Minggu
pagi yang cerah, sinar matahari terasa tidak begitu menyengat. Di
teras rumah terdengar suara ramai dua anak yang sedang bermain. Tata
dan Iyo, keduanya merupakan kakak beradik yang selisih umurnya tidak
terlalu jauh. Tata lebih tua setahun daripada Iyo, keduanya sekarang
duduk di kelas satu sekolah dasar.
“Ahhh...
senangnya, hari ini kita tidak
ada PR dari bu guru” ujar Tata kepada adiknya. Iyo duduk disamping
kakaknya dengan serta merta menyahut, “Iya kak, kita bisa main
sepuasnya, enaknya kita main apa pagi ini? Tanya Iyo.
Sambil
menunjuk ke arah bola yang berada di halaman rumah, Tata mengatakan
idenya “Bagaimana kalau kita bermain bola?”
“Hmmm...
boleh juga, tapi aku malas kalau
harus lari-lari” sahut Iyo. Belum sempat kakanya berkata, Iyo
berkata lagi “Bagaimana kalau kita lomba menendang bola pinalti
saja?”
Sambil
mengacungkan jempolnya Tata langsung berkata, “OK yang
buat gol paling banyak dia yang menang.” Iyo pun mengangguk tanda
menyetujui usulan kakaknya tersebut.
Kedua
anak tersebut segera menuju halaman rumah dan mengambil bola yang
tergeletak di bawah pohon mangga. Seperti anak-anak pada umumnya,
Tata dan Iyo terkadang tidak membereskan mainannya. Bola itu sudah
ada di halaman rumah sejak beberapa hari yang lalu. Setelah selesai
bermain bola, bola itu dibiarkan di halaman rumah begitu saja. Ya,
begitulah anak-anak.
“Kalau
begitu, ayo kita buat gawangnya dulu” kata Iyo. Kedua anak tersebut
kemudian membuat gawang sederhana yang hanya dibatasi dengan sendal
di kedua sisinya, tentu saja tanpa tiang. Biasanya gawang seperti ini
akan memunculkan perdebatan jika bola mengarah agak ke atas, ada yang
bilang gol dan ada yang bilang tidak.
Tata
menyuruh adiknya untuk membuat gawang, “Lebarnya lima langkah saja,
biar nggak terlalu
lebar.” Iyo pun segera membuat gawang sesuai instruksi kakaknya.
“Sudah kak!” Kata Iyo kepada kakaknya.
“Kalau
begitu coba aku hitung dulu”, Tata menimpali perkataan Iyo. Tata
berjalan dari ujung gawang menuju ujung lainnya, dia berjalan dan
menghitung jumlah langkahnya.
“Lho
tadi aku kan bilang lebarnya
lima langkah, ini cuma empat langkah lebih sedikit” ujar Tata.
“Tadi
aku hitung lima langkah kok” jawab Iyo. Tata
menimpali jawaban adiknya dengan ekspresi sedikit mengejek, “Ahh..
kamu kan masih kecil, jadi nggak
bisa berhitung.”
Iyo
menimpali perkataan kakaknya dengan sedikit kesal, “Bisa kok, ini
aku buktikan.” Iyo kemudian berjalan dari ujung gawang menuju ujung
lainnya, sambil menghitung dengan keras. “Satu... dua... tiga...
empat... lima, tuh kan
lima langkah.”
Sambil
menggaruk kepalanya, Tata menyahut “Iya kok
berbeda ya, kenapa jumlah langkahku dan langkahmu berbeda ya?”
“Iya
kok berbeda, kenapa ya?” Iyo juga merasa bingung.
Nah,
kalau ada hal seperti ini Tata dan Iyo akan langsung bertanya kepada
Mama. Mama adalah orang yang sabar, yang selalu siap menjawab segala
pertanyaan dari kedua anaknya tersebut. Walaupun terkadang
pertanyaannya lucu.
“Mama...
Mama... kesini sebentar Ma” teriak kedua anak tersebut dari halaman
rumah.
“Iya
sebentar, Mama sedang menata sarapan” jawab Mama dari dalam rumah.
“Sebentar aja Ma, ini penting banget” ujar Iyo menimpali jawaban
mamanya.
Mama
segera berjalan menuju halaman rumah. Sesampainya
di halaman, Mama kemudian mengusap-usap kepala kedua anaknya sambil
berkata “Ada apa sih,
memangnya apa yang penting?”
Tata
menjawab “ini lho Ma,
kenapa lebar gawangnya kok bisa
berbeda?”
“Iya
Ma, aku hitung lebarnya lima langkah, tapi kalau kakak yang hitung
hasilnya empat langkah lebih sedikit.” Iyo mencoba menjelaskan
permasalahan yang ada kepada Mama.
Sambil
tersenyum Mama mulai menjawab pertanyaan kedua anaknya yang lucu itu,
“Itu dikarenakan lebar langkah kalian berbeda, tinggi badan kalian
kan juga berbeda.”
Mama
kemudian menambahi penjelasannya, “Selain itu langkah merupakan
satuan tak baku, sehingga sebaiknya tidak digunakan untuk
pengukuran.” Iyo kemudian bertanya lagi, “Satuan tak baku itu apa
Ma?”
Satuan
merupakan pembanding dalam suatu pengukuran. Satuan tak baku adalah
satuan yang apabila digunakan akan menghasilkan hasil yang berbeda
untuk setiap orang, sehingga satuan tak baku tidak digunakan sebagai
satuan dalam melakukan pengukuran. Contoh satuan tak baku antara lain
langkah, jengkal, depa, dan hasta.
Sedangkan
satuan baku adalah satuan yang jika digunakan akan menghasilkan nilai
yang sama untuk semua orang, satuan baku ini digunakan dalam
pengukuran. Contoh satuan baku seperti centimeter, kilogram, detik,
dan derajat celcius.
“Jadi agar pengukuran
kalian hasilnya akurat, harus menggunakan alat ukur” kata mama
sambil mengusap punggung kedua anaknya.
“Coba kalian ambil meteran
punya Ayah dan ukur lebar gawang dengan meteran tersebut secara
bergantian” usul Mama. Tata dan Iyo pun segera berlari kedalam
rumah dan mengambil meteran Ayah.
Kemudian Iyo mengukur lebih
dahulu. “Lebar gawangnya dua meter” ujar Iyo kepada Mama. “Coba
sekarang ganti Tata yang mengukur” sahut Mama.
“Iya Ma, hasilnya sama”
sahut Tata.
“Nah, sekarang masalahnya
sudah selesai kan?” tanya Mama sambil menggoda. “Iya Ma, kita
main bola dulu ya” kata Iyo menimpali perkataan Mama.
“Sarapan dulu dong,
mama sudah masak ayam goreng lho, apa nggak mau?”
goda Mama ke Tata dan Iyo. “Mau dooong” jawab Tata dan Iyo
serentak.
Akhirnya agenda main bola
tertunda dulu. Tata dan Iyo tidak akan bisa menolak ayam goreng
buatan Mama. Ayam goreng merupakan menu favorit keduanya, dan setelah
kenyang biasanya keduanya akan memilih untuk menonton serial kartun
di TV. Dan nggak jadi main bola deh.