ini seperti perang melawan budaya, perang menggalakkan literasi baca tulis dan meminimalisir situs penyedia konten video. Tapi itu akan sangat sulit, Kita sedang melawan pasar dan orang kebanyakan. Jafi entahlah ???
Tidak ada komentar:
Posting Komentar